41. Bertemu Mantan

25 2 0
                                    

Thania sudah mulai kuliah dan belajar di kampus barunya, belum bertemu teman yang mau berteman dengannya. Namun ada beberapa yang sering menyapanya, ia senang berada di kampus barunya. Banyak tempat yang tidak sama seperti di Indonesia, tentu di kampus ini teknologi nya lebih lengkap dan terpecaya.

Thania baru saja selesai kelas Dosen terakhir, dan bersiap hendak pulang. Namun langkahnya terhenti begitu saja saat melihat ada sosok lelaki yang cukup di kenalnya berada di depan koridor kelasnya. Thania tersenyum senang segera mendekat pada lelaki itu.

"Marchello Pradelino!" panggil Thania dengan riang,

Lelaki yang di panggil pun menoleh sembari menatap terkejut ke arah Thania. Namun segera melangkah berhenti di depan Thania dengan pandangan tidak percaya sekaligus senang.

"Thania? this is you, Thania?" tanyanya masih tidak percaya,

Thania menganggukan kepalanya berkali-kali, "Yes, aku Thania. Hello...Marcell, how are you?" jawab nya dengan cepat,

Marcellio Pradelino, mantan pacar Thania sewaktu SMA. Mantan yang menurut Thania paling ganteng dan keren itu sekarang berada di hadapannya. Mantan yang di putuskan nya karena selingkuh dengan teman kelasnya sendiri. Namun mereka tetap putus baik-baik dan Mark juga telah meminta maaf dan mengakui kesalahannya.

"Yes, i'm fine Thania, you kok bisa ada di sini sih?" tanya Marcell kini mulai penasaran,

Thania tertawa kecil, "Aku kuliah di sini, pindah kampus. Kalo kamu kuliah di sini juga?" jawabnya sembari tersenyum berharap,

"Yes, aku di sini juga, kamu jurusan apa?"

"Waw, akhirnya aku punya teman. Aku managemen dong, kalo kamu?"

"Biasa bisnis,"

Thania mengangguk meng-oh kan saja, kemudian mereka kembali berbicara sembari berjalan keluar kampus. Sesampainya di parkiran kampus, Thania berpamitan untuk segera pulang. Namun dengan cepat Marcell menahannya dan menyuruhnya untuk semobil dengan lelaki itu agar dia yang mengantar dirinya pulang.

"Tapi aku nggak langsung pulang sih, mau ke restoran dulu." kata Thania sedikit tidak enak,

Marcell mengangguk cepat, "Ya udah aku anterin, emang restoran mana?"

Thania menyebut restoran sang Kakek dan menunjukkan jalannya pada Marcell. Dan sepertinya Marcell sudah tau restoran tersebut karena sering kesana bersama pacar-pacarnya.

"Playboy nya nggak ilang ya, tetap aja." sindir Thania sembari terkekeh geli,

Marcell balas tertawa pelan, "Tapi nggak ada yang serius Than, cuma main-main doang. Lagian aku juga udah mau lulus, dan balik ke Jakarta. Sampai di sana nanti, sibuk sama kerjaan baru. Gantiin bokap di kantor, dan pastinya bakalan sibuk. Maka dari itu aku habisin banyak waktu main, nongkrong sama pacaran ya cuma di sini. Entar kalo di Jakarta, pacarannya sama berkas-berkas kantor."

Thania hanya bisa menggelengkan kepalanya tertawa mendengar perkataan Marcell. "Ada-ada aja deh kamu, padahal cewek Jerman cantik-cantik emang nggak ada yang nyantol." kata Thania dengan nada bercanda,

Marcell tertawa, "Nggak ada Than, aku cuma nyantolnya sama kamu doang." balasnya balik bercanda,

"Oh kamu gamon dari aku? Ya ampun sama dong, aku gamon juga."

"Oh ya? Seriu--

"Gamon di traktir, gamon di beliin sate padang."

Marcell berdecih sinis, "Kirain benaran..."

Thania kembali tertawa, "Ya nggak lah, aku mah becanda doang."

Marcell menepikan mobilnya tepat di depan restoran yang cukup besar dan mewah tersebut. Marcell turun di ikuti oleh Thania yang langsung menuju ke arah Mark sembari tersenyum manis.

"Thanks, ya Marcell." kata Thania tulus,

Marcell tersenyum mengangguk, "Iya sama-sama," balas nya pelan,

"Kamu udah makan belum? Kalo belum makan di sini aja, kebetulan restoran ini punya kakek aku." kata Thania

"Ha? Serius, ini restoran punya kakek lo?"

"Iya ayok buruan masuk, aku sudah lapar banget soalnya."

"Ya udah aku mau, lagian aku juga lapar."

Thania segera menarik lengan Marcell masuk ke dalam restoran dan menuju ke ruangan VVIP. Thania menyuruh Marcell menunggu dan memesan makanan sendiri. Karena Thania hendak pergi untuk bertemu dengan kedua orang tua nya.

Marcell terdiam memandangi menu restoran yang paling terkenal di kota ini, dan sering menjadi tempat kencannya bersama para bule Jerman. Marcell sendiri merupakan blasteran sama seperti Thania, namun Marcell Amerika-Korea-Indonesia. Ada tiga keturunan di dalam dirinya, yaitu dari Papa nya yang berasal dari Korea. Serta Mama nya yang blasteran Indonesia-Amerika.

Marcell telah memesan makanannya dan tinggal menunggu pesanannya datang, sesekali mengecek ponselnya untuk melihat pesan-pesan yang di kirimkan pacar-pacarnya. Terhitung sudah ada lima perempuan bule yang ia pacari dalam sebulan di waktu yang hampir bersamaan. Ia sendiri pun lupa yang mana selingkuhan dan yang mana pacar pertamanya. Kadang ia juga sempat salah panggil nama, namun kadang ketahuan dan kadang tidak juga. Karena ia sendiri punya jurus merayu yang sangat handal hingga pacar-pacarnya tidak marah.

"Eh Marcell sudah pesan belum?" panggil Thania sembari bertanya dan duduk di sebrang Mark.

Marcell tersenyum lebar, "Sudah Than, tinggal nunggu datangnya aja. Kamu sudah pesan?" jawab nya sembari mengulurkan buku menu pada Thania,

Thania menganggukkan kepalanya cepat, "Tenang aja, aku sudah pesan kok tadi."

Marcell hanya mengangguk meng-oh kan saja, sebelum memulai kembali percakapan di antara mereka. "Kok lo pindah ke Jerman sih, eeh ngomongnya pake lo-gue aja, entar gue mikirnya lo masih pacar gue." katanya sembari tertawa jenaka,

Thania mendecih sinis sejenak sebelum tertawa geli, "Iya ini udah rencana dari lama sih, sejak SMA. Gue udah sepakat sama kedua orang tua gue, kalau lulus kuliah bakal pindah ke Jerman. Tapi pindahnya malah kecepatan karena Adik dari Kakek gue, yang sebelumnya ngurusin restoran ini. Udah sakit-sakitan dan nggak sanggup lagi buat ngurusin restoran, makanya kita pindah lebih cepat ke Jerman." kata nya menjelaskan kepindahannya yang mendadak,

"Oh jadi gitu, terus gimana sama sahabat lo si Hira? Bukannya kalian dekat banget ya, malahan kuliah di tempat yang sama kan?" kata Marcell lagi,

"Ya gitu deh, Hira nangis. Soalnya kan emang selalu bareng-bareng dari SMP, terus sekarang gue tinggal ke Jerman. Dia nangis kejer gitu, tapi lama-lama dia memaklumi lah." kata Thania sembari tertawa membayangkan perpisahan terakhirnya dengan Hira,

Marcell tidak berbicara lagi karena pesanan mereka sudah datang. Marcell sangat lapar melihat makanan lezat terhidang di meja mereka. Sedangkan Thania segera meraih makanannya dan mengajak Marcell untuk makan bersama.

Marcell bergumam pelan mencicipi makanan nikmat di piringnya, "Favorit gue banget ini,"

Thania tidak menanggapi dan makan dengan nikmat. Keduanya benar-benar makan dan tidak berbicara sama sekali, keduanya meresapi makanan yang mereka coba.

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang