#HTLSeries (5)
Taeyong sudah terlalu lama memendam perihal masa lalunya tentang dia, yang kini sudah bahagia bersama orang lain. Tidak pernah ada yang tahu bagaimana perasaan Taeyong yang sebenarnya, padahal selama ini dia hanya pura-pura ikhlas.
H...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
4 bulan kemudian....
Taeyong terbangun ketika mendengar suara ponselnya yang sangat mengganggu. Taeyong masih ingin tidur, tapi sialnya dia malah harus diganggu oleh panggilan masuk di ponselnya. Taeyong mengerang kesal sambil mengusap wajahnya kasar. Dengan enggan dia bangkit, lalu meraih ponselnya yang ada di atas nakas. Dengan mata yang masih setengah tertutup, Taeyong membaca nama yang ada di layar.
Seandainya bukan orang penting, Taeyong pasti akan mengabaikannya. Tapi karena ini sangat penting, Taeyong akan kena kutukan kalau mengabaikannya.
"Halo." Suara Taeyong sangat serak, khas seseorang yang baru saja bangun tidur. Lebih tepatnya enggan untuk bangun.
"Taeyong, kamu hari ini harusnya udah nyampe, kan?"
"Hmm. Ini baru bangun."
"Kenapa sih nggak telepon Mama dulu? Mama tuh kangen tahu. Ini Papa juga mau ketemu nih. Kamu tuh nyampe sini bukannya ngabarin gitu lho. Hari ini di rumah aja, kan?"
"Iya, Ma. Aku masih mau istirahat."
"Good. Mama sama Papa ke sana sekarang."
Taeyong tidak sempat membalas karena Kesha sudah keburu memutuskan sambungan telepon. Taeyong melihat pewaktu di ponselnya yang menunjukkan pukul empat sore. Dia tidur cukup lama sampai kepalanya pusing bukan main. Mungkin efek lelah juga, karena itu dia sampai pusing.
Taeyong menyibak selimut dan bangkit dari kasur. Ia mengambil baju dari lemar, lalu masuk ke kamar mandi. Setelah melakukan aktivitas mandinya, Taeyong keluar dari kamarnya. Lebih tepatnya keluar dari rumahnya untuk melihat lingkungan rumah yang sudah empat bulan dia tinggal pergi.
Ya, Taeyong baru saja tiba di tanah air tadi pagi setelah empat bulan berada di New York. Kepergian Taeyong memang satu bulan lebih lama dari rencana. Karena di sana dia masih ingin mencari suasana baru, sebagai penyembuh dari pelipur laranya. Walau tidak berhasil seratus persen, karena ia kembali merasakannya saat kembali ke tanah air. Taeyong keluar dan hal pertama yang ia lihat adalah rumah-rumah yang berhadapan dengan rumahnya.
Padahal Taeyong sudah sering melihatnya. Tapi karena sudah lama pergi, semuanya jadi terasa asing. Taeyong menoleh ke arah kiri, dan melihat sebuah rumah yang berdiri kokoh di samping rumahnya. Taeyong berjalan dan mendekati rumah itu. Rumah yang tidak kosong, tapi melihat mobil yang terparkir membuat Taeyong yakin kalau pemiliknya sudah berganti. Tetangganya sudah berbeda.
Bukan lagi tetangga yang Taeyong tinggalkan empat bulan lalu.
Rumah itu masih sama. Tidak ada yang berubah selain melihat mobil asing yang terparkir di sana. Jadi suasananya sangat berbeda dari yang biasa dilihatnya. Taeyong mengangkat ponselnya yang sejak tadi memang ia bawa dan digenggamnya kuat-kuat. Taeyong mencari kontak tetangganya. Setelah menemukannya, Taeyong langsung mengetikkan pesan untuk memberi tahu kalau dia sudah kembali.