32. Jadian?

15 2 1
                                    

Hira pulang dari kampus segera menuju rumah sakit, ia akan memberi kejutan untuk Thania dan Rayhan. Walaupun Hira sendiri tidak yakin dengan reaksi mereka kalau tau ia sudah menerima lamaran Kahfi. Semalam setelah Kahfi melamarnya, pagi tadi Kahfi segera mendatangi rumahnya untuk bertamu sekaligus memperkenalkan dirinya pada kedua orang tua Hira.

Awalnya Hira kaget dengan kedatangan Kahfi yang langsung di sambut baik oleh kedua orang tua nya. Ternyata Papa Hira telah mengetahui siapa Kahfi dari empat tahun yang lalu dan Papa Hira pun memberikan restunya pada Hira dan Kahfi atas pertunangan mereka. Namun Papa Hira juga meminta dengan cepat agar Kahfi membawa kedua orang tua nya ke Jakarta untuk membicarakan lamaran.

Hira bahkan tidak tau ekspresi Kahfi saat itu karena ia sendiri pun sangat hampir tidak bisa berkata apa-apa lagi, jalannya dan Kahfi di mudahkan selancar ini. Hira bersyukur karena kedua orang tua nya menerima Kahfi dengan sangat baik. Hira bahkan hanya bisa diam saat Papa nya dan kahfi berbicara dengan sangat lancar seolah mereka sudah bertemu dan akrab sebelumnya.

Hira bisa melihat Papa nya yang kagum akan kepintaran Kahfi dalam menyampaikan semua yang terkait dengan urusan bisnis, walaupun Kahfi sendiri bukan berasal dari jurusan yang menyangkut bisnis dan semacamnya. Kahfi cuma anak teknik yang berhasil membuat Hira pun terkagum-kagum dengan jawabannya. Rasanya Hira benar-benar beruntung mendapatkan Kahfi sebagai calon suaminya.

Hira tersenyum-senyum sendiri di perjalanan menuju ruangan Thania, hingga akhirnya sampai di depan pintu ruangan. Hira mengintip dari jendela melihat sosok Rayhan yang sedang memeluk Thania di atas kasur. Hira menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan kedua sahabatnya itu, awas saja mereka. Hira akan membuat mereka berdua melihat hal yang tidak pernah Hira lakukan.

"Oh jadi ini yang kalian lakukan di belakang aku?!" seru Hira saat ia sudah masuk ke dalam ruangan Thania,

Rayhan segera melepaskan pelukannya pada Thania menatap kaget Hira yang datang dengan wajah marahnya. Begitu pula Thania yang kini menatap tak percaya pada Hira.

"Kamu bilang kamu Cinta sama aku?! Tapi apa yang kamu lakukan sekarang? Kalian malah bermesraan di belakang aku, bukannya kamu sudah tau Thania, kalau Rayhan cuma Cinta sama aku? Tapi kenapa kamu malah dekatin dia terus? Aku tau kamu suka sama dia, tapi Rayhan cuma Cinta sama ak---

"Hira tolong jangan teriak-teriak, ini rumah sakit. Kita bisa bicarakan ini baik-baik, gue akan jelasin semuanya ke elo." potong Rayhan dengan cepat berdiri menghadap Hira yang memasang wajah tidak suka, hal yang tidak pernah di lihat sebelumnya.

Thania menyipitkan matanya curiga pada Hira, kenapa sahabatnya itu jadi marah-marah? Bukannya, Hira sendiri yang mengatakan bahwa perempuan itu tidak menyukai Rayhan dan hanya menganggap Rayhan sahabat, tidak lebih. Namun kenapa sekarang Hira malah terlihat sebagai perempuan yang tengah memergoki pacarnya dengan perempuan lain.

"Ya sudah sekarang jelasin, apa hubungan kalian berdua??" tanya Hira masih dengan raut wajah yang dibuat-buat marah,

"Nggak ada hubungan apa-apa, lagian Rayhan nggak nembak gue." jawab Thania pelan,

Sementara Rayhan segera menatap melas ke arah Hira, "Gue minta maaf Hira, selama ini memang gue sangat mencintai lo, bahkan rasanya kayak nggak mungkin bisa melupakan elo. Tapi semenjak Thania mendiamkan gue saat di Bandung, gue selalu aja kepikiran dia, apalagi saat dia telfonan sama Bagas. Gue jadi kepo banget sama hubungan mereka, sampai gue ngikutin mereka berdua.

Ada rasa nggak suka juga khawatir di saat bersamaan, tapi gue mencoba untuk tidak peduli. Namun lagi-lagi gue selalu kepikiran Thania, saat dia sendiri bilang Cinta sama gue. Saat itu gue nggak tau harus gimana, gue merasa itu salah, namun gue juga merasa itu nggak sepenuhnya salah.

Hingga akhirnya gue memilih untuk nggak peduli lagi tentang Thania, namun dia selalu memperdulikan gue, dia selalu berada di saat gue benar-benar hancur karena rasa Cinta gue buat lo Hira. Dan puncaknya malam pesta itu, gue benar-benar nggak tahan ngeliat dia sama Bagas. Walaupun gue sendiri menyangkal saat lo mengatakan gue cemburu, tapi gue memang cemburu sebenarnya.

Setelah itu lo meminta Thania untuk berdansa dengan gue, dan lo tau apa yang gue rasain waktu itu. Gue merasa seperti waktu pertama kali kita ketemu, perasaan itu kembali lagi saat gue ngeliat Thania. Sumpah demi apapun gue benar-benar refleks aja waktu nyium di---

"Alah lo panjang amat dah, langsung inti nya aja sih, lo suka nggak sama gue?" potong Thania dengan raut wajah tidak sabaran,

Hira tidak tahan lagi, ia pun tertawa terbahak-bahak setelah melihat raut wahah Rayhan yang terkejut mendengar ucapan Thania. Baik Rayhan maupun Thania segera menoleh pada Hira dengan raut wajah kebingungan.

"Gila ya gokil banget, ngerjain kalian berdua ternyata aku berhasil. Nggak sia-sia sih aku ikut kelas drama waktu SMA." kata Hira masih dengan tertawa,

Rayhan menghembuskan nafas lega, "Nggak nyangka gue lo seniat ini ngerjain gue, lo tau nggak, gue hampir jantungan pas lo tiba-tiba masuk dan marah-marah." Kata Rayhan dengan senyum gelinya,

"Tau lo Hira, gue sebenarnya udah curiga sih, cuma ya gue hampir percaya juga ngeliat lo marah-marah kayak tadi." sahut Thania tertawa pelan,

Hira menghentikan tawa nya sembari duduk di sofa yang ada dalam ruangan. Hira mengangkat tangan kirinya ke hadapan Thania dan Rayhan.

Rayhan dan Thania mengerutkan keningnya, "Jangan bilang lo udah di lamar sama Kahfi," kata mereka bersamaan,

Hira tertawa geli, "Kompak banget sih kalian, iya dong aku di lamar. Dan minggu depan orang tua Kahfi mau datang ke rumah." kata Hira dengan raut wajah bahagia, sembari menceritakan tentang Kahfi dan Papa nya,

Rayhan tersenyum lebar, "Ya gue ikut senang dengarnya, semoga kalian bisa bahagia terus, dan tolong bilang Kahfi ancaman gue masih berlaku kalau dia nyakitin lo, gue bilang ini sebagai sahabat, bukan lagi orang yang Cinta sama lo."

"Jadi sekarang cintanya sama gue gitu?" tanya Thania tiba-tiba menyahut,

Hira tertawa lagi, "Aduh, aku kayaknya harus pergi deh. Selesain masalah kalian berdua, ingat kalo udah jadian, PJ...."kata Hira mencicit berlari keluar dari ruangan Thania,

Sedangkan Thania hanya bisa menggeleng tidak percaya dengan kelakuan sahabatnya itu.

"Thania?" panggil Rayhan pelan,

"Apa?" sahut Thania menoleh pada Rayhan,

"Gue udah nggak Cinta lagi sama Hira, dan gue nggak mau lo berpikir gue masih Cinta sama dia. Gue udah nganggap dia sahabat sekarang, tanpa Cinta di dalamnya." kata Rayhan lagi menatap dalam Thania,

"Gue tau kok, lo kan cintanya sama gue sekarang."

"Emang gue ada bilang begitu?"

"Oh jadi lo nggak Cinta sama gue? Ya sudah sih, masih ada Bagas kok."

Rayhan segera mendekat ke arah Thania sembari mendudukkan diri di atas kasur menghadap ke arah Thania.

"Jangan harap, nggak ada Bagas, nggak ada cowok lain manapun lagi. Cuma gue." kata Rayhan tepat di depan wajah Thania,

Thania tersenyum geli, "Bilang nya begitu, tapi kok lo nggak nembak gue?"

"Emangnya lo pengen banget gue tembak ya, jangan dong, entar lo nya mati."

"Dih, ya sudah. Sono lo pergi!"

Thania segera membaringkan diri sembari membaca novelnya dengan raut wajah sebal, sedangkan Rayhan malah menatapi wajah perempuan itu dengan lekat. Tidak tau kenapa bisa ia mencintai Thania, bahkan secepat ini. Padahal dulu ia susah sekali jatuh Cinta pada perempuan lain, bahkan ada yang pernah menjadi gebetannya selama satu tahun. Tapi tetap saja, tidak ada yang membuatnya berpaling. Namun sekarang, Thania sahabatnya sendiri, orang terdekatnya selama ini lah yang berhasil membuatnya jatuh Cinta secepat ini atau mungkin sudah lama dan ia pun baru menyadari.

"I love you Thania," ucap Rayhan sembari membungkukan tubuhnya untuk mengecup kening Thania,

Thania menatap Rayhan tidak percaya, "Lo bilang apa tadi?" tanyanya masih tidak percaya,

Rayhan tertawa kecil, "I love you Thania Anindita, will you be my girlfriend ?"

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang