39. Rasa Yang Sama

29 2 0
                                    

Thania dan kedua orang tua nya sudah berada di Jerman, di rumah yang tidak terlalu besar yang merupakan rumah peninggalan Kakeknya, Papa Ibu nya. Walaupun sudah lama tidak di tempati, namun bangunannya masih kokoh khas rumah orang Eropa, namun ada unsur Indonesianya juga. Dulu waktu kecil, Ibu nya tinggal di sana dengan adiknya, Tante Noela yang merupakan kembaran Ibu nya. Namun di umur 11 tahun, mereka pindah ke Indonesia ikut bersama Nenek nya, Mama dari Ibu nya. Karena orang tua Ibu nya telah berpisah, membuat Kakek tinggal sendiri dengan Adiknya, yaitu Paman Sammy yang kini mengola restoran Kakek.

Ibu nya blasteran Indonesia-Jerman, dan wajah Ibu nya sangat mirip dengannya. Pernah beberapa kali ia menjemput Ibu nya ke SMP tempat Ibu nya mengajar. Banyak anak-anak yang mengira bahwa ia merupakan adik dari Ibu nya dan bukan anaknya, karena memang wajah Ibu nya yang tetap awet muda dan cantik di umur 40 tersebut sering membuat wanita manapun sedikit iri.

Begitu pula dirinya yang kini tengah membantu Ibu nya memasak di dapur rumah baru nya. Kebetulan Ibu membawa bahan masakan Indonesia ke Jerman, dan itu membuat ia semakin senang ingin membantu.

"Jadi nanti kamu gimana kuliahnya? Minta di antar Ayah atau kamu mau sendiri," kata Ibu Thania, tanpa menoleh dan sibuk membuat bumbu-bumbu masakannya,

Thania menoleh pada Ibu nya sembari tersenyum manis, "Tenang aja Bu, Thania bisa jalan kaki kok. Lagipula kampusnya dekat, nggak butuh kendaraan juga sampai." sahut Thania lembut,

"Ibu kalo di sini jadi kangen Kakek sama Nenek kamu, apalagi Tante Noela." kata Ibu Thania lagi terdengar sedih,

Thania segera mendekat pada Ibu nya sembari memeluk tubuh wanita yang telah melahirkannya itu. "Jangan sedih, sekarang Ibu sama Thania juga Ayah."

Ibu Thania, Naila Zelvinka Petter merupakan seorang Ibu yang rela berjuang hampir mati ketika melahirkan Thania dulu. Bagaimana dari dulu sudah di ingatkan bahwa Naila tidak bisa melahirkan karena kondisi nya lemah. Naila mati-matian berjuang untuk melahirkan tanpa membahayakan nyawanya, bahkan ia sempat koma beberapa hari setelah melahirkan.

Namun itu juga membuat Ayah Thania, Rendra Rahardjo meminta istrinya untuk tidak menambah anak lagi. Karena Ayah nya tidak mau kehilangan sosok yang teramat di cintainya itu baginya dengan kehadiran sosok Thania di hidup mereka itu sudah cukup. Daripada kembali membahayakan nyawa Naila untuk kedua kalinya.

"Tapi Ayah kamu nyebelin, masa nggak boleh nambah anak lagi." gerutu Ibu nya sebal,

Thania mendelik melepaskan pelukannya pada Ibu nya, "Thania juga nggak mau punya adek, nanti Ayah sama Ibu sayangnya sama adek doang. Nggak sama Thania lagi," kata Thania merengut kesal,

Naila mendengus geli, "Thania kamu sudah 20 tahun, lagak ngomong kamu kayak anak umur 6 tahun."

"Lagian Ibu bahas adek mulu, emang Ibu nggak sayang lagi sama Thania."

"Ya sayang lah, tapi kan pengen punya satu lagi,"

"Udah tua, nggak boleh lagi hamil."

Naila segera melempar jeruk nipis yang hendak di potongnya ke arah Thania, "Walaupun tua begini, Ibu tetap canti keleus,"

Thania memutar bola matanya malas sembari berpamitan untuk segera ke kamar dan langsung saja di teriaki Ibu nya.

"Dasar anak gadis zaman now!"

Thania segera masuk ke dalam kamar membaringkan tubuhnya sejenak di kasur sembari mengambil ponsel nya yang terletak di atas meja samping tempat tidurnya. Thania membuka aplikasi WA dan mendapatka banyak pesan dari Hira, yang tengah menyiapkan pernikahannya. Serta, Indira yang juga akan melangsungkan pernikahan yang akan di laksanakan setelah lulus kuliah nanti.

Ada banyak pesan juga dari Bagas, yang setiap hari menanyakan kabarnya. Lelaki itu tidak pernah tidak mengiriminya pesan ataupun menelpon lewat video call. Hampir setiap hari, Bagas selalu menampakkan wajahnya di layar ponselnya. Namun ia merasa kurang, karena ada satu orang yang di harapkannya mengirimi pesan untuknya. Namun lagi-lagi itu hanya harapannya saja, mana mungkin lagi orang itu mau mengirimkan pesan untuknya, bahkan melihatnya saja mungkin tidak mau lagi.

Thania menghela nafas berat sembari terduduk tegap di atas kasur, memandangi foto seorang lelaki yang tengah tersenyum lebar di samping dirinya. Di dalam foto tersebut ada Thania dan Rayhan yang saling merangkul sembari tersenyum lebar. Tanpa sadar air mata Thania mengalir, perempuan itu menahan rasa sesak yang kembali hadir saat melihat Rayhan.

Seseorang yang sudah ia sakiti, seseorang yang telah ia beri harapan. Seseorang yang mencintainya namun ia sia-siakan.

"Rayhan aku kangen banget sama kamu," gumamnya lirih,

Sedangkan di lain tempat Rayhan juga tengah melakukan hal yang sama, memandangi foto ia dan Thania. Ia menghela nafas berat mencoba untuk mengabaikan dan berjalan menuju balkon kamarnya. Dengan pandangan ke atas langit malam, memikirkan sosok perempuan yang cintai dengan perasaan gundah.

"Gue harus apa sekarang?" tanyanya lirih,

"Kenapa gue nggak pernah mendapatkan perempuan yang gue cintai, pasti selalu aja mereka menyakiti gue." gumamnya lagi,

"Rayhan?"

Rayhan berbalik mendapati sosok perempuan dengan pakaian kasual nya, berjalan melangkah ke arahnya dan berakhir berdiri di sampingnya. Rayhan menoleh pada perempuan yang telah dekat dengannya satu tahun lebih ini. Namun tetap saja Rayhan hanya menganggap perempuan itu teman nya saja, tidak lebih.

"Lo tau darimana rumah gue?" tanya Rayhan dengan raut wajah datar,

Perempuan itu, Alena Fransisca Berto. Bule asal Rusia, yang menetap di Indonesia sejak umur 10 tahun. Di besarkan oleh kedua orang tua angkatnya yang asli Indonesia, namun Mama angkatnya asli Jerman dan lahir di sana, sejak kecil Alena sudah dirawat oleh mereka. Akibat kecelakaan pesawat di Indonesia, yang menyebabkan kedua orang tua Alena meninggal. Padahal saat itu mereka hendak berangkat pulang ke Rusia, setelah liburan di Indonesia. Namun takdir berkata lain, orang tua nya tewas dalam kecelakaan tersebut. Menyisakan Alena seorang diri tanpa keluarga yang mau menerimanya, namun orang tua angkatnya dengan baik hati merawat dan membesarkannya hingga sebesar sekarang. Namun Rayhan tidak tau fakta itu, yang lelaki itu tau Alena anak dari Pramugari dan Pilot pesawat Garuda. Serta merupakan mahasiswi Kedokteran di kampus yang sama dengannya.

"Mama aku sahabatan sama Mama kamu, mereka lagi ngobrol di bawah. Mama kamu minta aku ngajak kamu turun sekarang." kata Alena dengan aksen bicara seperti orang Indonesia, karena sudah dari kecil perempuan itu tinggal di Indonesia dan lancar dalam berbahasa Indonesia.

Rayhan mengerutkan keningnya bingung, pasalnya ia tidak tau kalau Alena adalah anak dari sahabat Mama nya. "Jangan bilang lo anak Tante Noela, sepupu Thania." katanya dengan nada menelisik,

Alena mengangguk pelan, "Iyap, kok kamu tau?"

"Tau lah gue, Mak gue cuman punya satu sahabat di dunia ini. Tante Noela, kembarannya tante Naila Ibu nya Thania."

Alena hanya menganggukan kepalanya dan berkomentar, "Iya, sudah ayok turun."

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang