19

3.6K 201 14
                                    

Beberapa bulan sudah berlalu. Seiring berjalannya waktu hubunganku dengan Sam sudah lebih berkembang, dan hubungan ku dengan teman kerjaku juga sudah mulai membaik, walau masih ada sebagian yang sering menggosipi ku di belakang, namun aku tak mau ambil pusing, jika kata Sam "mereka seperti itu karena iri" Entalah, aku iyakan saja agar cepat.

"Jadi elo ikut kan Zil?" Mia menatapku penuh harap.

"Emm... Gue gak tau Mi"

"Zil... Please... Elo ikut ya.... "

"Gue... "

"Mia... Mia....kadang gue miris liat lo, percuma lo mohon-mohon sama dia, orang kaya mendadak mana mau ikut ke hutan" Tiba-tiba Nia lewat sembari menyindir ku. Aku hanya menatap nya sedih, salah apa aku padanya?

"Diem lo.... Bilang aja elo sirik"

"Dikasih tau ngeyel"

"Eh... Jaga mulut... "

"Udah Mi... Biarin aja, gue ikut kok" Ucap ku kemudian. Terkadang seperti itulah Mia, dia sangat mudah terpancing suasana. Sehingga mau tak mau aku harus melerai nya, jika tidak entah sudah seperti apa jadinya.

"Seriusan? Yesss..... Seneng gue" Mia memelukku senang saat tau aku akan ikut serta dalam acara akhir semester. Padahal sejujurnya Sam belum menanggapinya, aku sudah bicara masalah ini, namun tidak ada jawaban darinya, baik iya ataupun tidak. Ya mungkin saja kemarin telinga dan pita suaranya sedang bermasalah. Anggap saja begitu.

Malam ini aku sedang berkemas, menyiapkan keperluan yang akan ku bawa besok pagi.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Sam yang bingung ketika melihatku yang sangat sibuk ke sana ke mari.

"Kempinglah" Jawab ku tanpa melihat nya.

"Emangnya aku ada kasih izin kamu pergi?"

"Emangnya kamu ada jawab izin aku waktu itu?" aku menatapnya kesal.

"Jangan balik nanya Zil,"

"Intinya aku mau pergi!"

"Enggak! aku tau kamu orang nya gimana,"

"Emang aku gimana? Cantik? Manis? Atau apa Sam?"

"Ceroboh! gimana kalau di sana kamu kenapa - kenapa? Udalah kalau kamu emang mau kemping, besok aja ya, kemping nya bareng aku aja"

"Kemping ke mana?"

"Hotel"

"Issss... Apaan, kurang rasa alam Sam aku gak doyan, gak ada sensasi tumbuhan dan binatangnya,"

"Besok aku pesan kamar, pake rumput di dalemnya, gak pake ranjang pake nya jaring yang di ikat, kalau gak bedcover nya diganti sama daun pisang, terus dikasih sapi sama kambing, udahkan? kurang alami apa lagi coba?"

Aku melongo mendengar idenya, yang ada bukan alami tetapi sumpek. Terkadang aku bingung dengan jalan pikiran nya, sulit ditebak, dan tentunya terlalu kreatif.

"Gak mau, aku mau nya pergi bareng temen aku Sam.... Ya Sam ya..... Please.... Kali ini aja, aku janji aku aman kok, kan ada Mia" Ucapku lagi.

"Yaudah besok di hotel, di tambahi Mia, gimana?"

"Ih, gak mau, gak bisa lihat langit yang luas dan bertabur bintang Sam" Rengek ku, aku akan terus membujuknya supaya dia luluh dan akhirnya memberi ku izin pergi kemping bersama teman-teman ku.

"Aku jebol atapnya"

"Pokoknya aku mau pergi! Atas dasar apa kamu ngelarang aku Sam? Aku menikah bukan berarti harus dikekang kan?"

"Aku gak ngekang kamu!"

"Jadi apa?"

"Kamu inget gak, dulu kita juga pernah kemping bareng sahabat-sahabat mu, terus kamu nangis gara-gara ada tupai masuk tenda, ha... Cuma tupai aja kamu nangis Zil, itu kemping nya di pekarangan vila kakek lagi, gimana ini yang di alam bebas, enggak... Aku gak setuju!". Ucap Sam mengungkit kisah klasik kami di jaman dahulu kala sebelum negara api menyerang.

" Kan dulu si Sam... Sekarang enggak, janji gak nangis kok... Boleh yaaaaa"

"Enggak boleh!"

"Aku udah kemas-kemas loh, besok pagi tinggal pergi... Kamu gak kasihan sama aku?"

"Enggak lah, kan bisa kamu susun lagi"

Aku berjalan dan duduk di samping Sam sembari tersenyum manis kepadanya.

"Sayang..... Boleh ya aku pergi, kali ini aja, janji deh gak akan ceroboh, boleh ya... " Ucapku kemudian mencium pipinya.

Seketika Sam menatapku kaget, dengan wajah yang memerah, mungkin dia malu saat aku mencium pipinya. Dan sejujurnya aku pun bingung, kenapa aku bisa seperti itu, padahal biasanya aku selalu marah saat Sam mencium ku.

"Hahahha..... Blushing.... "

"Apaan gak lucu... Udah berani kamu ya" Sam mencubit pipi ku gemas, sedangkan aku, aku hanya tertawa.

"Boleh ya Sam.... Sekali aja.... Ini untuk terakhir kalinya, besok-besok aku manut kok" Ucapku lagi.

"Gak usah ngerayu, aku gak mau kamu kenapa-kenapa, sekali aja kamu nurut, bisa gak?"

"Selama ini aku kurang nurut apa coba? Bahkan jadi istri kamu aja aku mau, please Sammm"

"Enggak!"

"Kita musuh!"

Ucap ku kemudian berlalu meninggalkannya. Aku sangat kesal dengan Sam, kenapa dia tidak pernah berubah, selalu saja egois dan mementingkan perasaannya sendiri. Lagi pula aku pergi juga bukan untuk berselingkuh atau berdekatan dengan pria lain, aku hanya ingin mewujudkan rencana Mia yang sudah ia tulis di daftar rencana nya. Aku ingin dia tidak merasa kesepian walaupun aku sudah menikah.

Saat ini sudah menunjukkan pukul sebelas malam, ku lihat Sam belum kembali dari ruangan kerjanya, atau mungkin dia tidak berniat tidur di kamar. Baguslah, setidaknya aku tidak harus berbagi ranjang dengannya.

Aku mendengus kesal ketika pintu ruangan itu terbuka, menampilkan Sam yang berjalan lurus ke kamar mandi, sudah menjadi rutinitasnya sebelum tidur mencuci muka, seperti wanita bukan? Alasannya penampilan itu selalu menjadi nomor satu.

Ku lirik dia berjalan ke arah ranjang dan berniat untuk tidur. Namun, dengan segera aku merentangkan tangan dan kaki ku. Tak sengaja aku menendang Sam sehingga pria itu sedikit terhuyung ke depan.

"Kamu apa-apaan sih Zil?" Sembari mengelus bokongnya yang terkena tendang ku.

"Apa? aku mau tidur kok"

" Harus segitunya? Minggiran dikitlah, aku juga ngantuk"

"HOAAAMMM.... NYENYAKNYAA TIDUR SENDIRI!" ucap ku sangat keras sembari menguasai seluruh tempat tidur.

"Geserlah Zil, aku kan juga ngantuk" Sam menatap ku dengan tatapan memelas nya. Intinya aku akan seperti ini jika dia tidak mau memberi ku izin berkemping.

"Kalau ngantuk ya tidur! Ngapain coba berdiri di situ kaya tiang listrik!"

"Aku tidur di mana?"

"Sam! Rumah kamu besar, banyak kamar, yaudah pilih salah satu, gitu aja susah"

"Kan ini kamar aku!"

"Kamar suami kamar istri, mulai detik ini aku nobatkan kamar ini jadi kamar aku, Izly wanita yang selalu terdzalimi"

Ku lihat Sam hanya menatap ku datar, sangat datar. Sejak kapan dia punya ekspresi wajah seperti itu.

"Bukannya kamu yang dzalim?"

Aku sedikit terkekeh tidak percaya dengan apa yang telah ia katakan. Katanya aku yang dzalim? Demi apa pun, apa dia tidak mengingat semuanya? Akan aku ingatkan kembali, bahkan dia menempatkan posisi ku sebagai istrinya saja seenak hatinya sendiri, tanpa persetujuan ku dan sekarang aku hanya ingin pergi bersama teman-teman ku, dia melarangnya dengan alasan ini dan itu, seolah-olah apa yang aku inginkan tidak ada baiknya di matanya, dan masih juga dia mengatakan aku dzalim. Wah, sangat sempurna sekali hidupnya.

"Gak usah balik lagi kemari, sana tidur sama paus kamu aja, aku kan dzalim!"

"Mau kamu apa Zil?"

Mendengar pertanyaan impian ku aku lantas merubah posisi ku menjadi duduk dan menatapnya penuh harap. Ku tangkup kan kedua tangan ku ke arahnya.

"Izinin aku ikut kemping ya, pleaseee" Ucapku sembari memejamkan mataku.

Kudengar hanya helaan nafas saja, perlahan aku membuka mataku dan dia tampak menatap ke arah lain, seperti sedang menimbang-nimbang jawabannya sendiri.

"Sam, aku janji aku gak akan kecewai kamu"

"Bukan masalah kecewa atau enggak Zil!"

"Oke, aku janji aku bakalan bisa jaga diri sendiri, aku udah besar Sam, mungkin dulu aku masih ceroboh karena aku belum dewasa, sekarang kamu lihat kan? Bahkan aku gak pernah ngeluh sedikitpun walau banyak masalah yang aku hadapi, coba pertimbangkan sedikittt lagi, ya.."

"Kamu gak pernah ngeluh tapi kamu selalu ngungkit masa lalu"

"Ya ampun Sam, wajar aja aku ngungkit masa lalu,  masalahnya kita udah putus loh, tiga tahun putus dan tiba-tiba takdir dengan jahatnya mempersatukan kita lagi, di mana-mana kalau udah putus yaudah, annyeonghaseyo, say goodbye dan selamat tinggal"

"Nah itu dia, kalau kamu udah dewasa pasti kamu bisa terima takdir dengan perasaan legowo, gak kaya gini"

Seketika senyuman ku memudar dan digantikan dengan tatapan tajam ku ke ke arah nya.

"yaudah, sana cari istri lain aja yang bisa terima kamu, yang dewasa, yang legowo, atau mungkin yang gak cemburuan, Siska boleh, Nisa juga boleh, sama paus juga boleh yang kata kamu imut itu, gak usah dekat - dekat sama aku, mulai detik ini kita musuhan!" Ucapku dengan cepat kemudian merubah posisi duduk ku menjadi membelakangi nya.

" Yaudah, besok kamu boleh pergi"
Seketika aku menatapnya tak percaya sedangkan dia hanya menatapku datar.

"Kamu bilang apa Sam?"

"Kalau kamu gak denger, bisa jadi jawaban bakalan berubah"

"Eh... Denger kok, makasih suami kuuu" Ucapku semangat sembari tersenyum manis kepadanya.

"Udah ya musuhan ya, aku ngantuk besok ada meeting pagi, aku mau tidur"

"karena kamu besok sibuk, kamu harus istirahat Sam, jangan begadang loh" Aku merapikan sisi tempat tidur yang biasanya Sam tempati.

"Silahkan tidur, have a nice dream ya sayang" Jika tidak karena ada maunya aku tentu saja malas mengatakan kata-kata seperti itu kepada Sam. Menjadi penjilat demi pergi bersama Mia tidak masalah bukan?

Sam hanya mengangkat satu alisnya menatapku tanpa berniat tidur di tempatnya. Melihatnya tak bergeming, seketika aku mempersilahkan dia tidur dengan kedua tangan ku.

"Apa lagi?" Tanya ku bingung

"Makasih" Ucapnya kemudian memosisikan tubuhnya untuk tidur.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Sam tanpa membuka matanya, aku saja kaget kenapa dia bisa tahu jika aku akan beranjak.

"Mau beresin keperluan buat besok, kan tadi belum selesai udah kamu larang"

"Besok pagi aja"

"Ih... Bisa telat Sam"

"Aku bantuin"

"Serius?"

"Iya,"

Aku tersenyum ke arahnya, walaupun dia tidak akan melihat ku, tapi aku yakin dia bersungguh-sungguh dengan niatnya.

"Makasih Sam" Bisik ku sebelum aku benar-benar tertidur.


***

tinggalkan jejak setelah membaca, terimakasih....

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang