Jangan lupa dukungannya, Yorobun 💚
Biar aku makin semangat 💚Pagi-pagi sekali bel berbunyi di pintu rumah Nadine. Tidak mungkin itu Hendery karena adiknya pasti belum bangun sepagi ini. Tidak mungkin juga pengantar paket karena ini memang masih sangat pagi untuk menerima barang. Selain itu, Naura juga tidak merasa membeli barang online. Kalaupun ada yang memberinya kado, rasanya tidak mungkin.
"Siapa, sih?" geram Nadine yang baru saja bangun dari tidurnya. Lebih tepatnya terpaksa bangun karena suara bel.
Maklum. Nadine termasuk orang yang mudah terbangun karena suara-suara kecil di sekitarnya.
"Tolong bukain, dong. Aku males jalan," titah Nadine dengan mata yang setengah terbuka. Menatap Naura yang menonton siaran pagi di televisi. "Kamu kan udah mandi tuh."
Tidak salah, sih. Naura memang baru saja selesai mandi di pagi hari. Oh, bukannya Naura rajin untuk mandi sepagi ini di hari minggu. Tapi karena semalaman dia tidak tidur setelah mengirim pesan pada Taeyong. Ya, pesan yang dia kirim antara sadar dan tidak sadar. Sialnya, saat ingin menghapusnya, pesan itu dengan cepat sudah dibaca oleh Taeyong.
Akhirnya Naura tidak tidur semalaman karena memikirkan bagaimana harus bertingkah laku di depan Taeyong. Bagaimana dia harus terlihat biasa saja setelah mengirim pesan terlaknat itu. Walaupun sudah mandi, Naura tidak terlihat segar karena kurang tidur. Ditambah Naura pun sedikit lemot dan sulit bergerak karena tubuhnya yang lemas.
Nadine tidak menyadari wajah mengenaskan Naura sekarang, karena dia pun belum mengumpulkan nyawa sepenuhnya.
"Cepet buka, Ra. Aku mau tidur lagi."
Naura menghembuskan napas pasrah, lalu berdiri dan berjalan ke arah pintu. Terpaksa harus bergerak, padahal kakinya enggan untuk melangkah. Naura membuka pintu dan matanya terbuka lebar saat melihat siapa yang datang sepagi ini ke rumahnya.
Ya Tuhan. Padahal semalaman Naura sudah berusaha bersikap biasa jika ada di hadapan Taeyong. Tapi sekarang ini, Naura terlihat konyol dan tampak seperti orang yang ketahuan mencuri. Sekiranya, itulah yang Taeyong lihat ketika Naura muncul di hadapannya.
Tapi Taeyong mencoba biasa saja, walaupun dia berusaha menahan tawa karena tahu maksud dari ekspresi Naura.
"Selamat pagi," sapa Taeyong dengan senyum hangatnya.
Butuh beberapa waktu sampai Naura bisa sadar seutuhnya. Tapi setelah sadar, tetap saja wajah konyol Naura tidak bisa dihilangkan begitu saja. Selain itu, lemotnya juga masih menetap. Jadi wajar kalau respon Naura sedikit lebih lambat dari biasanya.
"Oh, iya."
Jawaban singkat itu sudah yang terbaik menurut Naura. Pasalnya saat ini, dia memang tidak tahu harus berkata apa setelah pesannya dibaca oleh Taeyong. Padahal Naura ingin sekali bertanya ke mana saja Taeyong satu minggu ini. Kenapa juga Taeyong baru muncul setelah Naura mengirimkannya pesan. Seolah-olah memang sengaja ingin mempermainkan Naura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Words (5)
Fanfiction#HTLSeries (5) Taeyong sudah terlalu lama memendam perihal masa lalunya tentang dia, yang kini sudah bahagia bersama orang lain. Tidak pernah ada yang tahu bagaimana perasaan Taeyong yang sebenarnya, padahal selama ini dia hanya pura-pura ikhlas. H...