"Cerita ini telah diikut sertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua."
Yumna Khaura Adriyani. Putri terakhir dari keluarga Adriyansyah. Bersifat cuek--pada selain keluarga, suka beradu kekuatan terutama bagi yang me...
Rai berjalan mendekat. Tangannya menjinjing paper bag. Ia melemparnya. Tepat di tangan Yumna.
Rai .... dia menyeringai. Melambai sekejap sebelum berlalu pergi dengan langkah lambat.
Yumna meremas paper bag pemberian Rai. Orang itu menjadi penyebab dari segala hal yang terjadi hari ini. Terimakasih untuknya yang berhasil membangkitkan kenangan terpendam selama ini!
Yumna melempar tas itu asal. Tak akan sudi untuk menerima benda dari lelaki itu. Pembangkit kenangan buruknya.
"Yumna, kenapa bisa seperti ini?" Lisa memekik cemas. Ia baru datang bersama dua orang temannya. Yumna tak tau Lisa mengetahui dari mana keberadaan dirinya--mungkin saja para bodyguard sudah melapor.
"Nggak apa-apa." Yumna menggeleng. Mencoba tersenyum diantara luka dan amarahnya.
"Lalu, bagaimana kamu menjelaskan tentang rambut dan seragammu?" Yumna hanya tersenyum dengan menggaruk pipi yang tak gatal. Lisa mengembuskan napas. Ia melambaikan tangan pada salah seorang yang melintas. Orang itu berjalan mendekat dengan sikap hormat.
"Tolong belikan pakaian ganti untuk Yumna," titahnya dan dibalas anggukan patuh. Yumna tak perlu berpikir siapa orang itu. Jawabannya terlalu mudah untuk dicari.
"Eh itu bukannya tas belanja dior?" Salah seorang temannya memekik heboh. Ia berlari menuju paper bag yang dibuang Yumna. Seorang yang lain juga ikut melihat--diikuti pekikan yang membahana.
"Ini koleksi terbaru bulan ini!"
"Orang gila mana yang menaruh baju in di sini?!"
Yumna diam mengamati. Tak tertarik untuk datang dan menjelaskan bahwa tadi ada orang tidak waras yang membuang barang itu padanya. Itu tidak penting.
"Kak, aku mau kembali ke kelas," ujar Yumna. Mengalihkan atensinya pada Kakaknya.
Lisa menggeleng tidak setuju. Ia menarik kembali Yumna ke dalam toilet. Tak peduli pada kedua temannya yang tengah histeris menemukan barang mewah. Lisa berhenti. Matanya menangkap Frada yang tengah berdiri angkuh dihadapan lima orang siswi dengan penampilan berantakan. Ia melirik adiknya.
"Apa mereka mengganggumu?" tanya Lisa. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Pandangannya kini tak hanya melirik, melainkan mengarah tajam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yumna mengedarkan matanya pada apapun selain Lisa. Ia tak kan pernah mampu menatap lebih dari lima detik tatapan mematikan itu. Itu melemahkannya, karena bukannya Lisa yang akan ia lihat--melainkan mendiang ibunya. Kakaknya ini terlalu mirip sang ibu ketika marah. Dan Yumna tak suka. Karena itu membuat hatinya lemah dan mendambakan pelukan.
"Tidak. Mereka mengganggu Frada--jadi Frada marah dan balas memukul," jawabnya enteng.
"Aku sudah mengenal Frada sedari dia SMP. Jangan bohong!"