36

2.3K 150 25
                                    


Pagi ini rumah sudah terasa sunyi, Sam baru saja pergi bekerja lima menit yang lalu dan mami sudah pergi entah kemana, bahkan saat sarapan mami sudah tidak ada di rumah. Sebenarnya aku paling tidak suka sendiri, karena ketika aku sendiri banyak sekali pikiran yang tidak ku sukai datang begitu saja. Tetapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin juga aku memaksa semua orang harus berada di dekat ku.

"Heh! Pagi-pagi udah ngelamun, gak dikasih makan lo kak sama mertua lo?"

Aku tersentak kaget ketika Deza datang dan mengagetkan ku. Bagaimana anak ini bisa ada di sini? Apa mungkin aku berhalusinasi? Aku hanya menatapnya lekat sembari sesekali mengusap wajahku.

"Gue nyata kali ah! Tau gue ganteng, cakep, sampe lo aja gak nyangka dengan kehadiran gue" Ucapnya kemudian duduk di samping ku. Baiklah aku yakin ini bukan halusinasi ku.

"Ngapain kemari?"

"Seharusnya jangan tanya ke gue, tapi tanya ke emak mertua lo kak! Ngapain maksa gue supaya datang ke rumah nya? Padahal lagi asik tidur tadi"

"Mami lagi pergi, gimana mau nanya?"

"Katanya gue har-"

"Assalamualaikum sayangnya mami.... Mami pulanggggg" Gelegar suara mami memecah keheningan di rumah ini. Padahal mami baru saja kami bicarakan. sudalah tidak apa, panjang umur untuk mami.

"Waalaikumsalam mi" Aku bangkit kemudian menyalami mami. Saat ku lirik Deza dia hanya bengong melihat mami. Seperti tidak ada niatan untuk menjawab salamnya. Benar-benar tidak sopan.

"Stttt.... " Deza sadar dengan kode ku, kemudian ikut menyalami mami.

"Aduh... Sayang deh gak punya anak cewek, gak bisa kan Dijodohin ke kamu" Ucap mami pada Deza.

"Gak papa tante, Deza bisa kok cari sendiri"

"Ya kali emaknya begini, anaknya bisa kalem" Gumam Deza sangat lirih.

"Tapi kamu tenang aja deh Sa, entar tante carikan cewek biar kamu gak jomblo terus, banyak kok temen tante yang anaknya cantik-cantik, adik tante juga punya anak cewek, anaknya cantikkk banget, kalem bersahaja pokonya, namanya Sha-"

"Gak usah tante, ngrepotin "

"Enggak kok, ih... Kamu mah, suka gak enakkan orangnya ya? padahal tante malah seneng kalau bisa bantuin kamu cari jodoh"

"Kak! " Bisik Deza, tetapi aku sengaja berpura-pura tidak mendengarnya.

"Kamu ganteng, udah pasti banyak yang suka, masa muda itu jangan disia-siakan Sa, masa jam segini kamu masih tidur? Seharusnya bangun! Lari pagi sekalian cari cewek"

"Udah cari tan"

"Dimana?"

"Di medsos tan, gak usah lari pagi, udah banyak yang cantik"

"Lebih senang yang nyata.... No efek, no tipu-tipu"

"Gak semuanya gitu tan... Ada juga kok yang aslinya cantik luar dalem"

"Heh... Mesum"

"Kok mesum si tan? Di manakah letak kemesuman yang tante maksud?" Tanya Deza dramatis. Anak gila.

"Itu cantik luar dalem... Ni ya Sa, kalau belum halal kamu itu jangan deh lirik yang dalem-dalem itu, kalau kamu serius ya minta ke orang tuanya, kalau cinta ya dijaga, bukan buat dirusak! Wanita gak sebercanda itu lo Sa"

"Maksudnya hatinya lo tante, apa muka aku semesum itu sih tan? Sampe tante pitnah aku? Perasaan muka masih kaya anak SD gini"

"Hahahah...aduh, udah panik tante. Sukur deh kalau kamu masih kaya anak SD, pacarannya main masak-masakan aja ya, biar istri kamu bisa masak kaya kakak kamu, ih...enak banget tau gak Sa, nyesel semalem kamu gak makan masakan dia"

Deza menatapku datar dan aku hanya menaik turunkan alisku. Sombong sedikit boleh lah ya, lagi pula jarang-jarang kan ada yang memuji ku hingga sedalam ini.

"Makasih tante, alhamdulillah Lidah aku udah sampe kapalan makan masakan kak Izly"

"Hahahha... Suka lebay kamu lah" Mami memukul lengan Deza hingga Deza meringis kesakitan, apa itu sakit? Jika sakit, maka aku akan segera bersyukur.

"oia tan, katanya mau pergi lama? la kok pulang?"

"Lah... Kan rumah tante? Suka hati tante lah ya, mau pulang kapan aja,  kamu khawatir ya? Jangan suka ya sama tante, tante ini udah punya suami, bahasa kasarnya sih, kamu mah bukan tipe tante"

"Kakkkk" Bisik Deza lagi.

"Mami habis dari mana mi?" Tanyaku, sebab aku tahu jika Deza sudah seperti itu tandanya ia sudah tidak kuat lagi. Rasakan saja, akhirnya kamu mendapatkan balasan yang setimpal Deza.

"Mami dari rumah kamu, jemput si desa"

"Pake ZZZ tan... Bukan S" Timpal Deza.

"Beda tipis lo ZAAAAA, ini udah pake Z lo ya" Ucap mami. Dan Deza hanya mengangkat jempolnya kepada mami.

"Mami Ngapain jemput Deza?"

"Kasihan mami sama dia, sendirian di sana "Kulihat Deza hanya menatapku aneh,

"Makasih ya mi udah perhatian juga sama Deza" Ucapku.

Bukannya senang, Deza malah bergaya seolah-olah dia ingin pingsan. Dasar anak tidak tahu diuntung. Masih bersyukur ada yang peduli.

"Iya, mami juga udah anggep Deza kaya anak sendiri, liat Deza.. Mami jadi keinget Sam, sifat mereka sedikit mirip, sama-sama susah diatur"

Tapi benar juga apa yang dikatakan mami, Sam dan Deza memang dari pembawaannya sedikit mirip, Sama-sama sering membuat jengkel tentunya

"Tan... Aku balik aja ya? Tante kan udah pulang" Ucap Deza kemudian.

"Tu kan Zil, baru mami bilang susah diatur, udah kebukti kan?"

"Bukan susah diatur tan... Tapi-"

"Nah... Persis, kaya duplikat nya Sam"

"Deza gak bawa ganti tan! Masa iya nanti selesai mandi pake daun? "

"MULLL!!" Teriak mami pada supir pribadi nya.

Tak lama pak Mul datang sembari menenteng tas milik Deza.

"Waktu kamu ke sini bareng Rama, tante sengaja susunin baju buat kamu tinggal di sini beberapa hari, tante perhatian banget kan?"

"Za... Bilang apa?" Ucapku kemudian.

"Makasih tan"

"Hahaha Iya sama-sama, walaupun gak ikhlas kan ya?"

"Ikhlas tan"

"Udalah, tante mau arisan dulu ya? Jagain kakak kamu Awas kalau kabur! Sempet kamu kabur, tante jodohin kamu sama anak kambing punya tetangga"

aku sangat ingin tertawa tetapi aku takut Deza malah marah padaku. Namun jika tidak tertawa ini adalah momen yang sangat langka dalam hidup.

"Kalau mau ketawa gak usah ditahan, lanjutin aja! Kalau mau bully, bully aja! Sini pak tas saya, makasih ya pak " Deza langsung mengambil tasnya yang dibawa oleh pak Mul, kemudian duduk di kursi sembari meratapi nasibnya. Deza ku yang malang.

"Kak elo kenapa sih, jadi banyak ngelamun Tanya Deza tiba-tiba.

"Enggak kok! Ngapain ngelamun coba? "

"Kalau punya masalah cerita aja”

"Gak ada ih.... Gue cuma kepikiran sama Wizly, dia kemana si ya? Kok gak ada kabar?"

"Ngapain ngurusin dia si kak? Udah gede juga, kalau emang dia niat pulang ya pastinya pulang"

"Mulut apa cabe sih? Gimana pun juga dia tetep saudara kita Za! Gue gak suka ya, elo ngomong kaya gitu"

"Iya-iya... Maaflah"

Aku kembali ke dalam pikiran ku sendiri, kenapa akhir-akhir ini, aku seolah-olah sedang tertimpa berbagai macam masalah yang datang nya secara bertubi-tubi? Mulai dari kematian Nia, perubahan sikap mbak Ghina, Wizly yang entah dimana serta bagaimana kabarnya. Ingin rasanya Aku bisa mengabaikan Wizly seperti yang Deza mau, tetapi entah kenapa perasaan ku tidak bisa melakukannya.

"Besok kayanya gue mau kondangan deh, hahahaha" Ucapku lucu. Entah kenapa hal itu membuatku lucu.

"Apa lucunya? Kalau lo mau kondangan tinggal kondangan aja kali gak usah ketawa? Duit lo banyak, mau kondangan berapa aja bisa kan?"

"Duit suami gue, duit gue mah seipret"

"Lah... Junjung tinggi dong semboyan uang Suami juga uang istri!”

"Sam mah orang nya tau diri. gak kaya elo, dia tanpa gue sindir kaya gitu juga udah royal, emang elo? Dan gue tebak, besok elo bakalan jadi suami yang pelitnya sampe ke ubun-ubun"

"Hmmm.... Aku merasa bahwa jiwa julid mu sudah kembali nona"

"Bukan julid, gue mah berpedoman pada kejadian yang lalu-lalu,"

"Ini nih, kita kebanyakan salahnya di sini, seharusnya kak kita gak boleh nilai seseorang dari masa lalu nya, tapi lihat masa depannya!"

"Ya itu, di otak gue gambaran elo di masa depan ya kaya gitu, pelit! Mudanya aja udah pelit apalagi tuanya... Hahahaha"

"Ya.... Bully aja bully, kita mah ikhlas kok ya... Apa sih yang enggak buat Bumil yang satu ini...hmmm"

"Hahahaha... Eh.. Balik lagi ke topik!"

"Apaan? Masalah kondangan yang lo anggap lucu?"

"Hahaha... Iya Za, lucu kan ya?"

"Ih... Serem lah di rumah segede gini bareng lo"

"Seremnya?"

"Lo lucu sama hal yang dianggap wajar, lo sehat kan?"

"gue masih sehat ya! Enak aja kalau ngomong" Kesal ku.

Padahal aku merasa lucu karena selama ini aku tidak pernah pergi ke tempat resepsi selain resepsi keluarga. Banyak yang mengundang ku, tetapi aku merasa enggan untuk datang, lagi pula saat itu aku masih bingung akan menikah kapan dan dengan siapa.

"Lah abisnya elo mah aneh, ni ya kalau ada si tante, pasti dia bakal ngomong kaya gini... Izly, kalau kamu diundang ya sebaiknya datang, kalau gak diundang ya jangan datang, undangan seseorang itu bukan untuk ditertawakan... Karena Undangan gak sebercanda itu lo Zil" Ucap Deza sembari menirukan cara mami berbicara. Bolehkah aku mengutuknya? Orang tua bukannya dihormati malah di jadikan candaan.

"Anda ngomong?" Tanyaku asal.

"Enggak, gue mah dari tadi salto-salto sekalian kumur pake air cucian piring"

"Kok ngegas?"

"Kalau gue ngegas, udah kebawa kayanya ni kursi ke sirkuit"

"Gaya! Liat jalan aspal juga baru kemaren"

"Kak Izly... Ini Gue masih sabar ya! Karena elo lagi hamil gue berusaha buat sabar-sabarin diri sendiri, sekali aja ngalah sama gue! Biar gue seneng gitu kek"

"Hahahha... Iya-iya ah...jangan nangis"

"Siapa yang nangis?"

"Oh... Gue kira nangis, rupanya belek mata lo yang sampe beluber"

"Lama-lama gue beneran salto"

Aku hanya tertawa menanggapi ucapan Deza. Baiklah, terima kasih pada mami yang sudah membawa Deza kemari, terima kasih kepada ibu yang telah mengizinkan Deza menemani ku, dan terima kasih kepada takdir dan kemalasan yang sudah membuat Deza tidak naik kelas. Karena semua itu, hari ini aku kembali tertawa karenanya, satu kata untuk mu Za, kamu tidak seburuk yang terlihat.


***

Hay.... Balik lagi ni..... Agak malem si ya.... Atau udah malem banget sebenarnya.... Ya intinya selamat membaca.... Btw... Itu Sam kira-kira kenapa lagi ya? Yang kepo jawabannya, stay aja ya... Tambahin ceritanya di library... Supaya kalau aku up... Bakalan dapat notifikasi.... Terimakasi...

Buat yang selalu komen dan kasih aku bintang,juga yang follow aku... Makasih banyak, itu semua selalu jadi mood booster aku....

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang