46. Tante Naila

19 1 0
                                    

Hampir satu bulan tinggal di Jerman dan kuliah di negara tersebut, Rayhan sama sekali belum pernah mencicipi makanan khas Jerman yang halal. Rencana nya Rayhan akan menuju restoran yang sangat terkenal di sekitar apartemennya. Sepulang dari kampus biasanya Rayhan langsung pulang dan tidur, tidak ada kegiatan yang bisa di lakukannya, dan itu cukup membuatnya merasa bosan.

Rayhan memarkirkan mobilnya di parkiran restoran dan segera keluar dari mobil mewah tersebut. Rayhan melangkah masuk ke dalam restoran yang terlihat ramai oleh pengunjung. Rayhan sudah reservasi tempat duduknya, dan pelayan di sana segera menunjukkan tempatnya dan memberikannya menu makanan yang ada di restoran tersebut.

Rayhan memesan appetizer atau makanan pembuka Suppe, atau sup, makanan utama seperti Falscher Hase, daging sapi yang di cincang setelah itu di berikan bawang, telur, dan tepung. Setelah itu ada, Apfelstrudel, makanan asli khas Jerman yang terbuat dari Apel sebagai bahan dasarnya. Dan yang terakhir ada Gulaschsuppe, hidangan khas Jerman juga yang berupa sejenis sup kental yang terbuat dari daging sapi dan babi. Namun Rayhan meminta pelayan untuk membuatnya dari daging sapi, bukan daging babi. Rayhan mengatakan kepada pelayan bahwa ia seorang muslim.

Rayhan duduk menunggu kedatangan pesanannya dan sesekali mengecek ponselnya yang seperti biasa selalu di penuhi oleh notif dari sang Mama. Rayhan sangat tau bahwa Mama nya sangat tidak bisa jauh dari dirinya, karena ia anak pertama. Dan ini pertama kalinya mereka berjauhan, beda negara lagi.

Rayhan mengedarkan pandangannya ke seluruh arah di dalam restoran yang cukup mewah ini. Rayhan sangat suka suasana romantis di dalam restoran yang membuatnya nyaman. Rayhan bahkan memperhatikan bagaimana para pelayan bekerja menyambut tamu, namun pandangannya berhenti di tengah-tengah ruangan, kala mendapati sosok perempuan berpakaian formal.

Rayhan berdiri dari duduknya sembari mengernyitkan keningnya berjalan menghampiri perempuan tersebut yang kini tengah berbicara dengan seorang pelayan restoran. Rayhan berhenti tepat di belakang perempuan itu.

"Tante Naila?" panggil Rayhan sedikit keras, karena Restoran sedang memutar lagu romantis.

Perempuan tersebut berbalik menghadap ke belakang mendapati Rayhan tengah menatapnya dengan senyuman ramahnya. Perempuan itu Naila, Ibu dari Thania yang kini menatap Rayhan tercengang dengan keberadaan lelaki itu di restorannya.

"Ya ampun Rayhan? Kamu di sini?" tanya Naila masih kaget,

Rayhan menganggukkan kepalanya, "Iya Tante, Rayhan sekarang pindah kampus ke Jerman." jawabnya dengan sopan.

"Apa? Pindah?" tanya Naila lagi,

"Iya, Tante, Rayhan pindah ke WHU sekarang." jawab Rayhan,

Naila terkejut mendengarnya dan dengan cepat mengajak Rayhan duduk kembali di mejanya. Naila duduk tepat di hadapan Rayhan yang tersenyum geli melihatnya.

"Jelasin sama Tante sekarang, kok bisa kamu pindah kampus ke Jerman lagi??" tanya Naila lagi,

Rayhan tertawa pelan, "Ceritanya panjang Tante, yang jelas Rayhan akan menggantikan posisi Papa di Perusahaan nanti. Rayhan juga mengambil jurusan bisnis di kampus sekarang, dan Rayhan juga akan mengambil S2 di sini." jawabnya menjelaskan intinya saja,

"Tapi kenapa harus Jerman? Jangan bilang karena ada Thania juga di sini?"

Rayhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari meringis pelan, "Itu juga salah satunya sih Tante."

Naila tersenyum jenaka menatap Rayhan yang merona malu, sepertinya ia tau kalau lelaki yang menyandang status sebagai sahabat anaknya itu tengah terjebak friendzone kalau kata anak sekarang. Namun Naila tau, kalau Thania pasti juga merasakan hal yang sama terhadap Rayhan. Karena beberapa kali ia sering memergoki Thania memandangi foto Rayhan sembari mengatakan kata-kata seperti orang yang sedang merindukan kekasihnya.

"Terus sekarang kamu tinggal dimana?" tanya Naila lagi,

"Sekarang Rayhan tinggal di apartemen dekat kampus Tante." jawab Rayhan.

Naila mengangguk pelan, ternyata Rayhan tinggal di tempat yang sama dengan Marcell. "Thania tau kamu kuliah di sini juga?"

"Belum Tante, tapi Rayhan mohon sama Tante, untuk sekarang jangan kasih tau Thania dulu ya?"

Naila mengerutkan keningnya, "Kenapa memangnya nggak boleh kasih tau?"

Rayhan menghela nafas panjang, "Hubungan kami berdua lagi nggak baik Tante, dan sebenarnya Rayhan juga bingung gimana jelasinnya."

Naila mengangguk mengerti, "Ya sudah nggak papa, tapi kalau boleh Tante saranin. Kamu lebih baik kasih tau Thania, daripada nanti dia tau dari orang lain. Dan kalau ada masalah itu, di bicarakan jangan menghindar. Kamu laki-laki bukan? Harus gentle dong....kalau nggak, ya Tante nggak mau jadiin mantu entar."

Rayhan tertawa malu-malu, "Rayhan dapat lampu ijo nih dari Ibu Mertua. Tinggal Bapak Mertua lagi nih."

Naila tertawa mengejek, "Kalau Mak Bapak nya Thania mah aman, tapi Thania nya yang mau apa kagak sama kamu? Setau Tante dia dekat lagi sama mantannya, namanya Marcell ganteng, baik lagi. Sering ke rumah juga, sering antar-jemput Thania, sering jalan berduaan juga loh."

Rayhan menatap lesu Naila yang mengatakan fakta tentang hubungan Thania dengan mantan kekasih perempuan itu. Rayhan tau siapa Marcell, yang merupakan anak dari saingan berat Perusahaan Papa nya. Perusahaan Papa Rayhan bersaing ketat dengan Perusahaan Papa Marcell.

Setelah perbincangan tadi Rayhan segera menyantap makanannya dengan lapar setelah kepergian Naila yang hendak kembali bekerja. Satu fakta baru lagi yang sekarang di ketahui Rayhan, bahwa restoran tempatnya makan saat ini adalah restoran milik Kakek Thania yang sekarang sudah resmi menjadi milik Naila.

Rayhan memang tau kalau Naila orang Jerman, tapi tidak pernah tau kalau Ayah Naila adalah pemilik restoran mewah tempat makannya sekarang. Hampir setengah jam Rayhan memakan pesanannya dan setelah itu membayar bill nya untuk segera pulang ke apartemen.

Rayhan keluar dari restoran sembari berjalan menuju parkiran mobilnya. Rayhan mengendarai mobilnya menuju apartemen yang kini di tempatinya selama kuliah dan menetap sementara di Jerman. Rayhan tiba di lantai apartemen nya hendak masuk ke dalam apartemennya, namun berhenti saat matanya tidak sengaja menatap sosok perempuan yang sangat di kenalnya tengah berbicara dengan seorang lelaki setengah bule yang di ketahuinya sebagai mantan kekasih dari perempuan itu.

"Thania?" gumam Rayhan lirih,

Rayhan menghembuskan nafas berat saat tidak sengaja melihat Thania berpelukan dengan Marcell. Rasanya Rayhan ingin sekali menarik Thania dari Marcell dan membawanya masuk ke dalam pelukannya saja, karena ia benar-benar sangat merindukan sosok perempuan yang masih mengisi hatinya itu.

"Apa gue harus merelakan lo juga? Sama seperti gue merelakan Hira bersama Kahfi?" tanyanya pada diri sendiri menatap punggung Thania yang menjauh,

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang