"Cerita ini telah diikut sertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua."
Yumna Khaura Adriyani. Putri terakhir dari keluarga Adriyansyah. Bersifat cuek--pada selain keluarga, suka beradu kekuatan terutama bagi yang me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rai melambaikan tangannya. Bunga-bunga itu ia biarkan terkibas hingga semerbak serbuk menyentuh hidungnya. Terasa gatal. Hidungnya pasti sudah memerah. Tapi .... tak boleh menyerah. Ini untuk gadisnya. Ini untuk mendapatkan empati dari kakak-kakak kekasihnya.
Seorang pria yang ia temui malam tadi keluar dari dalam. Orang itu memakai baju tidur warna hitam. Pas dengan tubuhnya yang atletis.
Rai tersenyum. Dan berganti melambai pada calon kakak iparnya. Bolehkan ia memanggil dengan sebutan itu?
"Hai, Kak. Semalam tidur nyenyak?" Sapa Rai ketika Noval sudah berdiri tepat di depannya.
Tatapan orang itu masih tak berubah dari semalam. Sama sekali tak bersahabat. Tak ada ramah tamahnya.
"Ada apa kamu pagi-pagi mengganggu ketenangan orang?" Noval tak menanggapi sapaan pemuda di depannya.
Rai mengembuskan napasnya. Ia menurunkan tangan yang tadinya ia gunakan untuk menyapa. "Membagikan bunga," jawabnya singkat.
Noval memerhatikan sekeliling. Benar. Para pelayan wanita tengah menatap malu-malu kepada Rai dengan mengenggam setangkai bunga mawar di setiap tangan. Bahkan beberapa bodyguard juga memegang bunga yang sama. Ck, ada apa dengan mereka.
Tapi tunggu .... ia meneliti sekali lagi. Tak hanya ada pengawal nya saja yang di sana. Beberapa pengawal asing juga ikut mendominasi. Noval mengalihkan pandangan kembali pada Rai. Dia bersedekap.
"Sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?" Rai berujar rendah. Ia arahkan tatapan tajamnya pada lelaki yang mengaku sebagai kekasih adiknya.
Rai mengangkat pundak. Ia tersenyum. Dan senyumnya semakin melebar ketika melihat gadisnya telah berdiri di ambang pintu masuk sana. Yumna memerhatikan. Rai hendak maju, namun tangan seseorang menahan.
Rai memandang tajam. Huh! Orang ini benar-benar mengganggunya!
"Aku hanya ingin menghampiri pacarku!"
"Tidak ada pacarmu di sini."
"Dia di sana!" Rai mengarahkan dagunya. Menunjukkan keberadaan kekasihnya. "Berdiri di sana."
"Yang kamu tunjuk itu adikku. Dan setahuku, dia belum memiliki kekasih. Paham?" Noval menekan kata terakhir. Kesabarannya diambang batas. Tangannya semakin erat mencengkram tubuh pemuda yang sama kekarnya dengannya.
Rai memilih mundur. Ia layangkan tatapan intimidasi. Baik, mungkin sekarang ia masih mundur. Waktu belum merestuinya. Rai menyerahkan bunga itu. Tepat di tangan Noval.
"Tolong berikan ini pada adik bungsumu. Kudengar, dia suka mawar."
Lalu Rai melayangkan satu kecupan jarak jauh pada Yumna. Gadisnya tak bereaksi. Masih berdiri kaku di sana. Yang ada hanyalah pekikan histeris dari para pelayan. Rai kembali memberikan senyum. Ia melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Kemudian berjalan menuju mobilnya.