15.Syarat

3.9K 694 199
                                        

Jangan lupa dukungannya, Yorobun 💚
Biar aku makin semangat 💚
Aku tahu kalian pasti bisa member apresiasi untuk cerita ini hehe ^^

Jangan lupa dukungannya, Yorobun 💚Biar aku makin semangat 💚Aku tahu kalian pasti bisa member apresiasi untuk cerita ini hehe ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunda, ini Naura."

Nada bicara Naura terdengar lembut sekali. Berbeda dibandingkan biasanya. Pasalnya saat ini Naura sedang menghubungi sang bunda lewat telepon, dan memang tidak bisa mendengar suara yang terlalu bising. Jadi Naura harus bicara sehalus mungkin padanya.

"Iya, Bunda tahu. Orang ada nama kamu kok di handphone-nya."

Naura hanya tersenyum canggung mendengar jawaban bundanya. Dia yang tadinya berniat memberi tahu sesuatu, sekarang malah bingung sendiri harus bicara seperti apa.

Bukan pertama kalinya Naura punya pacar. Tapi ini pertama kalinya Naura menceritakan soal pacar. Terlebih membicarakan soal pertemuan Taeyong dengan orangtuanya.

Benar-benar hal baru dan Naura tidak menyangka akan melakukannya.

"Kenapa? Kok diam aja? Kamu butuh uang? Nanti Bunda kirim."

Naura buru-buru menggeleng. Ya ampun. Bundanya ini suka bicara yang tidak-tidak. "Enggak, Bun. Naura punya uang sendiri kok. "

"Iya. Anak Bunda sekarang udah kaya. Tapi kasihan belum nikah-nikah."

Naura menggigit bibirnya antara kesal dan malu karena ucapan bundanya yang terdengar sangat jujur, sekaligus mengejek itu. Untung orangtua. Coba kalau Nadine yang mengatakannya.

Mungkin Naura sudah menggantung kepala wanita itu karena berani mengejeknya. Eyy, tapi Naura tidak seganas itu. Lagi pula, memang benar kalau Naura belum menikah di usianya yang hampir tiga puluh ini.

"Ada apa telepon Bunda? Ada masalah tinggal sama Nadine?"

"Enggak kok, Bun. Naura baik-baik aja."

"Terus kenapa telepon malam-malam? Enggak biasanya kamu telepon Bunda. Biasanya kalau ada apa-apa, langsung aja ke rumah."

"Ini... ehm, Bunda jangan marah, ya."

"Tergantung apa dulu. Kalau yang jelek-jelek sih pasti marah."

"Enggak jelek kok, Bunda. Cuma Naura agak nggak enak aja ngomongnya."

"Ya udah. Tunggu enak dulu, baru diomongin."

Naura kembali diam dan memikirkan bagaimana caranya memberi tahu soal Taeyong yang akan datang ke rumah orangtuanya minggu depan. Naura pikir akan sangat mudah. Tinggal memberi tahu dan semuanya selesai. Tapi saat akan memberi tahu, Naura jadi bingung sendiri. Antara tidak ingin membuat orangtuanya terkejut, dan ragu membawa Taeyong bertemu orangtuanya.

"Ngomong dong, Nak. Ini Bunda lagi santai-santai. Malah diganggu sama kamu."

"Pacar Naura mau ke rumah. Ketemu Bunda sama Bapak."

Hidden Words (5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang