Happy reading 😘Yumna mengeratkan jaket. Udara dingin seakan menembus tulang. Tangannya ia usapkan. Mencoba mencari kehangatan dari tubuhnya sendiri. Matanya mengarah pada gerbang besar di depannya. Ia amati sekali lagi. Ada ukiran Alexander's home. Yumna tak salah. Rumah---ah, bukan. Lebih tepatnya menshion itu benar kediaman cowok gila yang beberapa hari ini mengganggunya.
Yumna tak akan heran jika rumahnya sebesar ini, hanya saja ia penasaran, berapa banyak anggota keluarga yang dimiliki? Setahunya--pemberitahuan dari Frada--Keluarga Alexander hanya memiliki dua orang putra. Dan Rai adalah yang sulung. Kemudian di tambah kedua orang tuanya. Total ada empat anggota keluarga. Dan mereka bisa menempati keseluruhan kastil? Yumna menggeleng. Sudah pastinya yang di dalam sebagian besar adalah pembantu dan pengawal. Rupanya keluarga Rai sebelas dua belas dengan pemikiran Noval. Suka memasukkan orang asing untuk memenuhi rumah.
Yumna bergidik. Setiap ia ingat tentang kegemaran kakaknya yang suka menambah pembantu atau pengawal setiap bulannya---juga memecat mereka sesuka hatinya, Yumna selalu mengernyit. Ia tak suka. Namun ia malas untuk mengingatkan. Biarlah ... nanti juga bosan sendiri.
"Nona silahkan masuk." Seorang pelayan paruh baya dengan ditemani dua bodyguard menghampiri. Dia menyapa sopan. Sangat sopan malah. Jauh seperti kepala pelayannya yang suka bertindak sok kenal sok dekat.
Yumna menggeleng, "tidak. Terimakasih. Saya akan menunggu di sini." Menolak tawaran pembantu itu.
"Tapi Nona, di luar dingin. Tuan Rai juga sudah mengeluarkan perintah."
"Tak apa. Saya hanya sebentar. Kalian bisa masuk."
"Tapi---"
"Saya ingin menunggu tuan kalian di sini. Paham?" Yumna menekan suaranya. Sorot matanya tak ingin di bantah.
Pelayan itu mengangguk. "Baik, Nona. Saya permisi." Dia mengundurkan diri bersama pengawal tadi.
Suasana kembali sepi. Yumna memandangi langit. Tak ada bintang. Masih mendung. Kini bahkan semakin pekat. Tak terlihat, Yumna hanya mengira-ngira.
Yumna menyadarkan punggung pada pintu mobil. Ia menoleh. Mendapati dua mobil yang ia kenali tengah terparkir dua meter darinya. Yumna mengembuskan napasnya. Entah sampai kapan bodyguard-bodyguard itu akan terus menguntitnya. Ia seakan tak memiliki privasi. Pernah sekali ia memprostes pada Noval, namun kakaknya hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ini untuk kebaikannya. Melindunginya. Yumna mendengkus. Bola matanya berputar dramatis. Saat ia mengingat itu hanya kejengkelan yang ada. Hell ... ia sudah dewasa. Bisa bela diri dan mampu menjaga diri sendiri dan orang lain tentunya. Entah sudah berapa kali ia menumbangkan preman dengan kedua kaki atau tangannya. Ia kuat. Tidak seperti gadis seusianya yang hanya mampu menjerit tanpa melakukan apa-apa.
Yumna berbeda.
Ia sudah mengatakan itu pada Noval. Tapi kakaknya itu sama sekali tak merespon. Bahkan, karena itu ia harus rela mengorbankan mobilnya yang seharusnya bisa ia kendarai sekarang. Alasan Noval mudah saja ketika dia mengambil kunci mobil kala itu---katanya, kamu masih kecil. Jangan bawa mobil sendiri. Oke?
Bibir Yumna bergerak mengikuti ucapan Noval. Ingatannya masih merekam dengan jelas.
Brmm
Suara mesin mobil. Yumna menoleh. Cahaya lampu menyembur pada penglihatan. Tangannya refleks bergerak menutupi mata. Ia tak siap. Beberapa detik kemudian lampu mati. Di susul seseorang membuka pintu mobil.
Yumna menurunkan tangannya. Pandangannya mengarah pada Rai yang tengah berjalan tergesa. Dia menenteng sebuah jaket hitam. Rai sampai di depannya. Netra hijau itu menatapnya cemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yumna's Secret
Teen Fiction"Cerita ini telah diikut sertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua." Yumna Khaura Adriyani. Putri terakhir dari keluarga Adriyansyah. Bersifat cuek--pada selain keluarga, suka beradu kekuatan terutama bagi yang me...