8. Maaf dan Pengakuan

30 2 0
                                    

Rayhan mengantar Thania pulang ke rumahnya setelah memesan makanan untuk sahabatnya itu. Di dalam perjalanan tidak ada yang mau berbicara untuk mencairkan suasana canggung di antara mereka, hanya suara alunan lagu dari penyanyi Shawn Mendes yang memecahkan kesunyian dalam mobil tersebut.

Rayhan melirik Thania yang berada di sampingnya, ia merasa bersalah telah membentak sahabatnya tadi. Ia tahu tidak seharusnya ia bersikap seperti itu, namun apadaya itu semua di luar kesadarannya sendiri. Ia akan meminta maaf pada Thania saat mereka sudah sampai di rumah perempuan itu.

Sedangkan Thania hanya bisa terdiam tanpa melirik atau pun menoleh pada Rayhan. Perempuan itu tidak tahu apa yang terjadi dengan Rayhan, namun di dalam benaknya sudah ada satu kalimat yang membuatnya harus kembali merasakan tidak nyaman. Ia tidak mengerti kenapa ia bisa seceroboh ini dengan merasakan hal yang seharusnya tidak ia rasakan, ia tidak mau ketahuan oleh Rayhan. Bagaimana jika Rayhan sama seperti yang ada benaknya, maka ia akan kembali terluka lagi untuk yang ke sekian kalinya.

"Than? Kita sudah sampai," kata Rayhan sembari menoleh pada Thania yang sepertinya melamun.

Thania tersentak kaget namun dengan cepat segera menguasai diri, ia menatap canggung ke arah Rayhan yang masih menatapnya. "Gue turun, makasih udah nganter---

"Gue minta maaf, nggak seharusnya gue bentak lo kayak tadi. Tolong maafin gue Than..." potong Rayhan sembari memohon dengan raut wajah kusut.

Thania menghela nafas panjang, "Itu bukan pertama kalinya lo bentak gue, dari dulu lo juga sering ngebentak gue. Tapi entah kenapa, gue merasa aneh sama lo hari ini. Lo seperti bukan Rayhan yang gue kenal, gue seperti melihat  orang yang berbeda tadi."

"Seperti yang pernah lo bilang waktu gue patah hati karena Wafda, lo selalu bilang untuk nggak menyimpan semuanya sendiri. Dan dengan berbagi, semuanya bakal terasa meringankan walaupun sedikit. Gue ini sahabat lo Rayhan, apa yang terjadi sama lo? Kenapa?" katanya dengan raut wajah tidak mengerti.

Rayhan mundur ke belakang menyandarkan kepalanya ke kursi kemudi sembari mengusap kasar wajahnya sendiri. Rayhan menghela nafas berat, beberapa detik kemudian menegapkan kembali tubuhnya sembari memandang sendu Thania yang masih menatapnya.

"Gue suka Hira, Than. Gue jatuh Cinta sama dia, dan gue nggak bisa menyembunyikan rasa cemburu gue saat melihat Kahfi datang bawa Hira pergi. Padahal gue udah nyiapin dinner romantis buat malam ini, khusus untuk ulang tahun dia. Tapi itu gagal karena Kahfi datang dan ternyata lo yang ngundang. Gue cuma merasa kesal sama lo, gue nggak bermaksud buat membentak lo seperti tadi." ucapnya dengan susah payah.

Thania tidak dapat percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya, ia tidak tahu jika apa yang tadi di pikirannya adalah benar kenyataanya. Rayhan mencintai Hira, dan ia yang mungkin mencintai Rayhan. Kenapa semuanya malah menjadi seperti ini, entah kenapa ia mempunyai firasat yang buruk tentang hubungan persahabatan mereka yang sudah lama terjalin ini.

Thania sepertinya tahu apa yang di rasakannya akhir-akhir ini, ia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Bahwa ia memang menyukai Rayhan dan mungkin sedang dalam tahap mencintai sahabatnya itu. Ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi situasi rumit yang sedang mereka hadapi.

"Sejak kapan?" tanya Thania pelan.

Rayhan menunduk lesu, "Tiga tahun yang lalu, saat gue tahu Hira satu kampus sama gue. Tapi demi Allah, gue nggak tahu kalau Hira sudah punya Kahfi. Gue baru tahu setelah beberapa bulan kita kuliah, saat waktu itu lo mengucapkan happy anniversary untuk hubungan mereka yang sudah satu tahun."

Thania merasakan dentuman keras di dada nya seakan baru saja tertimpa sesuatu yang berat hingga membuat hatinya terluka. Lagi, untuk yang ke sekian kalinya ia merasakan hal yang sama seperti saat ia melihat Wafda dan Yura saat bersama. Thania tidak sanggup, dan sebentar lagi akan ada air mata yang mengalir di matanya. Namun dengan cepat ia menghalaunya dengan cara mengalihkan pandangannya ke arah jendela sembari menghapus setetes air mata yang baru saja keluar itu tanpa sepengetahuan Rayhan.

"Rayhan, Hira sudah punya Kahfi. Dan lo tahu sendiri bagaimana cintanya Hira sama cowok itu, Hira nggak mungkin melepaskan Kahfi kalau bukan Kahfi yang melepaskannya. Dan mungkin juga Kahfi nggak akan melepaskan Hira, karena kita berdua tahu. Kahfi juga Cinta banget sama Hira." ucap Thania dengan sengaja mengatakan hal itu pada Rayhan.

Sungguh, ia tidak bermaksud untuk menyakiti Rayhan. Namun inilah kenyataannya, bahwa mereka berdua sama-sama mencintai orang yang telah mencintai orang lain. Begitu miris kan?

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang