BAB 12

67 5 0
                                        

Happy reading 😘

***

"Lo kenapa sih, Yum?" Frada mengguncang tubuh sahabatnya.

Yumna tak bergerak. Ia masih termangu memandangi bakso di depannya. Tak ada selera untuk lekas memakannya. Kata-kata Noval kemarin masih menancap tak mau pergi. Apalagi di tambah perginya kakaknya itu untuk urusan bisnis selama beberapa hari ke depan.

Yumna seharusnya bahagia. Tak ada yang mengaturnya ini-itu. Melarangnya ini itu. Yumna seharusnya merasakan itu. Tapi ... tidak. Kepergian kakaknya kali ini seakan sebagai peringatan dan pengingat.

Yumna menyadari, kakaknya masih trauma akan kejadian yang lalu. Ia tak bisa menyangkal tentang hal itu. Ia sendiri bahkan sering kalut jika mengenang orang itu. Yumna menunduk. Menghela napas panjang.

"Yumna, kamu kenapa?" Kali ini Yumna bereaksi. Ia memandang sahabatnya. Ia menggeleng.

Yumna mengangguk. Ia melanjutkan memakan nasi gorengnya. Sekejap kemudian ia kembali melihat Yumna.

"Gue ngerti kalau lo belum mau cerita. Tapi makan dong, jangan cuma dipelototin baksonya. Tahu nggak, bisa jadi baksonya itu mau teriak kalau dia punya mulut. Dia terlalu takut dengan pandangan matamu!" Frada membujuk.

Yumna tersenyum. Jemarinya terulur mengambil sendok dan memakan kuahnya. Hangat. Sudah tidak panas seperti biasanya. Tidak ada uap yang mengepul. Ia melirik nasgor milik Frada. Tinggal beberapa sendok. Ia beralih pada jam tangannya. Ah, dia sudah melamun lebih dari lima belas menit.

Seseorang menarik bangku di depannya. Yumna mendongak. Bola matanya memutar otomatis. Orang itu. Yumna seharusnya tahu, hanya orang gila itu yang mau menghampiri setelah ia sakiti lebih dari dua kali.

Rai menampilkan senyum menawan. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi kantin.

"Emm .... Rai, kamu nggak mengambil makanan?" Yumna menoleh pada Frada. Sejak kapan gadis itu memakai kata kamu dalam kamus hidupnya? Dan ... apa-apaan suara kalem tadi? Yumna bahkan ingin menutup wajah yang tengah menampilkan senyum malu-malu itu.

Yumna mendengus. Frada dan kecintaannya kepada cogan. Seharusnya Yumna tak begitu terkejut.

"Itu. Sudah sampai." Rai menunjuk seseorang tengah membawa baki makanan. Seorang lelaki yang berusia sekitar 25 keatas. Hampir seumuran Noval. Entah lebih tua atau muda. Yumna tak tahu. Ia tak memerhatikan. Ia memilih kembali pada baksonya.

Orang itu meletakkan baki makanan itu dengan santun. Ia bergerak mundur. Yumna mendengar suara terkesiap. Ia memiliki Frada. Gadis itu menatap lurus pada orang tadi.

Yumna mencubit paha Frada cukup kuat. Berusaha menyadarkan sahabatnya.

Frada hampir memekik. Ia menahan. Memilih memejamkan mata untuk menetralisir rasa sakit. Setelahnya, ia kembali melirik sadis Yumna. Ia bergerak menyamping. Mendekatkan mulutnya pada telinga sahabatnya.

"Lo ada apa, sih? Main cubit-cubit aja. Kenceng lagi!"

Frada menormalkan duduknya. Senyuman penyesalan ia layangkan pada seseorang yang kini menatap mereka penuh tanda tanya.

"Cuman mau nyadarin, supaya kamu nggak terus menerus mempermalukan diri sendiri," balas Yumna tepat di telinga Frada.

"Gue nggak!"

"Mulut kamu itu menganga lebar banget lihat om-om tadi," ejek Yumna.

"Dia bukan om-om. Dia cuman cowok yang udah matang." Frada tak terima.

"Cowok matang di matamu itu setara sama om-om dipenglihatanku."

"Kalau gitu kak Noval---"

Kalimat Frada terhenti karena suara terbahak seseorang. Mereka yang semula saling pandang, kini beralih memandang orang itu.

Yumna's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang