31. Hampir Saja

18 2 0
                                    

"Rasa, rasa apa yang pahit banget?"

"Rasa asam?"

"Rasa pil di sebelum di telan?"

"Salah semua!"

"Lah kok salah, kan itu semua pahit,"

"Ya salah, karena yang benar adalah Rasa hatiku saat melihatmu dengannya....asekkk!!"

Rayhan dan Hira pun saling melirik saat mendengar jawaban dari tebakan yang di sampaikan Thania. Kedua nya sama sekali tidak merasa lucu dan ingin tertawa, yang ada mereka malah mengernyitkan keningnya. Sedangkan Thania malah tertawa terbahak-bahak sembari memukul-mukul meja di depannya. Sungguh kalau para laki-laki yang mengagumi Thania melihat tingkah perempuan itu saat ini, pasti mereka akan bepikir dua kali untuk mengagumi perempuan tersebut.

Rayhan menghembuskan nafas kasar untuk yang ke sekian kalinya, mencoba menghapus bayangan tentang Thania yang telah mengisi hari-hari nya dengan canda tawa, juga perdebatan yang tidak pernah ada habisnya. Rayhan berjalan keluar dari kamarnya sembari turun ke ruang keluarga, di sana sudah ada Mama dan adik kedua nya. Rettalia Azkiana Yohandar, siswi SMP kelas Delapan yang sering sekali menjodoh-jodohkan ia dengan Thania.

"Hei, Rayhan sini sayang..." sapa Mama Rayhan sembari menepuk sofa di sampingnya,

"Tumben banget Kak Rayhan ada di rumah pagi-pagi begini, biasa nya juga udah ilang ngapel ke rumah Kak Hira." sindir Retta, sapaan akrabnya melirik ke arah Rayhan yang sudah duduk di samping Mama nya.

Rayhan melotot galak pada Retta, "Masih kecil udah tau ngapel? Ma, pasti udah punya pacar tuh," balas Rayhan mulai mengompori sang Mama,

Mama Rayhan hanya tertawa sembari menatap bergantian kedua anaknya, dan tatapannya berhenti di Rayhan. "Emang bener loh Kak, kamu itu tumben banget ada di rumah di jam segini. Biasanya kalau nggak ke rumah Hira ya ke rumah Tha--

"Nggak usah sebut nama dia, lagian kenapa coba? Kan Rayhan nggak tiap hari juga ke rumah mereka." potong Rayhan cepat,

Retta mengerling jahil, "Waduh, kayaknya ada yang berantem nih Ma. Muka kak Rayhan langsung berubah galak waktu ngomongin kak Thania." kata Retta semakin gencar ingin membuat sang Kakak kesal,

Rayhan berdecak sebal, "Diam nggak lo!" sungut Rayhan,

Retta tertawa terbahak-bahak sukses membuat Rayhan sebal, keduanya memang sangat tidak bisa akur kalau sedang bersama. Apalagi di tambah adik bungsu Rayhan yang laki-laki, Davian Yohandar. Yang sama jahilnya dengan Rayhan maupun Retta.

"Tapi tadi pagi Mama liat, Hira posting foto Thania yang lagi di rumah sakit. Emangnya Thania kenapa?" tanya Mama Rayhan,

Rayhan mengangguk singkat, "Dia cuma kecapekan sama maghnya kambuh." jawab Rayhan pelan,

"Lah terus kenapa Kak Rayhan masih di sini, ya samperin dong Kak Thania nya. Gimana sih, cowok bukan?" sahut Retta dengan nada meremehkan,

Rayhan mendesis kesal sembari berdiri tegak melangkah pergi meninggalkan Mama dan adiknya yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Aneh banget sih Kak Rayhan, pasti dia lagi berantem sama Kak Thania tu Ma." kata Retta berbisik pada Mama nya,

"Udah deh kamu jangan ikut campur gitu, masih kecil juga." tegur Mama nya,

Rayhan kembali ke kamar mengambil jaket kulit nya sembari memegang kunci mobilnya. Rayhan segera berjalan keluar rumah sembari memasuki mobilnya, tujuannya adalah rumah sakit. Karena ia tidak mau lagi menambah masalah yang ada dengan bersikap marah-marah pada Thania.

Rayhan tau, Thania pasti punya alasan kenapa tidak memberitahu tentang keberangkatan nya ke Korea. Dan Rayhan akan menanyakan hal tersebut nanti ketika ia sampai di rumah sakit. Setengah jam kurang ia sampai di parkiran rumah sakit, dan keluar dari mobil mewah nya.

Rayhan berjalan masuk ke dalam rumah sakit menaiki lift untuk sampai di lantai tempat Thania di rawat. Rayhan sampai di depan pintu ruangan Thania, ia masuk ke dalam sembari mengucapkan salam.

Rayhan menoleh pada Thania yang terduduk di atas kasur rumah sakit sembari menonton film kartun anak-anak. Rayhan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tidak menemukan siapapun.

"Lo sendirian?" tanya Rayhan segera mendekat pada Thania,

Thania tidak menjawab dan malah menatap Rayhan dengan tatapan bersalah, "Maaf, gue nggak maksud untuk menyembunyikan dari lo. Lagian kan lo lagi PDKT sama Hira, gue nggak mau ganggu. Bukannya lo juga nggak peduli sama gue lagi," katanya dengan raut wajah berganti sebal kentara sekali bahwa ia sedang cemburu,

Rayhan mengulum bibirnya ke dalam menahan senyumnya, entah kenapa ia suka melihat raut cemburu tersebut, "Alasan macam apa itu, bukannya lo sendiri yang meminta gue untuk memperjuangkan Hira. Dan apa lo bilang tadi, gue nggak peduli? Kalo gue nggak peduli lagi, ngapain gue nolongin lo saat lampu besar itu hampir menimpa lo? Kalo emang gue nggak peduli lagi, gue biarin aja tu lampu nimpa lo, tapi nggak gue lakuin kan?"

Thania terdiam sembari mengalihkan wajahnya ke samping tidak ingin menatap ke arah Rayhan lagi, "Terus kenapa semalam lo nyium gue, malah pake cium-cium bahu gue lagi." tanya nya dengan terbata-bata,

Rayhan tertawa pelan mendudukkan diri di atas kasur Thania menghadap ke arah perempuan itu yang masih tidak ingin menatapnya, "Kan lo nyium gue duluan, ya gue bales lah." jawab nya dengan santai,

Thania menoleh ke arah Rayhan dengan raut wajah merengut sebal, "Gue nggak sengaja, waktu itu gue mau cium pipi lo. Tapi lo nya malah ke arah gu---

Cup

Rayhan mengecup singkat pipi Thania dengan santai bertanya, "Kayak gitu?"

"Rayhan!!" teriak Thania dengan wajah memerah memukuli Rayhan dengan satu tangannya yang tidak di infus,

Sementara Rayhan malah tertawa terbahak-bahak karena berhasil membuat Thania menjadi salah tingkah karenanya. Rayhan menghentikan tangan Thania dan malah menggenggam erat tangan perempuan itu sembari menatapnya dengan raut wajah serius.

"Maafin gue, lo pasti sudah banyak terluka karena gue. Secara nggak sadar nyakitin lo, baik dengan kata-kata maupun perlakuan gue. Gue minta maaf Thania," kata Rayhan dengan rasa bersalah,

Thania menatap Rayhan sembari tersenyum manis, "Apa sekarang lo sudah mulai jatuh cinta sama gue?" tanya nya dengan nada malu-malu,

Rayhan tersenyum lebar, "Ini jawabannya," jawab Rayhan sembari mendekat ke arah Thania hendak mencium perempuan itu lagi namun suara kenop pintu membuat Rayhan segera mundur dengan panik berdiri saat melihat Ayah Thania masuk,

"Loh ada Rayhan?" sapa Ayah Thania tersenyum ramah pada sahabat anaknya tersebut,

Rayhan yang berdiri pun segera menganggukk cepat, "Iya Om, Om nggak kerja emangnya?"

Ayah Thania yang sedang meletakkan sebuah buku novel yang di keluarkan nya dari paperbag ke pangkuan Thania pun menoleh lagi ke arah Rayhan, "Kerja dong Rayhan, cuma ya tadi Thania nitip novel sebelum saya berangkat, ya sekarang juga udah mau berangkat kerja lagi. Jagain Thania dulu ya Rayhan, sebelum Ibu nya balik dari ngajar." jawab Ayah Thania sembari mencium puncak kepala anak satu-satunya itu dengan sayang sebelum akhirnya berpamitan untuk segera pergi bekerja,

Rayhan menghela nafas panjang dan lega setelah melihat kepergian Ayah Thania, ia menoleh pada Thania yang menahan tawa untuk menertawakannya.

"Ketawa lo, sialan kaget banget gue. Bisa-bisa langsung di hajar gue sama bokap lo, gara-gara ketahuan nyium anaknya." kata Rayhan dengan wajah yang masih panik,

Thania mencibir pelan, "Makanya jangan nyosor mulu, awas aja lo cium-cium gue lagi. Gue tonjok lo," sahut Thania dengan wajah galak, yang membuat Rayhan gemas dan tertawa geli karena nya.



Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang