"Cerita ini telah diikut sertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua."
Yumna Khaura Adriyani. Putri terakhir dari keluarga Adriyansyah. Bersifat cuek--pada selain keluarga, suka beradu kekuatan terutama bagi yang me...
Lisa menatap Frada lurus. Tak mengalihkan manik matanya dari gadis yang menunduk takut itu. Ia tak habis pikir. Apa yang dilakukan adiknya? Mengapa begitu sembrono?
"I--ya, Kak. Ini tas Yumna."
Frada menyerahkan tas ransel hitam itu pada Lisa. Lisa tak lekas mengambil. Memijit pelipisnya. Bingung dan pusing. Pasti kakaknya sudah menerima laporan. Dan ia tak akan kaget kalau besok Noval sudah duduk di ruang tamu.
"Kak ..." Frada mengingatkan. Dia menatap takut pada kakak sahabatnya. Tangannya gemetar.
Lisa menerimanya. Membuang napas sejenak. Ia kembalikan atensi pada sahabat adiknya. Menatap tajam.
"Frada, kamu seharusnya mencegahnya. Bukan membantunya seperti itu," cecar Lisa. Ia sama sekali tak mengerti, sahabat adiknya itu nekad atau bodoh?
Frada mendongkak. Mengamati manik mata Lisa. Wajah Lisa yang dipenuhi cemas. Dia mengangguk sejenak. Entah apa yang dipikirkan. Lisa tak tahu.
"Yumna hanya ingin mengunjungi orang yang dicintai, Kak. Aku tak bisa mencegahnya. Aku tak mampu. Itu bukan kapasitasku." Frada mengembangkan senyum. Mengangguk sekali lagi.
"Kak, aku sudah dijemput. Aku duluan," pamitnya.
Lisa hanya diam. Tak membalas apapun. Cemas melingkupinya. Terlebih sampai sekarang dia belum tahu dimana adiknya. Kenapa harus seperti ini? Lisa mengambil ponsel. Berusaha menghubungi adiknya namun apa yang didapat?
Yumna tak mengangkatnya. Bahkan sekarang nomornya sudah tidak aktif.
Argh!
Lisa ingin menjerit. Ia menangkup wajahnya. Sulit dipercaya, adiknya mampu kabur dengan penjagaan yang seperti ini. Ia bahkan nyaris tak sanggup bergerak bebas, lalu bagaimana bisa adiknya melarikan diri?
"Jangan terlalu khawatir. Dia baik-baik saja."
Satu pelukan menghampiri dari belakang. Tangan itu bergelantungan di depan leher. Lisa terkejut. Tentu saja. Namun ia segera menguasai diri. Aroma citrus yang menguar kuat sudah cukup sebagai petunjuk siapa yang berani memeluknya sembarangan seperti ini.
Lisa mendengkus. Berusaha melepaskan lilitan tangan itu. "Lepas Ka, aku harus mencari adikku," protes Lisa.
Alka semakin mengeratkan tangan. Merapatkan tubuh. Mencari kehangatan ditengah hujan deras yang mengguyur. Dia menggeleng.
"Tidak perlu mencarinya. Yumna sudah aman dengan kekasihnya."
"Siapa maksudmu?"
"Rai Reifansyah. Siapa lagi? Tidak mungkin Afandhi Sulaiman, bukan?" Alka terkekeh. Entah apa yang lelaki itu tertawakan. Lisa tak paham.
"Dia bukan kekasih Yumna. Kurasa kamu sudah tahu," sanggah Lisa.
Dengkusan terdengar pada telinga kiri. Beberapa saat kemudian Lisa merasakan benda tumpul menyandar pada bahu. Lisa tahu apa yang mantan kekasihnya lakukan. Kebiasaan lama. Uniknya, ia masih hafal tabiat Alka.
"Yeah ... mungkin lebih tepatnya calon pacar Rai. Kamu tahu sendiri 'kan kalau Rai itu tergila-gila dengan adikmu?"
Lisa tak bergerak. Memilih membiarkan Alka memeluk sesuka hati.
"Rai itu ... aku bisa merasakan kalau dia serius dengan adikmu. Dia ... sangat mencintai Yumna. Seperti aku mencintaimu," lanjut Alka.
Dada Lisa bertalu cepat. Apa yang dikatakan Alka tadi? Mencintainya? Orang itu bercanda? Ya ... pasti. Tak mungkin Alka serius mengatakannya. Setahu Lisa, orang yang tengah memeluknya ini, adalah orang sama yang mematahkan hatinya beberapa bulan lalu.
"Jangan bercanda! Aku sedang serius. Jika tidak mau membantu mencari adikku, sebaiknya minggir," usir Lisa. Berusaha jutek untuk melabuhi pemuda di belakangnya. Ia tak ingin Alka mengetahui kegelisahannya.
Gelengan terasa hingga leher. Ada sensasi geli ketika kulitnya bertemu rambut halus Alka.
"Aku serius. Rai memang sedang berniat serius dengan adikmu. Aku mengatakannya agar kamu tidak cemas. Yumna tak akan dilukai."
"Seperti kamu melukaiku?"
Tak ada pergerakan. Lisa tersenyum sinis. Kembali bergerak. Berhasil. Lisa lepas dari jeratan lelaki masalalunya. Ia berbalik. Mendongkak. Mengarahkan pandangan pada Alka.
"Jika adikku berakhir sama seperti yang aku alami, lebih baik aku memisahkan mereka sebelum Yumna juga merasakan perasaan--yang katamu tulus--kepada Rai."
Lisa melangkah menjauh. Hatinya tiba-tiba sakit. Rupanya luka itu belum sembuh. Alka berhasil mengoyak terlalu dalam. Setetes air mata berhasil keluar. Lisa segera menghapusnya. Tak ingin terlihat lemah apalagi rapuh di depan sumber rasa sakitnya.
Langkah Lisa terhenti tiba-tiba. Satu tarikan kuat berhasil membuatnya terhuyung pada sebuah dada bidang kesukaannya. Kehangatan yang ia rindukan. Aroma parfum citrus semakin merasuk. Air mata Lisa tak mampu ditahan.
"Maaf. Aku memang bodoh. Aku tolol. Melukaimu, tak pernah menjadi daftar yang akan kulakukan. Aku tak bermaksud. Sungguh."
"Tak bermaksud? Apakah taruhan dengan menggunakan perasaan seseorang itu sebuah ketidak sengajaan?"
Lisa meninju dada Alka keras. Sekuat tenaga yang ia punya. Berusaha menyalurkan sakitnya.
"Lisa ... maaf." Hanya itu. Lisa tak mendengar apapun. Alka tak mengatakan lebih lanjut.
"Maaf? Untuk apa? Toh semua sudah berakhir."
Alka menggeleng. "Tidak. Tidak lagi, aku tidak akan melepaskanmu lagi."
Lisa menghentikan pukulan. Mendongkak dengan wajah pias. "Apa maksudmu?"
"Apa belum jelas. Aku tidak akan melepaskanmu. Karena Aku masih mencintaimu."
Lisa menggeleng. Bulir bening itu kembali mengalir dari sudut matanya. "Kamu bohong, Ka. Tolong, jangan katakan apapun mengenai hubungan kita, karena itu akan melukaiku."
Secepat kilat Alka mendaratkan bibirnya pada bibir gadis di depannya. Berusaha membungkam dan membuang kata yang tadi dilontarkan Lisa.
Lisa melotot. Sangat terkejut atas apa yang dilalui. Lisa mencoba mengingat dan memori itu masih jelas tertinggal.
Tadi mereka berciuman?
"Apa tadi juga melukaimu?" tanya Alka tak mendapat respon. Lisa hanya mengerjap polos.
"Tak perlu menjawab. Aku sudah tahu jawabannya."
Kemudian kembali menyatukan bibir.
***
Senin, 23 Desember 2019 (19.07)
Salam sayang,
ZafaDiah
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.