41

2.2K 183 14
                                    


Waktu sudah berlalu begitu cepat, aku sudah kembali bekerja seperti sediakala, kandungan ku juga sudah baik-baik saja, saat ini usia kehamilan ku sudah memasuki bulan ketiga. Permukaan perut ku juga sudah menunjukkan perbedaan. Kata dokter ini wajar karena aku mengandung anak kembar. Jadi terlihat lebih besar dari pada kehamilan pada umumnya.

Kedua orang tuaku baik dari pihak ku ataupun pihak Sam, juga sudah mengetahui kabar kehamilan ku. Tentunya mereka sangat berbahagia dan tidak sabar menanti kelahiran anak kami, padahal masih enam bulan lagi. Tetapi setidaknya aku senang dengan respon mereka. Terlebih mami yang selalu saja memaksa ku berbelanja perlengkapan bayi, namun Sam selalu melarang ku. Melihat keadaan kandungan ku yang masih terbilang muda, dan cukup lemah juga.

Sebenarnya Sam juga tidak setuju jika aku masih bekerja, hanya saja aku terus memaksanya, setidaknya aku mencari kesibukan lain ketimbang aku harus bosan terkurung di rumah. Lagi pula pekerjaan ku tidaklah berat. Sam juga yang setiap harinya akan mengantar dan menjemputku. Entah kenapa aku merasa ini adalah momen terindah dalam hidup setelah masa kecilku.

Saat ini aku sedang mengoreksi tugas siswa yang sengaja ku bawa pulang. Aku sangat bingung ketika bolpoin milik ku, tidak ada di dalam tas yang selalu ku bawa bekerja. sepertinya tertinggal di sekolah.

Karena aku tidak suka menunda-nunda pekerjaan, atau lebih tepatnya aku sedang merasa bersemangat. akhirnya aku putuskan untuk mencari bolpoin di ruang kerja milik suami ku. letaknya masih di dalam kamar ini, namun aku tidak pernah masuk ke sana. Mungkin ini kali pertamanya. Mengertilah jika di awal pernikahan kami, hubungan kami begitu abstrak. Saat itu tentu saja aku tidak peduli dengan apa pun yang ada di sekeliling Sam.

Aku memasuki ruangan Kerja Sam, saat membuka pintu sudah tercium pewangi ruangan yang begitu lembut namun menenangkan. Ruangannya terbilang rapi dan cukup klasik. Terdapat sebuah meja kayu dan kursi tentunya. Aku tersenyum ketika Sam memajang foto kami diatas meja kerjanya, dimana aku berpose kesal dan dia merangkul ku dengan senyuman bahagia dari wajahnya. Aku ingat foto ini diambil saat hubungan pernikahan kami masih belum membaik. Karena diatas meja tidak ada tanda-tanda kehadiran benda yang ku cari, aku mencoba mencari di setiap laci yang ada di mejanya.

Aku menahan tawa ku ketika melihat isi Laci pertama, isinya hanyalah cermin, sisir dan juga minyak rambut. Apa dia jika bekerja harus berdandan? Ada-ada saja. Sedangkan laci ke dua berisi berkas-berkas yang aku juga tidak tahu itu berkas apa. Dan laci ketiga aku mengernyit karena laci ini berisi bukti transfer antar Bank yang nominalnya tidak sedikit. Bisa dibilang cukup besar.

"Wizly?" Gumam ku saat membaca nama penerima uang yang berasal dari suami ku.

Hatiku sangat sakit melihat bukti yang ku temukan ini, sudah pasti Sam masih berhubungan dengan Wizly bukan? Perasaan takut mulai menghantui ku, pasalnya Wizly adalah calon istri Sam yang sebenarnya.

Aku segera meninggalkan ruangan ini, aku hanya bisa menangis setelahnya. aku takut jika suatu saat Wizly akan kembali merebut Sam Dari ku. Seperti yang pernah ia lakukan padaku dulu.


"Za.... Lagi ngapain?" Tanya ku pada Deza yang saat ini sedang sibuk dengan tugas sekolahnya.

"Ngerjain PR, ya kali gue lagi ngejoget" Gumamnya.

Aku senang Deza sudah rajin belajar seperti ini. Terlebih Sam mendaftarkan Deza disekolah favorit. Sam juga yang memfasilitasi Deza dengan motor baru, katanya untuk penyemangat, intinya Deza sudah seperti anak kami. Dan mengingat Sam, aku juga teringat dengan bukti transfer yang Sam simpan di dalam laci meja kerjanya.

"Za, ciri-ciri suami selingkuh itu gimana sih?"

Deza menatap ku aneh," Bang Sam selingkuh?" Tanyanya.

"Ya enggak lah, ngaco banget si lo! Cuma tanya doang"

"Ya elo nanya nya aneh, lagian bang Sam itu keliatan cinta banget sama lo, mana mungkin lah selingkuh"

Buktinya dulu dia juga terlihat sangat mencintai ku, nyatanya hanya sehari bisa merubahnya menjadi pria terdingin. Meninggalkan ku tanpa sebab yang jelas, dan pada akhirnya aku sadar ternyata dia lebih memilih Wizly. Apa kisah itu akan terulang kembali?

"Temen gue, ada nemuin bukti transfer antar bank dari suaminya ke perempuan lain, itu tanda-tanda selingkuh gak si Za?"

"Bisa jadi si kak, bisa jadi enggak. Mungkin cuma sewa semalem doang"

"Ha? Sewa apa? Kok gak mudeng"

"Ihhh... One night stand lo mbak  gitu aja gak mudeng"

Hampir saja aku tersedak saliva ku sendiri saat mendengar jawaban Deza. Apa mungkin ? Tetapi entah mengapa aku tidak yakin Sam tega melakukan itu di belakang ku.

"Ni, dengerin tante Deza! Jadi ciri-ciri suami berselingkuh itu ada beberapa, yang pertama Sering pulang telat"

Jantungku kembali berpacu, sebab semenjak saat itu tepatnya sebelum bahkan sesudah aku bedrest Sam selalu saja pulang terlambat.

"Kedua, handphone nya itu kaya jadi hal yang privasi banget Karena ada cemceman nya"

"Ketiga--"

"Udah deh Za! Ngantuk gue denger gosipan lo" Ucapku mengakhiri percakapan ku dengan Deza. Aku tidak sanggup mendengar ciri-ciri yang Deza ucapkan. Karena sama persis seperti yang aku alami saat ini.

Malam harinya aku hanya menatap Sam yang baru saja selesai berganti pakaian tidur, karena dia juga baru pulang dari kantor.

"Tidur Be udah malem!" Sam duduk di samping ku kemudian mencium kening ku. Aku reflek memeluknya, tidak terasa air mataku jatuh begitu saja. Aku takut jika aku harus kehilangan Sam untuk yang kedua kalinya.

"Sam, kamu cinta kan sama aku?" Gumamku.

"Cintalah, kalau gak cinta kenapa aku nikahi kamu?"

"Kalau cinta kenapa dulu kamu ninggalin aku?" Aku menatap matanya dan dia hanya menghembuskan nafasnya berat.

"Jangan inget masa lalu, kan akhirnya kamu yang sama aku"

"Aku penasaran Sam"

"Kapan-kapan aku cerita ya, sekarang kita tidur dulu, kasihan baby nya udah ngantuk Be, masa bundanya tega sih?"

Sam tidur sembari memeluk ku, mataku terpejam namun air mataku tetap saja tidak bisa ku hentikan. Aku hanya takut momen seperti ini tidak akan bisa aku rasakan lagi. Aku takut Sam akan pergi meninggalkan ku tanpa alasan seperti dulu.

"Aku gak tau kamu kenapa, tapi berhenti pikirin hal yang gak kamu suka, aku ada buat kamu Zil" Bisik Sam sembari membelai rambutku.


Keesokan harinya aku bekerja dengan keadaan yang kurang baik. Sebenarnya aku cukup malas untuk pergi, tetapi mau bagaimana lagi sudah menjadi kewajiban. Terkadang aku bingung dengan diri ku sendiri. Ketika Sam memintaku untuk berhenti bekerja, aku menolak karena takut kesepian saat semuanya pergi. Namun disaat seperti ini, aku benar-benar malas.

"Kalau makan itu jangan ngelamun Zil" Mia menepuk tangan ku ketika aku tidak sengaja melamun.

"Lagi gak nafsu makan gue"

"Kenapa? Ada masalah lagi sama Sam?" Tanya Mia sembari ia menyantap makan siangnya. Mia sudah sangat paham dengan perubahan sikap ku yang mendadak, jika aku sudah sering melamun, tidak bersemangat atau bahkan tidak nafsu makan pasti ada hubungannya dengan Sam, lebih tepatnya aku sedang memiliki masalah dengan nya.

"Em, bisa jadi"

"Cerita aja, ketimbang lo galau sendirian"

"Sam kayanya berhubungan lagi deh sama Wizly" Ucapku. Dan seketika Mia berhenti menyantap makanan nya dan menatapku kaget.

"Serius?"

"Tapi gak yakin,"

"Yang buat lo ngerasa kaya gitu?"

"Gue nemuin bukti transfer antar Bank yang penerimanya Wizly Mi"

"Em... Mungkin waktu dulu kali Zil, sebelum dia nikah sama lo"

"Apaan? Jelas-jelas tiga hari yang lalu"

"Berarti fix dia balikan sama Wizly"

"Tu kan"

"Lo udah tanya ke dia?"

"Belum"

"Kenapa?"

"Hubungan kita baru aja baik mi, kemaren sempet bertengkar, gue gak mau cuma gara-gara masalah ini hubungan kami yang awalnya baik jadi runyam "

"Baik dari mana sih Zil? Jelas-jelas suami lo ada mainkan sama si Wizly? Itu namanya bukan baik sayang, tapi pura-pura baik, pahami deh!"

Aku hanya memikirkan ucapan Mia, ada benarnya juga. Dari mana definisi baik itu jika Sam mencari kebahagiaan lain di luar sana.

"Kalau hubungan baik itu Zil, gak ada orang ke tiga"

"Tapi kan belum kebukti Mi, masih menduga doang"

"Belum kebukti yang gimana lagi? Jangan polos banget deh Zil, Kesenangan suami lo"

"Bentar mi mau bayar makan dulu" Aku beranjak dari tempat duduk ku dan hendak membayar makanan yang ku pesan pada ibu kantin.

Entah karena aku yang kurang berhati-hati atau bagaimana, tidak sengaja aku tersandung kaki meja. Hampir saja aku terjatuh jika tidak ada Ramza yang menahan tanganku.

"Ati-ati Zil!" Ucapnya.

"Eh.. Makasih Ram"

"Mau kemana?"

"Bayar makan"

"Biar aku yang bayar, kamu duduk aja di sini"

Aku hanya mengangguk dan seketika itu Mia berbisik padaku. "Belum bisa move on jangan-jangan"

"Husss.... Gak boleh gitu mi!"

Tak lama Ramza datang dan duduk di sebelah Mia.

"Pindah Ram" Ucap Mia

"Kenapa?"

"Lagi curhat kita"

"Oia Zil, gimana keadaan kandungan kamu baik-baik aja kan? Soalnya waktu kamu izin beberapa hari itu, suami kamu dateng, katanya kamu sampai bedrest total ya?"

"Oh, iya sih waktu itu, cuma sekarang udah baikan kok"

"Jadi ibu hamil itu emang gak gampang Zil, kamu mesti ati-ati, jangan ceroboh kaya tadi, jangan banyak stres, jangan sedih juga karena itu semua ngaruh ke perkembangan janin"

"Kaya pernah ngalamin aja" Ledek Mia. Sedangkan Ramza hanya menjulurkan lidahnya pada Mia.

"Terus Zil, kamu itu gak boleh kelelahan karena nan-"

"Udalah Ram, serasa lagi cek kandungan gue" Timpal Mia.

"Hahaha... Cocok gue ya Mi kalau jadi dokter kejiwaan"

"Lah kok?"

"Iya biar bisa ngobatin elo yang terlalu sensi, lagian si Izly aja biasa aja kok jadi elo yang sewot?"

"Kan gue denger juga sih Ram! Udalah Zil otw kita! ayo Zil katakan bye-bye kepada Ramza!"

"Bye Ramza" Aku tersenyum pada Ramza begitu pun Ramza.

Aku senang hubungan ku dengan Ramza sudah tidak secanggung dulu, setelah aku lebih memilih untuk mengakhiri hubungan kami. Malahan bisa dikatakan saat ini dia menjadi pribadi yang lebih asik. Harapanku semoga kelak dia diberikan jodoh yang baik dan mampu membuatnya bahagia.


***

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang