21. Menghindar

21 2 0
                                    

Hira memilih duduk di kursi Thania saat mereka di kelas yang sama, dan ia pun mengabaikan Thania saat perempuan itu mengusirnya.

"Hira lo apaan sih, balik sono ke bangku lo sendiri. Ini tu tempat strategis dan paling aman buat gue tidur, awas dong ah..." kata Thania sembari merengek,

Hira menatap Thania dengan wajah memelas, "Tolong Than, aku nggak mau duduk sama Rayhan dulu." katanya sembari merapatkan kedua tangannya ke depan dada,

Thania mencibir pelan mau tidak mau mengalah, namun ia memilih duduk di belakang Hira bukan di samping Rayhan. Thania juga tidak mau bertemu Rayhan dulu, ia sangat malu atas tindakan cerobohnya semalam. Lagipula kenapa ia harus pakai cium pipi segala sih, kan yang kena bukan pipi malah

"Aduuhh!! Kok gue malah kepikiran mulu sih!" teriaknya tanpa sadar,

Hira menoleh ke belakang dan mengernyitkan keningnya heran, "Kenapa sih kamu, kok malah teriak-teriak?" katanya sembari terkekeh pelan,

Thania tersentak sembari menutup mulutnya sembari menoleh kanan dan kiri yang terdapat beberapa teman sekelasnya menatap aneh ke arahnya. "Upss, sorry..." ucapnya pelan sembari tertawa paksa,

Hira menggelengkan kepalanya dan kembali menatap ke buku yang sedang ia baca. Hira akan mengadakan presentasi nantinya bersama Rayhan dan Thania karena mereka satu kelompok.

"Kamu udah hafal materi yang akan kita presentasikan nanti, Than?" tanya nya tanpa menoleh ke belakang,

Thania tersenyum lebar dengan riang menjawab, "Sudah dong...dan gue yakin banget materi presentasi kita bakal di puji habis-habisan sama Pak Yahya."

Hira menganggukkan kepalanya berkali-kali, "Ya aku juga yakin, tapi sekarang masalahnya aku yang nggak yakin bisa mempresentasikannya dengan baik. Entar kalau salah gimana?" kata Hira merasa tidak percaya diri,

Baik Thania maupun Rayhan adalah orang yang cukup pintar di kelas. Banyak para Dosen yang memuji kecerdasan mereka berdua, terkadang juga keduanya sering mendapatkan IP tertinggi di kelas. Walaupun Rayhan masih di bawah Thania.

"Apaan sih, kok ngomong begitu. Biasanya juga bisa, lagian lo itu harus percaya sama diri sendiri. Kalo lo itu bisa, lo harus buang pikiran negatif tentang lo yang nggak bisa. Terus ganti dengan berpikir kalo lo bisa!" balas Thania dengan semangat menjelaskan,

Hira hanya bisa tersenyum senang mendengarnya, "Walaupun terkadang lo itu nyebelin, nggak pernah serius, tapi tetap aja kalau sudah ngomong soal beginian lo langsung berubah jadi Thania Teguh." kata Hira

"Buset dah, Thania Teguh. Gue maunya nama gue sendiri, Thania Anindita penasehat dalam hal apapun..." kata Thania dengan gaya bicara bak pembawa acara debat presiden,

Hira terbahak sembari menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Gokil kamu mah,"

Thania tertawa kecil, "Gue gitu loh." katanya dengan percaya diri,

"Gue masih jadi bagian kelompok kalian kan?"

Baik Hira maupun Thania segera menoleh ke sumber suara, mendapati Rayhan tengah berdiri menatap bergantian Hira dan Thania di depannya. Hira segera mengalihkan pandangannya kembali ke buku, sedangkan Thania hanya bisa mengangguk pelan sembari menundukkan kepalanya malu saat kembali mengingat kejadian semalam.

"Iya masih lah, lo orang yang paling berpotensi buat kelompok kita makin di puji sama Pak Yahya. Kalau nggak ada lo, nilai kita-kita nggak bakal dapat A plus dong..." jawabnya sembari mengulum senyum jahil,

Rayhan mendengus kesal, "Jadi lo memanfaatkan gue gitu?" tanya nya sembari mendudukkan diri di bangkunya,

Rayhan melirik bangku di samping nya tempat biasa dimana Hira duduk, namun pagi ini perempuan itu nampaknya masih belum mau bertegur sapa bahkan menatap nya sekilas pun tidak. Rayhan menghela nafas berat sembari meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia pasti bisa membuat Hira kembali seperti dulu lagi padanya. Rayhan akan memberi waktu Hira mendiamkannya sampai tiga hari ke depan, lewat dari tiga hari tersebut. Rayhan tidak akan membiarkan perempuan itu mendiamkannya lagi.

"Rayhan?" panggil Thania sedikit keras,

Rayhan menoleh ke belakang dengan malas menatap datar Thania, "Apaan lagi?" tanya nya,

"Materi presentasi nya siniin, mau gue cek dulu." jawab Thania dengan wajah serius,

Rayhan berdecak pelan, segera berdiri melangkah ke meja Thania sembari diam-diam melirik ke arah Hira yang masih membaca bukunya. Rayhan mengulurkan beberapa lembar kertas materi yang sudah ia cetak beberapa hari yang lalu pada Thania.

Thania segera saja meraihnya dan mulai membaca setiap lembar dengan seksama. Thania memang terkenal teliti dalam hal apapun, ia tidak pernah ingin membuat kesalahan dalam apapun itu.

"Thania? Kata Pak Farhan, lo bakalan ikut pertukaran mahasiswa ke Korea ya?" tanya salah satu teman kelasnya, Indira.

Thania menggelengkan kepalanya ragu sembari menoleh pada Indira, "Gue nggak tau, belum ada omongan dari pihak Kampus tentang itu." jawabnya apa adanya,

"Oh, lo belum tau ya. Tapi kata Pak Farhan, lo yang akan ikut ke Korea untuk pertukaran mahasiswa bulan depan." kata Indira lagi,

"Oh ya? Nggak tau deh, tapi kalo itu memang benar ya gue bakal ikutlah. Korea cuy, tempat para oppa-oppa gue kumpul." kata Thania dengan mata berbinar bahagia,

Indira tertawa kecil sembari menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Thania, "Iya sih, tapi lo di sana buat belajar, bukan buat ketemu oppa-oppa lo itu."

Thania memiringkan kepalanya sembari menyeringai lebar, "Menyelam sambil minum air nggak masalah kan? Gue bisa cari waktu buat hadir di salah satu acara musik kpop di sana. Dan setelah itu gue akan ikut fansign mereka, dan gue pamerin deh ke semua sosmed gue. Biar lo semua pada iri, wkwkwk..." katanya dengan percaya diri mulai mengkhayal,

Indira mendengus geli, "Emangnya lo punya duit buat ikutan fansign?"

Seringai lebar Thania mengendur setelah mendengar pertanyaan tersebut, "Iya juga ya, kesana butuh duit juga. Sedangkan mata uang rupiah itu kalau di KRW in, cuma sedikit cuy." katanya merasa ngenes banget,

Thania memang bukan anak orang kaya yang tinggal di rumah gedongan, ia hanya anak dari seorang HRD di Perusahan yang cukup besar di Jakarta. Dan Ibu nya yang hanya seorang Guru SMP, namun ia sangat bahagia. Walaupun hanya anak tunggal dan hidup sederhana, asal dengan kedua orang tua nya. Thania selalu berbahagia.

Berbeda dengan Rayhan dan Hira yang merupakan anak dari orang kaya dan tinggal di kompleks perumahan khusus orang kaya. Rayhan merupakan anak dari CEO/ YOHANDAR GROUP, tempat Ayah Thania bekerja. Sedangkan Hira, merupakan anak dari pemilik rumah sakit CAHAYA BINTANG, rumah sakit dengan fasilitas terbaik se-Jakarta.

Dan Thania, kenapa bisa berada di antara mereka? Karena Thania adalah sahabat Hira sejak SMP, dan Rayhan? Thania mulai berteman dengan Rayhan saat masuk Kampus yang sama dan juga kelas yang sama.

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang