"Cerita ini telah diikut sertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua."
Yumna Khaura Adriyani. Putri terakhir dari keluarga Adriyansyah. Bersifat cuek--pada selain keluarga, suka beradu kekuatan terutama bagi yang me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading 😘
***
Yumna bergerak perlahan. Jemarinya memiring ke samping. Hati-hati dan tak menimbulkan suara. Terbuka. Ia menoleh ke kanan dan kiri. Sepi. Ia mengembuskan napas. Untung saja sudah hampir tengah malam.
Yumna memasuki ruangan itu. Gelap. Tapi ia tak mempermasalahkan. Jemari kaki menjadi tumpuan. Yumna jelas sekali tengah berperan sebagai maling. Hanya saja ia bukan maling biasa. Ia maling di rumah sendiri dengan barang incaran juga merupakan miliknya. Huft! Mengingat itu ia kesal sendiri. Yumna berjalan biasa. Ia rasa aman. Kakaknya sedang perjalanan bisnis keluar kota selama seminggu. Pasti ponselnya di tinggal di rumah. Tak mungkin di bawa-bawa.
"Non Yumna, sedang apa di sini?"
Suara itu datang bersama lampu kamar yang menyala terang. Yumna memejamkan mata. Belum siap akan cahaya yang menerobos paksa pada retinanya. Sapuan tangan pada bahu terasa. Yumna membuka mata perlahan. Ia menoleh. Ia mengembuskan napas lega. Itu kepala pelayan. Seseorang yang telah ia anggap keluarga sendiri.
"Ini Mbok, cari Hp. Disembunyiin Kak Noval."
Yumna kembali melanjutkan langkah. Ia menuju meja nakas samping kasur. Membuka laci dan mengobrak-abrik apa yang di dalam. Mencari apa yang di inginkan. Tak ada. Yumna hendak beralih pada kasur. Mungkin saja ada di bawah bantal.
"Non nggak perlu repot-repot cari. Hp nya ada di Simbok. Kemarin Tuan Noval kasih."
Yumna mendelik pada wanita paruh baya itu. Matanya nyaris keluar. Apa tadi pembantunya bilang? Kemarin? Dan baru memberi tahunya sekarang?!
"Kenapa nggak langsung kasih aku saja, Mbok?!" Yumna berdiri tegak. Ia melipat tangannya di depan dada. Kilat matanya menyorot tajam.
"Katanya tuan Noval boleh di kasih kalau Non Yumna minta. Kalau ndak, ya ... ndak usah."
Yumna memejamkan mata. Menelan kejengkelan yang nyaris tumpah. Noval ... tentu saja! Dia tak akan mempermudah. Dia pasti sudah bisa mengira kalau adiknya akan menjadi maling abal-abal di kamarnya.
Yumna mengembuskan napas. Percuma jika memarahi pembantunya. Orang itu hanya menjalankan tugas.
"Ya udah, mana HP nya!"
"Ada di kamar saya, Non." Pembantu itu keluar kamar tanpa permisi. Yumna tak mempermasalahkan. Sudah terlalu sering mendapati sikap itu.
Mereka berjalan bersama. Yumna menyamakan langkah dan pembantunya pun seakan mengerti. Mereka hanya saling diam. Yumna memilih membisu. Hatinya masih jengkel akan kenyataan ponselnya. Jika ia tahu kalau benda itu aman di pembantu---ia tak perlu menggeledah kamar Noval. Ish! Yumna ingin memecahkan barang saja!
"Ini, Non." Pembantu itu menyerahkan ponselnya. Masih mati dan dingin. Yumna bisa memastikan bahwa wanita paruh baya di depannya sama sekali tak membuka. Yumna memaklumi. Wanita itu gaptek. Dia hanya bisa menggunakan ponsel untuk SMS dan telepon.