"Berhenti di sini saja, Bang."
Kendaraan roda dua itu menepi. Yumna turun. Mengangsurkan sejumlah uang. Ia berbalik. Memasuki toko di depannya.
"Selamat datang di Floris Adinda." Sapaan terdengar ketika Yumna baru membuka kembali pintu kaca. Seorang penjaga toko bunga. Wanita yang berdiri di belakang meja kasir. Terlihat anggun dan ramah. Yumna mengangguk singkat dan tersenyum.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Tanyanya ketika Yumna hanya berdiam diri menatap jajaran bunga. Berwarna-warni. Namun matanya hanya terpaku pada stu jenis bunga ...
"Iya, tolong berikan aku sebuket bunga mawar merah dan krisan putih."
Penjaga toko itu mengangguk. Bergegas mengambil bunga yang dimaksud.
"Maaf, boleh saya masuk toilet anda?"
Penjaga toko itu mengangguk sopan. "Tentu saja, silahkan. Toiletnya ada diujung kiri. "
Yumna melangkah. Mengikuti arah yang ditunjukkan. Yumna memasuki bilik. Menutup dengan pelan sebelum menyandarkan punggung. Ia luruh. Lelah. Baik jiwa maupun raga. Emosinya benar-benar bermain. Belum tuntas kenangan dulu melintang kini berganti moment yang lain.
Yumna menunduk. Air mata mulai luruh.
"Kak Fandhi bunga apa yang kamu sukai?"
Yumna mendongkak. Suara itu benar-benar membangunkannya. Ia mengenali suara itu. Itu suaranya. Miliknya dua tahun yang lalu. Bersama orang yang ia sukai.
Yumna jelas bisa melihat bayangan dirinya dan Afandhi di sebuah taman. Yumna tengah tersenyum kecil. Dan Afandhi memilih bunga untuk dipetik.
Itu kenangannya. Yumna masih mengingatnya.
"Aku menyukai krisan putih. Mereka mengingatkan aku pada ibu. Tapi aku lebih menyukai mawar merah, karena itu kesukaanmu," jawabnya kala itu.
Yumna semakin terisak. Ya, itu kenangan. Hanya sebuah kejadian lama yang tak akan pernah ia lewati kembali. Yumna membenamkan wajahnya.
Haruskah seperti ini? Kisah mereka yang bahkan baru atau belum dimulai.
Yumna masih belum memercayai jika hari itu akan datang. Tepat pada tanggal yang sama di hari ini. Yumna kehilangan semua. Kebahagiaan dan kepercayaan diri. Ia menyesalinya. Dan akhir dari pemikiran itu adalah ...
Andai ia dulu sekuat sekarang, mungkin ia akan membantu Fandhi mengalahkan orang-orang itu. Dan ... mungkin Afandhi Sulaiman masih bernapas hingga sekarang. Menghirup udara yang sama seperti dirinya.
Hanya saja itu sebuah pengandaian akibat penyesalan tak berujung. Yumna meremas rok seragam. Itu sudah terjadi, ia harus menerima. Tapi tak bisa. Afandhi Sulaiman adalah orang yang berpengaruh besar baginya. Pengendali dirinya dan pembentuk dirinya yang sekarang.
Afandhi Sulaiman ....
Bagaimanapun kehidupannya sekarang atau seberapa buruk dirinya di masalalu, Yumna masih mencintainya. Dari hari itu hingga sekarang.
***
Yumna meraih buket bunga. Ada dua jenis bunga. Krisan dan mawar. Merah dan putih. Perpaduan yang cocok. Yumna tak salah memilih toko.
"Terimakasih. Jika ingin berbelanja bunga lagi, silahkan datang."
Penjaga toko itu tersenyum hangat menyerahkan uang kembalian Yumna. Yumna menerimanya. Satu senyuman ia layangkan sebagai ucapan terimakasih.
"Saya permisi," pamitnya keluar pintu toko. Yumna berjalan menjauh. Pakaiannya sudah berganti. Tak ada seragam sekolah yang melekat pada tubuhnya. Outfit sudah berganti dengan setelan baju Frada. Santai dan elegan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yumna's Secret
Novela Juvenil"Cerita ini telah diikut sertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua." Yumna Khaura Adriyani. Putri terakhir dari keluarga Adriyansyah. Bersifat cuek--pada selain keluarga, suka beradu kekuatan terutama bagi yang me...