29

2.8K 148 8
                                    

Ketika sore, Sam mengajakku berjalan santai di area Komplek. Katanya supaya aku tidak jenuh, apalagi aku sedang mengandung, sebab wanita hamil tidak boleh stres?

"Kamu gak ada rencana buat ngidam Zil?" Aku menatap Sam aneh, dia malah hanya tersenyum ke arah ku. Apa katanya? Rencana? Apakah ngidam itu tergolong sebuah rencana?

"Aku ngidamnya susah" Ucapku.

"Seriusan?"

"Rencananya sih gitu, kenapa? Keberatan ya? Ayo ngaku?"

"Siapa bilang, aku kan ayah dan suami idaman, mana mungkin aku keberatan, lagi pula baru rencana kan? Rencana nya juga aku gak akan nurutin ngidam ala kamu itu"

"Lah? Terus dimana ayah sama suami idamannya? Kalau gitu? bagus aku cari suami baru aja"

"Hahahha... Eh, jangan! Dengerin ya istri, kalau rencana itu bisa aja gagal,"

"Terserah! Udah sakit hati aku sama kamu Hus.... Hus.... Jauhan dikit, jarak dua meter jalannya, aku gak tahan sama kamu"

"Apa Zil? Maunya deketan? Sini-sini aku gendong"

"Gak mau!"

"Seriusan, ayo naik" Sam berjongkok di hadapan ku, seketika senyumanku mengembang, saat tahu dia mau menggendong ku.

"Ah... Jalan aja ya Zil! Kamu kan berat, lagian jalan itu sehat, ya kan nak? Jalan aja ya! " Sam mengusap perut ku yang masih datar dengan ekspresi menyebalkan nya itu, sedangkan  aku?  Aku hanya menatapnya kesal.

"Ayah Durjana ya nak" Ucapku lagi kemudian aku berjalan mendahului Sam.

"Eh, kok ngambek? Tungguin dong!" Sam berlari mengejarku sambil terus berteriak dan tertawa, tertawalah sesuka hatimu Sam, karena biasanya anak yang tertawa berlebihan itu nantinya akan menangis.

"Jangan marah dong Zil,"

"Ya marah dong, tau gitu aku tadi di rumah aja, jalan-jalan sama kamu itu bukan ngilangin stres tapi biangnya stres"

"Yaudah deh... Maaf, jangan ngambek lah, janji bakalan turutin apa mau kamu "

"Oke, kalau gitu aku mau itu" Ucapku sembari menunjuk pohon mangga milik orang paling pelit yang ada di Komplek perumahan ini.

"Jangan!"

"Kenapa jangan?"

"Itu pak Danu, kalau kamu mau dia, nanti kamu jadi pelakor"

"Awwww" Aku langsung saja mencubit Sam, diberi apa dia waktu kecil? Kenapa besarnya bisa semenyebalkan ini?

"Kok kamu cubit aku sih?"

"Biarin, salahnya kamu gitu, aku tuh gak mau pak Danu nya, aku mau buah mangganya! Paham gak sih?"

"Oh, bilang dong, kamu tadi ngomongnya ambigu "

"Ambigu-ambigu, kamunya aja yang kurang pinter, untung kecerdasan anak nurun nya dari ibu"

"Emang kamu cerdas Zil?" Aku langsung saja menatap Sam kesal, sedangkan dia hanya cengengesan tidak jelas.

"Ya jelas dong, buktinya bisa jadi guru, udah lah! aku mau mangga lo Sam"

"Yaudah ayo pulang"

"Kok pulang sih?"

"Ambil mobil, kan mau mangga, emang mau jalan cari mangganya?"

"Kan aku maunya yang itu Sam "ucap ku sembari menunjuk mangga pak Danu.

"Ngerjain ya?"

"Yaudah! Kalau gak percaya, aku mau pulang aja ke rumah ayah"

"Eh, bukan gitu Be, masalahnya kamu taukan, pak Danu itu orang pelit, bakalan susah" Bisik Sam.

"Ya terserah, mau paling pelit, paling baik, atau paling - paling deh... Intinya aku maunya mangga yang itu"

"Alamat" Gumam Sam.

"Apa? Kamu mau nanya alamat pak Danu?"

"Enggak Be, yaudah ayo samperin yang punya mangga, mana taukan hatinya tersentuh" Sam menggandeng tanganku kemudian menemui pak Danu yang kebetulan sedang menyiram tanaman bunga yang ada di halaman rumahnya.

"Assalamualaikum pak "

"Waalaikumsalam Sam, tumben mampir, ada perlu? Ini istri mu?" Ucap pak Danu, reflek aku tersenyum padanya.

"Iya Pak, ini istri saya"

"Nikah muda ya?" Tanya nya padaku.

"Lumayan pak, tapi gak muda banget kok" Jawabku.

"Lulus SMA nikah kan?"

"Enggak, saya sudah lulus kuliah kok pak"

"Halah, gak percaya saya. Anak saya itu si Putri, disuruh kuliah malah pinginnya nikah. Baru juga mau lulus SMA, jaman sekarang emang banyak anak baru lulus SMA milih nikah ketimbang kuliah, padahal pendidikan itu penting, ya nikah emang penting, tapi apa salahnya kita nikmati masa muda dulu? Kamu juga gak usah deh bohongi saya, saya tau kok kalau kamu baru lulus SMA " Pak Danu tampak terkekeh sedangkan aku hanya menatap Sam bingung.

"Kok aku kaya jadi tersangka ya Sam" Bisik ku.

"Kok?"

"Ya gitu, pertanyaannya aneh, aku serasa di interogasi gitu"

"Kan udah aku bilang tadi,"

"Kok malah jadi bisik-bisik gitu sih? bener kan dugaan saya?" Tanya pak Danu.

"Enggak pak, istri saya udah lulus kuliah kok, sekarang udah jadi guru di SMP" Sanggah Sam.

"Masa sih? Kok kecil?"

"Kalau itu, emang dia badannya kecil pak" Jawab Sam lagi.

Aku melengos mendengar pertanyaan pak Danu "kok kecil?" Sekecil itukah? Bukankah orang seperti ku imut? Umur dua puluhan tapi serasa tujuh belasan.

"Lah ya dikasih makan lo Sam, kamu segede itu masa istri kamu kaya anak SMA, kamu kaya raya masa ngasih makan istri gak bisa"

"Ya bisa pak. Ini juga lagi usaha, "

"Usaha aja. Lah saya jadi lupa, kalian kesini ada keperluan apa?"

Nah gitu dong pak, ini dari tadi muter-muter gak jelas kan sakit kepala. Untung sabar.

"Gini pak, istri saya lagi ngidam"

"La kok ngidam datangnya ke saya? Kan kamu suaminya"

"Dengerin saya dulu pak, jadi istri saya ngidam mangga bapak, makannya kami kemari mau beli mangga, gak banyak kok pak, dikasih sebuah juga gak masalah" Jelas Sam.

"Nah ini nih, kamu si kebanyakan usaha. Kan ngidam jadinya? Tapi gimana ya Sam? Mangga saya ini masih muda, belum bisa dipanen"

"Kalau gak boleh beli satu,  sekilo juga boleh kok pak. Gak papa, asal ngidamnya istri saya keturutan"

"Kamu gimana ya Sam? Satu aja saya gak kasih apalagi sekilo, Pohon mangga saya ini, bisa stres kalau dipanennya sembarangan waktu, bagus kamu beli aja lah di supermarket atau di pasar, terserah kamu lah"

"Mbak, mangga saya ini gak enak, asem, bikin mual, jangan kepingin ya! Saya aja yang punya gak kepingin" Ucap pak Danu padaku.

Aku langsung menatap Sam dengan mata berkaca, intinya aku mau mangga itu. Aku juga aneh, padahal niat awal aku hanya ingin mengerjai Sam, ternyata aku malah jadi ingin mangga itu sungguhan.

"Sudah ya, Saya mau mandi dulu, sudah sore, maaf ya saya tinggal" Kulihat pak Danu pergi meninggalkan kami.

"Pak! Seriusan nih gak dikasih?" Tanya Sam.

"Enggak"

"Kami beli lo pak"

"Sama aja, mau beli aja gak dikasih apalagi minta," Ucap pak Danu kemudian dia menutup pintu rumahnya.

Akhirnya aku dan Sam memilih pulang, di sepanjang perjalanan aku hanya menangis, hingga ada beberapa tetangga yang berpapasan dengan kami bertanya kenapa aku menangis, atau parahnya malah menuduh Sam sudah melakukan KDRT padaku.

"Loh bang... Kakak kenapa nangis?" Tanya Deza saat kami sudah sampai rumah.

"Pingin mangganya pak Danu, tapi gak dikasih beli sama tu orang pelit" Omel Sam. Mungkin dia juga emosi melihat kelakuan pak Danu.

"Aelah bang, orang pelit lo baikin, lo minta gak dikasih, lo beli juga gak dikasih, pake jurus ke tiga dong! Lo curi"

"Ya kali anak gue makan makanan haram, udah ah"

"Ayo Zil, masuk aja, gak usah dengerin omongan Deza, ada sedeng-sedengnya tu anak" Sam menggandeng ku masuk ke dalam rumah.

Tapi jujur aku cukup sedih, baru kali ini kutemukan orang sepelit pak Danu, padahal niat kami membeli bukan meminta, satu pertanyaanku jika niat membeli pun diperlakukan seperti itu, lantas bagaimana jika ada orang lain yang meminta? Entah lah.

Malam ini aku tidur cukup cepat sehingga aku terbangun saat tengah malam, aku melihat sisi samping tempat tidur ku ternyata Sam tidak ada. Awalnya aku ingin melanjutkan tidur ku, namun tiba-tiba aku sangat ingin memakan buah mangga lagi, sehingga ku putuskan untuk mencari Sam di bawah, karena ia sempat berkata ingin menonton pertandingan bola malam ini.

Ku dengar suara televisi menyala dan suara tertawa seseorang yang ku tau itu suara Sam, tetapi tertawa dengan siapa? Apa dengan selingkuhannya. Seketika timbul perasaan curiga dihati ku, apa iya pertandingan bola bisa selucu itu? Akhirnya aku sengaja jalan mengendap supaya tidak ketahuan sembari ku pertajamkan indra pendengaran ku.

"Hahahah... Seriusan percaya?"

Aku tahu bahwa itu Sam yang mengatakannya, seketika detak jantungku semakin berpacu dan emosiku memuncak setelah mendengar nya, sudah kuduga aku dibohongi.

"Iyalah bang Deza gitu" Aku mengernyit bingung,

"Tapi bang, asli pedes banget mata gue setelahnya, cabean kayanya? "

"Berarti cocok lo Za jadi artis, hahahaha"

"Akting si akting bang, tapi ya jangan pake bawang juga kali"

"Kan biar nangis si Za, biar kelihatan totalitas nya"

"Hahaha... Sebenernya pingin ngakak gua bang pas liat kak Izly nangis tadi, baru kali ini lo dia nangis gitu"

"Ye, elo si melas banget mukanya"

"Ya kalau gak gitu bisa-bisa masa depan gue pupus, yang ada di depak gue bang kalau kak Izly tau gue gak naik kelas "

Apa? Jadi ternyata tadi aku di tipu oleh dua makhluk kasar itu. Dengan segera aku berjalan ke arah mereka. mereka tidak tahu akan kehadiran ku karena posisinya membelakangi ku.

"Hahaha... Makanya Za, jangan keseringan bolos! Nakal boleh tapi ya elo harus pinter juga,"

"Hahaha... Asem lo bang, secara gak langsung lo bilang gue bodoh dong... "

Aku sengaja mencolek pipi Sam dari samping supaya ia sadar akan kehadiranku.

"Apaan si Za? Lo kok nyolekin gue sih?" Ucap Sam masih fokus dengan siaran bola yang ada di televisi.

"Yang nyolek elo sapa sih bang? Jijay banget!"

Kemudian aku menyentil telinga Deza cukup keras sehingga kulihat telinganya memerah, rasakan saja.

"Aw! Bang! Ih.. Elo mah kasar, gue kan gak ada nyolek elo, kok elo...Aduuuuh....! Bang.....! Elo kok jewer gue sihhhh.. Sakit bodoh! "

"Apaan? Tangan gue lagi buka kuaci nih... Nih... Lo liat!"

"Eh... Terus yang jewer kuping gue siapa dong bang.? " Mereka perlahan menoleh ke arah ku.

"GUE... KENAPA?" Ucapku kesal.

Setelah beberapa saat berlalu.

"Sayang"

"Jangan panggil sayang!"

"Kakak cantik"

"Emang gue cantik"

"Be, aku pijitin ya" Sam langsung memijat tanganku dengan lembut.

"Kak, kakak haus kan? Gue ambilin minum ya? Mau apa? Kopi dingin? Kopi panas? Teh dingin? Teh panas? Jus dingin atau jus panas? Bentar ya!" Deza hendak berlari ke arah dapur namun segera ku tarik kerah baju bagian belakangnya, kebetulan dia duduk di bawah dan aku diatas kursi.

"Mau kabur?"

"Hehehe.... Enggak kok, kabur kemana sih? Enggak kan bang?"

Aku menatap Sam "Aku disuruh Zil sama si Deza"

"Kok gue bang? kan elo yang punya ide"

"Kan elo yang gak naik kelas"

"Kok elo ngomong bang? Entar kak Izly tau"

"Gue udah denger! Udah ah lepasin" Aku segera menepis tangan Sam yang sedari tadi memijat tanganku, apanya memijat? Lebih terasa jika dihinggapi nyamuk.

"Siapa yang punya ide buat bohongi aku?"

"Deza Be"

"Kok gue? Bang Sam lo kak"

"Jadi sebenarnya siapa? Sam bukan? Deza bukan masa iya aku?" Tanya ku kesal.

"Aku Be, Maaf! Tapi aku gak bermaksud nyakitin kamu kok, Deza tuh yang maksa"

"Iya kak salahin aja gue! Gue salah kok"

"Sukur deh kalau kalian nyadar, buat elo Za jawab jujur, elo beneran gak naik kelas?"

"I-iya kak, padahal gue udah belajar lo kak"

"Elo kalau udah belajar, gak mungkin tinggal kelas Deza, Udahlah sekarang gak ada lagi ceritanya elo bakalan pindah sekolah di sini, semuanya batal!! "

"Kak! Jadi sekolah gue gimana?"

"Loh, bukannya elo tinggal kelas ya? Yaudah berangkat aja kali, dulu sekolah lo dimana? Lupa? Mau diingetin?"

"Ya-ya bukan gitu kak, cuma muka gue mau di taro mana kak?"

"Biasanya lo letakin mana?"

"Kak, please lahhhh, gue nangis nih" Deza duduk kemudian memeluk lututku.

"Sabar ya Za, badai pasti berlalu" Bisik Sam pada Deza.

"Kamu gak usah sok aman ya Sam, urusan kita belum selesai" Ucapku.

"Kak...... Gue bakalan lakuin apa aja deh, asal maapin gue ya kak dan bolehin gue sekolah di sini"

"iya Be, maafin kami ya, memang kamu mau anak kita mirip Deza? Ih.... Suram Be"

Aku berpikir sejenak mendengar ucapan Sam. Kata ibu kalau saat hamil kita membenci orang lain, anak kita bisa mirip dengan orang yang kita benci. Lantas bagaimana jika anakku nantinya malah mirip seperti Deza?

"BUNDAAAAA!!! ANAK MU HARI INI BOLOS LAGIIIIII!!!"

"ENGGAKK MAUUU!" Pekik ku sembari menepis bayangan buruk itu.

"Tu kan Be, kamu aja gak mau, apalagi aku, jadi maafin kita ya" Ucap Sam.

"Yaudah, aku maafin kalian tapi ada satu syarat nya"

"Apa Be? Bilang aja, kami pasti turutin kok, ya kan Za?"

"Ha... Iya bang, kami janji kak"

"Serius nih janji?" Tanyaku lagi.

"iya lah Be, serius"

"Kakak tenang aja, kami gak akan ingkar kok, karena lelaki sejati yang dipegang adalah janji dan ucapannya"

"Setuju Za "



***

Selamat membaca teman-teman...semoga bisa terhibur. Dan jangan lupa untuk selalu like, komen, dan vote cerita aku ya.... Intinya jangan jadi pembaca gelap udah gitu aja..... Terimakasih.....

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang