12. Ada Apa Dengan Thania

22 2 1
                                    

Hira dan Rayhan tengah bercanda dan bernyanyi di dalam mobil untuk mengiringi kepulangan mereka ke Jakarta. Sedangkan Thania memilih untuk diam dan menyumpal telinganya dengan semua lagu dari boyband favoritnya. Thania menatap jalanan Bandung dari kaca jendela, ia hanya berbicara seperlunya. Thania masih merasa kesal dengan sikap Rayhan yang menurutnya egois, dan ia tidak menyangka jika Rayhan bisa mengatakan hal itu di saat dia sendiri tahu kalau Hira sedang berbahagia dengan Kahfi.

Thania memejamkan matanya untuk mengistirahatkan hati dan pikirannya, ia cukup lelah hari ini. Hira dan Rayhan melirik kaca di atas mereka, melihat Thania yang sedang tertidur.

"Kayaknya Thania capek banget deh, dari tadi diam mulu. Nggak banyak omong juga, padahal kan biasanya cerewet banget. Ada aja yang di omonginnya, kayak nggak pernah kehabisan topik." celetuk Hira pelan.

Rayhan diam tidak menanggapi yang sekarang ia pikirkan adalah kenapa Thania bersikap seperti tadi. Seumur-umur kenal sama Thania, Rayhan tidak pernah di perlakukan seperti itu. Memang kadang ia dan Thania sering berdebat kecil, sering bertengkar tidak jelas, dan sering sekali di jadikan pelampiasan kekesalan perempuan itu di saat sedang galau. Namun sikap Thania tadi tidak seperti biasanya, ia yang tiba-tiba marah padahal mereka tengah berbicara hal biasa tanpa adanya perdebatan. Jadi sekarang Rayhan tidak mengerti dimana salahnya.

"Rayhan?!" panggil Hira sedikit berteriak,

Rayhan tersentak menoleh pada Hira yang sejak tadi masih berada di sampingnya. "Hah? Apa?" tanyanya dengan polos.

Hira tertawa geli, "Kamu jangan melamun dong, kan kamu lagi nyetir. Bahaya tahu, kamu mah..."

Rayhan menatap Hira dengan perasaan bersalah, "Sorry....aku tadi nggak fokus."

"Nggak fokus kenapa? Kamu lagi mikir apasih?" tanya Hira lagi.

"Enggak ada sih, cuma mikir gimana ngomong ke orang tua Thania nanti pas lihat anaknya tidur di mobil. Ya lagi mikirin itu sih." jawab Rayhan berkilah.

"Ya tinggal bilang aja Thania ketiduran mungkin capek karena perjalanan dari Bandung ke Jakarta." kata Thania sembari menoleh ke belakang melihat Thania yang masih tertidur tanpa merasa terusik dengan obrolannya dengan Rayhan.

Rayhan mengangguk menyetujui, "Iya itu juga yang gue pikirin." kata Rayhan yang kini kembali fokus menyetir,

"Ya udah, aku tidur juga ya Ray. Ngantuk banget Ray..." kata Hira sembari terkekeh pelan,

Rayhan mendengus geli, "Enak bener ya kalian, gue nyetir dua jam lebih. Eh, kalian malah tidur."

Hira tertawa pelan, "Nggak apa-apa lah Ray, sekali-kali ini."

Rayhan menggelengkan kepalanya sembari tersenyum maklum, "Iya, iya udah sono tidur. Santai aja kali, apa sih yang nggak buat kalian." katanya sembari tertawa pelan.

Hira menggelengkan kepalanya sembari segera memejamkan matanya menyusul Thania yang sudah berada di alam mimpi. Sudah hampir satu jam perjalanan dan kedua perempuan itu masih tertidur dengan nyenyak membuat Rayhan yang menyetir jadi ikut mengantuk, namun kantuknya seketika hilang saat matanya tidak sengaja melirik Thania yang kini terbangun dari tidurnya sembari mengumpulkan kesadarannya.

"Lo udah bangun?" tanya Rayhan mencoba berbicara dengan Thania.

Thania melirik sekilas ke arah Rayhan sembari mengeluarkan ponselnya dan mulai memainkan benda persegi tersebut, mengabaikan pertanyaan Rayhan. Bukan tanpa alasan, Thania bersikap seperti itu. Thania hanya tidak suka dengan perkataan Rayhan saat mereka berdua berada di kebun teh sore tadi.

"Lo marah sama gue Than?" tanya Rayhan lagi, mencoba untuk tidak menyerah untuk dapat mendengar suara sahabatnya itu.

Thania masih mengabaikan pertanyaan Rayhan, perempuan itu benar-benar tidak ingin berbicara dulu dengan Rayhan. Thania masih sangat kesal, dan memilih mengangkat telfon dari seseorang yang sedang dekat dengannya saat ini.

"Halo, wa'alaikum salam. " kata Thania dengan ramah sembari tersenyum tipis menghadap ke depan.

Rayhan kembali menoleh pada Thania yang sedang berbicara di telfon entah dengan siapa ia juga tidak tahu. Walaupun sedikit penasaran, ia mencoba untuk memberikan privasi pada Thania. Rayhan tidak mau Thania bertambah marah pada nya.

"Belum, ini aku masih di jalan mau balik ke Jakarta. Iya, makasih. Nggak kok, aku lagi nemenin sahabat aku doang. Iya, jadi kok, di taman kampus kan? Ya, besok kita ketemu di sana, bye, wa'alaikum salam."

Rayhan mengernyitkan keningnya mendengar perkataan Thania yang menggunakan aku-kamu dengan orang yang di telfonnya. Setahu Rayhan, Thania tidak punya pacar untuk saat ini. Lalu dengan siapa sahabatnya itu berbicara, bahkan mereka akan bertemu di taman besok.

Siapa sih? Kok gue jadi kepo ya? Ucap Rayhan dalam hati.

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang