Happy reading 😘
Yumna berjalan cepat. Tangannya mengepal erat. Emosinya belum teralihkan sepenuhnya. Tadi hanyalah sebuah gertakan. Ya ... seorang Rai Reifansyah memang harus mendapat sedikit pelajaran. Well ... di sini Yumna benar-benar lupa jika ini bukan kali pertama ia membuat cowok gila itu kesakitan. Dan ... ah, Yumna baru sadar, jika ia belum memberi pertanggungjawaban. Ia hendak berbalik. Tapi ternyata karibnya--Frada--tengah berjalan tergesa ke arahnya. Terburu-buru. Kenapa Frada baru datang? Bukannya tadi di belakangan? Atau jangan-jangan tadi gadis itu tak menyusulnya?
"Yumna!" Sapa Frada---lebih tepatnya teriak. Wajahnya seakan ingin menelan orang. Yumna tahu, Frada mengeluarkan ekspresi itu bukan untuk menakut-nakuti. Tapi gadis itulah yang sedang ketakutan.
"Kamu kenapa?" tanya Yumna ketika Frada sudah berada di depannya.
"Lo tahu, nggak? Tadi kan selepas lo nendang dan pergi begitu aja, gue berusaha nolongin Rai. Tapi lo tau apa balasan dia?" Frada memberikan tebakan dengan semangat.
Yumna memutar bola. Sepertinya bukan sesuatu yang menarik. Ia kembali membalik badan. Melanjutkan langkah menuju ruang ganti.
"Yumna!" jerit Frada tertahan. Hampir saja dia menimpuk kepala sahabatnya itu dengan botol yang masih digenggam.
Dia menyejajarkan langkah.
"Apaan, sih?" Yumna bertanya malas.
"Bales nanya gini dong ..., Bagaimana responnya Pangeran Rai?"
Yumna mendengkus jijik. Pangeran? Nggak salah. Ingin tertawa saja rasanya. "Gimana responnya orang gila itu?"
"Ih ... kok orang gila, sih?!" Frada mengerucutkan bibir. "Tapi ya udah deh. Nggak papa. Dia bilang gini ..."
Frada berhenti. Yumna mengikuti. Melihat apa yang akan di praktekan sahabatnya dengan seksama.
Frada membukuk. Mengulurkan tangannya. Memposisikan dirinya seperti tadi ketika bersama Rai. Dia bahkan juga mengucapkan kata-kata yang sama dan juga mempraktekkan apa yang dilakukan Rai tadi padanya. Nada suaranya, tatapannya, juga gerakan tangan. Semua. Tanpa terkecuali.
Yumna menggelembungkan pipi. Mencoba menahan tawa yang hendak keluar. Kebas. Akhirnya tawa itu mengalun. Yumna terbahak. Melihat Frada yang berlagak jadi Rai benar-benar menggelikan. Dan apa itu tadi? Suara dingin? Gerakan menolak yang hampir kasar hanya karena disentuh? Yumna tak percaya.
Rai Reifansyah Alexander yang ia kenal adalah seorang selalu menyuarakan godaan sekaligus tatapan kecewa. Dingin? Ia pernah melihatnya. Tapi tak se--alay--yang diperagakan Frada tadi. Lalu tak menginginkan sentuhan? Hell ... Rai bahkan sudah menyentuhnya berulang kali.
"Kamu berlebihan."
"Nggak. Gue beneran. Sikapnya memang begitu tadi. Beda sewaktu ada elo," sanggah Frada.
Yumna menaikkan salah satu alisnya. "Perasaan kamu kali!"
Mereka kembali berjalan.
Frada menggeleng. Tidak setuju. "Nggak. Perlakuannya ke gue sama elo itu beda. Kalau sama lo itu masih ada kesan hangat gitu. Tapi kalau sama gue?! Rasanya gue pengen minggat!"
Yumna mendengkus. Tapi ... apa benar perlakuannya terhadap dirinya dan Frada berbeda? Yumna tak begitu mengerti. Ia tak ingin memikirkannya. Untuk apa menganalisis perlakuan Orang gila itu?
Nggak guna!
Yumna menekan kedua kata itu. Ia membuka loker. Mengambil baju ganti. Yumna menuju toilet.
"Dan lo tau nggak, Yum? Gue juga baru nyadar, kalau lima cewek ganjen yang beberapa hari lalu gangguin lo ... mereka nggak pernah kelihatan. Padahal sebelumnya kan mereka berlagak jadi seleb yang selalu ada ditiap tempat."

KAMU SEDANG MEMBACA
Yumna's Secret
Teen Fiction"Cerita ini telah diikut sertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua." Yumna Khaura Adriyani. Putri terakhir dari keluarga Adriyansyah. Bersifat cuek--pada selain keluarga, suka beradu kekuatan terutama bagi yang me...