Happy reading 😘"Hah....hah....hah." Deru napas itu bersahutan. Saling merebut udara tipis di antara keduanya. Beberapa saat setelahnya mereka berpandangan. Yumna berusaha mengenali nya. Terasa tak asing. Ia melirik kemeja seragam itu. Ya, tak salah lagi. Orang itu juga dari sekolah yang sama. Mereka pasti pernah saling berpapasan.
"Kamu baik-baik saja?" tanyanya. Yumna sempat mematung ketika melihat mata hijau itu. Rindu.
"Tentu saja. Kamu sendiri?" balas Yumna ketika napasnya sudah mulai teratur. Ia memamerkan senyum.
Matanya menyipit. Tersenyum tulus membalas Yumna. "Ya, aku juga."
Hei sayangku ... hari ini aku syantik ...
Mereka menatap sekeliling. Baru menyadari suasana ramai. Beberapa orang memperhatikan. Menaruh minat pada pasangan muda-mudi itu. Yumna memfokuskan penglihatan. Ia mencoba waspada. Mungkin saja salah satu dari kerumunan ini adalah bodyguardnya.
"Hei!" Yumna mengalihkan pandangannya pada cowok di depannya. Raut nya terlihat tak suka. Ia merasa terganggu.
"Apa?" Nadanya tak bersahabat. Cowok itu hanya mengangkat satu alis sebagai respon. Ada keterkaitan juga pada mata hijaunya.
"Kamu tidak ingin menaiki salah satu wahana?" tawarnya ramah. Mata Yumna berkeliling. Menonton beberapa wahana yang terparkir di dekatnya. Ada bugle jumping, komedi putar rumah hantu, dan terakhir bianglala. Pandangannya jatuh pada wahana itu. Di sana, berdiri menjulang bagaikan roda sepeda. Di setiap ujungnya ada tempat duduk untuk para penumpang.
Ia menatap cukup lama. Sama sekali tak menyadari seseorang tengah memandangnya takjub. Wajahnya yang tertimpa sinar senja seakan menyala bagai dewi. Cahaya itu seakan ikut menyerap pada matanya.
"Ayo kesana." Cowok itu menarik Yumna tanpa meminta persetujuan.
Yumna memekik kaget. Ia menarik tangannya tapi berhasil dicekal. Ia bahkan sudah mengeluarkan seluruh tenaganya tetapi tetap tak berhasil.Sial!
Seharusnya ia menyusun rencana terlebih dahulu untuk menghadapi lelaki di depannya. Ingin sekali ia menarik dan membanting si pemilik tangan kokoh itu, tapi ia sadar, di sini ramai dan ia tak mau untuk menjadi pusat perhatian.
Yumna menatap sinis pada orang di depannya. Duduk dengan tenang. Wajahnya polos tanpa dosa. Apakah dia tak merasa bersalah? Argh! Yumna ingin mencekiknya. Ia merasa bergerak keatas. Bianglala ini sudah mulai melaksanakan tugasnya dengan stabil.
"Kamu suka?" tanyanya pada Yumna.
Yumna mendengus acuh. "Nggak!"
Cowok itu nyaris menyatukan alisnya. Dia yakin tadi Yumna menatap penuh minat pada wahana ini. Lantas kenapa gadis itu sekarang memasang wajah sinis? "Kamu marah?"
"Menurutmu?" Yumna membalas jengkel. Bukankah sudah jelas?
"Maaf karena menarikmu tanpa izin."
Yumna mengela napas. Pandangannya jatuh pada panorama dibawah sana. Agak jauh dari tempat ia duduk. Namun, ia bisa menyaksikannya dengan jelas. Matahari terbenam pada bentangan laut. Perasaannya perlahan membaik. Wajahnya berarsur tenang. Senyum perlahan terbit. Ia bahkan tak menyadari ketika Bianglala terhenti lama. Hingga ia bisa cukup puas menyaksikan sunset itu.
"Rai." Cowok itu mengucapkan satu nama. Yumna bahkan belum terlalu fokus. Ia masih terpekur akan keindahan panorama barusan.
"Huh?"
Rai tersenyum tipis. Merasa lucu dengan ekspresi bingung perempuan di depannya. Ia mengulurkan tangan. "Rai," ulangnya.
Yumna berkedip kemudian menatap tangan Rai. Ah ia baru mengerti. "Kamu ngajakin aku kenalan?" tanyanya memastikan. Cowok itu mengangguk. Yumna tersenyum membalas uluran tangan itu. "Yumna."

KAMU SEDANG MEMBACA
Yumna's Secret
Fiksi Remaja"Cerita ini telah diikut sertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua." Yumna Khaura Adriyani. Putri terakhir dari keluarga Adriyansyah. Bersifat cuek--pada selain keluarga, suka beradu kekuatan terutama bagi yang me...