28. Aku Baik-Baik Saja

6.6K 860 230
                                    

Jangan lupa dukungannya, Yorobun 💚
Biar aku makin semangat 💚

Jangan lupa dukungannya, Yorobun 💚Biar aku makin semangat 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia dan aku itu abu-abu
Bersatu tapi tak berwarna

Naura















"Lemah banget sih sampai demam berdarah."

"Kalau ngomong jangan sembarangan, ya. Kakak kamu tuh lagi sakit."

"Biasa aja dong, Bapak. Jangan sambil mukul. Mending cukur kumisnya biar lebih enak dilihat."

"Hendery, kamu mau Bapak doain biar demam berdarah?"

"Ampun, Tuan. Enggak deh."

Aku bisa mendengar suara Bapak dan Hendery bersahutan tak jauh dari kasur yang aku tempati. Ingin melihat keributan yang mereka buat, tapi mataku terlalu berat untuk terbuka.

Rasanya sangat pusing bukan main. Bisa membuka mata sesekali saja sudah syukur. Aku tidak berharap banyak selain sembuh dan bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Pasalnya dalam keadaan seperti ini, aku malah jauh merasa lebih sedih.

Bekerja menjadi penghilang rasa sedih sempurna yang pernah ada. Tapi kini aku harus terbaring lemah sampai beberapa hari ke depan. Atau sampai keadaanku benar-benar membaik.

"Mau minum?" Suara Bunda terdengar di sampingku.

Aku membuka mata dan mengangguk. Membiarkan Bunda membantuku memberi minum. Jujur saja, aku paling benci kalau sudah sakit karena artinya harus merepotkan banyak orang.

Kalau hanya Hendery sih tidak apa-apa. Dia manusia paling gabut. Hidupnya sehari-hari hanya menulis. Tapi Bapak dan Bunda punya pekerjaan masing-masing. Pastinya sangat repot kalau harus mengurus aku juga.

Aku tidak menyangka kalau bisa sakit. Demam berdarah pula. Kalau sakit biasa mungkin aku masih biasa saja. Misalnya flu gitu. Atau sekadar batuk. Atau demam biasa yang bisa sembuh satu atau dua hari.

Tapi sialnya malah demam berdarah yang aku alami, sampai harus berada di rumah sakit dan tidak bisa apa-apa selain berbaring.

Kalau begini lebih baik sakit hati, dibandingkan sakit fisik. Sakit hati masih bisa aku alihkan dengan bekerja. Sementara sakit fisik hanya membuatku tidak berdaya.

"Bunda nginep lagi?" tanyaku dengan susah payah.

"Iya lah. Masih nanya lagi ni perawan tua."

Hidden Words (5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang