11. Bandung dan Rayhan

26 2 2
                                    

Rayhan bersandar di kap mobilnya sembari terus memandangi pasangan yang tengah berbicara serius yang tidak jauh darinya. Sekarang mereka bertiga, tengah berada di Bandung untuk menyelesaikan masalah Hira dan Kahfi. Rayhan mengedarkan pandangannya ke seluruh arah, sekarang mereka tengah di depan rumah Kahfi di Bandung. Rayhan mendengus geli ketika pandangannya jatuh pada Thania yang tengah memakan jajanan keripik singkong yang mereka beli di minimarket. Rayhan tidak dapat menahan tawanya saat Thania bertingkah seperti anak kecil yang baru saja bertemu mainan baru saat menaiki ayunan gantung yang di rantai di pohon besar samping sahabatnya itu.

Rayhan menoleh pada Hira dan Kahfi yang sepertinya sudah berbaikan karena kini keduanya sedang tertawa bersama. Rayhan memilih untuk mengalihkan pandangannya kembali pada Thania yang berteriak memanggilnya. Rayhan melangkah pelan ke arah Thania dan berdiri tepat di depan sahabatnya itu.

"Apaan?" tanyanya pura-pura kesal.

Thania tersenyum lebar sembari merapatkan kedua tangan di depan dada menatap melas ke arah Rayhan. "Tolong dorongin gue, biar kayak di film Magic Hour gitu. Lo jadi Dimas Anggara, gue jadi Michelle Ziudith." jawabnya dengan riang.

Rayhan menghela nafas berat, mau tidak mau menuruti kemauan Thania dengan berat hati. Namun Rayhan merasa senang saat Thania berteriak girang saat ia mendorong kuat-kuat, bukannya takut malah ketawa-ketawa. Dasar Thania, ada-ada saja kelakuannya.

"YUHUUU!!" teriak Thania semakin kencang sembari terus tertawa.

Rayhan yang mendorong pun jadi merasa lelah dan ikut duduk di samping ayunan Thania. Ada kursi panjang yang kini jadi tempat berbaring Rayhan untuk memejamkan matanya sejenak. Sedangkan Thania menoleh pada Rayhan dengan perasaan bahagia, ia suka saat melihat lelaki itu tertawa karenanya. Ia suka saat Rayhan memberinya perhatian, walaupun terkadang dengan ogah-ogahan. Dan sekarang, ia merasa jahat pada Rayhan karena bersyukur atas kembali nya Hira pada Kahfi. Ia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi jika pasangan itu putus, mungkin saja Rayhan akan maju dan mulai memperjuangkan cintanya untuk Hira. Ia tidak bisa membayangkan hal itu terjadi, sungguh tidak ingin.

"Than? Jalan yuk?" panggil Rayhan yang masih belum membuka matanya.

Thania mengerutkan keningnya, "Jalan kemana? Emang lo tahu jalan di sini, ini Bandung bukan Jakarta." sahut Thania.

Rayhan berdecak sebal segera membuka matanya sembari bangkit dan duduk menghadap Thania. "Lo kira gue ini lo, yang nggak tahu jalan. Gue udah sering ke sini sebelumnya, ada teman gue yang tinggal di Bandung dan lagian Bandung nggak seluas Jakarta kali, tenang aja. Mau ikut nggak?"

Rayhan bangkit dari duduknya sembari mengulurkan tangannya pada Thania, dan segera di sambut senang oleh perempuan itu. Kini keduanya berjalan berdua sembari bergandengan tangan, entah kenapa membuat Thania merasa salah tingkah dengan wajah memerah malu. Thania berusaha memalingkan wajahnya ke arah manapun kecuali Rayhan. Thania tidak ingin Rayhan melihat wajah salah tingkahnya kini.

Rayhan membawa Thania ke kebun teh, dimana pemandangan hijau menghiasi hamparan tanah yang mereka pijak. Banyak tumbuhan yang Thania tidak dapati di Jakarta, sudah lama rasanya tidak melihat pemandangan menyejukkan seperti sekarang.

"Lo kok tahu tempat beginian sih? Emangnya rumah teman lo itu di sekitar sini?" tanya Thania tanpa menoleh pada Rayhan, kini kedua tangan mereka sudah terlepas.

"Gue tahu dari Hira, waktu itu gue pernah nganterin Hira buat ketemu Kahfi sebelum ini. Dia yang nunjukin tempat ini." jawab Rayhan yang kini duduk di atas tanah tinggi di belakang Thania.

Thania terdiam, ia kira Rayhan tahu tempat ini dari salah satu temannya. Namun ternyata Hira yang memberitahu nya, mereka berdua pernah ke sini tanpa dirinya. Pasti saat itu Rayhan sangat bahagia.

"Lo secinta itu ya sama Hira?" tanyanya secara refleks,

Rayhan tertawa miris di belakang sana, "Banget Than, sampai rasanya gue pengen ngasih apa yang gue punya untuk dia. Nyawa pun akan gue berikan untuk Hira, apapun itu untuk Hira akan gue lakukan." jawabnya kecut.

Thania merasakan kembali rasa tidak suka tersebut, ia tidak ingin mendengar hal itu. "Kenapa lo nggak mencoba untuk melupakan perasaan lo buat Hira, lo tahu sendiri kan Hira sudah bahagia sama Kahfi."

Rayhan mengangguk cepat, "Pernah gue coba, tapi tetap Hira masih ada di hati gue. Dan gue nggak mencoba lagi, karena gue yakin suatu saat gue sama Hira akan bersama. Itu pasti, dan gue hanya tinggal menunggu."

Thania membalikkan badannya terkejut dengan suara bergetar, ia kembali bertanya. "Apa maksud lo? Rayhan lo lagi nggak mencoba untuk menghancurkan hubungan mereka kan?"

Rayhan diam lama sembari menatap santai Thania, "Entah lah, gue juga nggak tahu." jawabnya pelan.

Rayhan turun dari tanah tinggi hendak meraih tangan Thania namun perempuan itu menghindar dan berjalan melewatinya tanpa kata. Rayhan mengerutkan keningnya tidak mengerti ada apa dengan Thania, karena ia merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa.

"Kenapa lagi sih itu anak?" tanyanya entah pada siapa.

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang