29. Rumah Sakit

19 1 0
                                    

Hira datang langsung ke rumah sakit bersama Bagas dan Kahfi di samping nya. Hira mencari ruangan Thania dengan pakaian yang sudah berganti dengan baju tidur. Namun make up nya masih utuh dan ia pun tidak sempat untuk membersihkannya, karena terburu rasa panik saat mendengar keadaan Thania.

Hira berhenti di depan sebuah pintu ruang rawat inap Thania yang telah di temukan oleh Bagas, ia masuk di ikuti dengan Kahfi yang berada di belakangnya. Hira menyapa ramah orang tua Thania yang sudah berada di dalam ruangan, dan Rayhan yang kini terduduk di samping kasur Thania. Hira menghela nafas lega saat melihat Thania tersenyum menatapnya.

Hira mendekat ke arah Thania, "Thania maafin aku ya, ini semua pasti gara-gara aku. Kalau saja aku nggak nyuru---

"Hira lo nggak salah, ini semua nggak ada hubungannya sama lo. Jadi jangan pernah nyalahin diri lo sendiri atas apa yang menimpa Thania," potong Rayhan dengan cepat,

Kahfi yang berada di belakang Hira pun mencoba mengusap lengan perempuan itu untuk menenangkannya. Sedangkan Rayhan hanya bisa mengerutkan keningnya saat melihat Kahfi, ia harus berbicara dengan Hira. Namun tidak sekarang, ia melirik lagi ke arah Bagas yang mengelus rambut Thania yang tersenyum pada lelaki itu.

"Pasti kamu kecapekan karena kamu ngurus semuanya sendirian kan? Keberangkatan kita tinggal seminggu lagi, dengan keadaan kamu yang kayak begini. Apa kamu bakal masih mau ikut?" tanya Bagas dengan suara lembutnya,

"Iya aku juga khawatir kalau kamu berangkat tapi keadaan kamu masih belum membaik," kata Hira ikut berbicara,

Ayah dan Ibu Thania yang mendengar itu pun ikut berbicara, "Tante dari awal nggak ngebolehin Thania pergi nak Bagas, eh tapi Thania nya malah ngotot mau pergi."

"Ya doain aja, biar anak Ayah ini cepat sembuh. Biar bisa berangkat sesuai jadwal, "

Rayhan yang sedari tadi menyimak pun mengerutkan keningnya bingung, "Tunggu-tunggu, berangkat? Berangkat apaan? Thania mau kemana?" tanyanya tidak mengerti,

Thania meringis dalam hati, ia memang sengaja tidak memberitahu Rayhan tentang keputusan nya untuk ikut dalam pertukaran mahasiswa. Sedangkan Hira menatap Thania meminta penjelasan.

"Jawab gue, lo mau kemana?" tanya Rayhan pada Bagas,

"Gue sama Thania akan berangkat ke Korea minggu depan, gue di suruh sama Rektor untuk menggantikan Rapita anak psikologi yang nggak bisa ikut." jawab Bagas dengan tenang,

Rayhan membuang nafas kasar sembari berdiri menghadap Thania, "Lo nggak mau jelasin apapun ke gue?" tanya Rayhan,

Thania diam dan tidak menjawab, ia memilih memalingkan wajahnya pada Bagas. Rayhan yang melihat itu pun tidak percaya dan segera saja keluar dari ruang rawat Thania. Hira yang melihat itu pun segera saja berlari menyusul Rayhan di ikuti oleh Kahfi yang sejak tadi bersamanya.

"Rayhan tunggu!" teriak Hira sembari mempercepat larinya untuk menghentikan Rayhan,

Hira berhasil menarik lengan Rayhan untuk menghentikan lelaki itu. Hira menghadap Rayhan dengan nafas terengah-engah, "Aku tau kamu marah, tapi kamu harus dengerin dulu alasa---

"Dengerin apa? Dia aja nggak mau ngomong sama gue, apa yang harus gue dengerin?" potong Rayhan dengan amarah menguasai nya,

Hira terdiam, "Aku kira kamu udah tau, tapi ternyata..."

"Gue ini sahabatnya, tapi gue nggak tau. Yang lebih bikin gue sakit hati, kenapa harus Bagas sih?! Dia nggak sebaik yang lo pada liat!" kata Rayhan dengan cepat melangkah pergi meninggalkan Hira,

Hira yang melihat itu pun memilih untuk tidak mengejar dan kembali melangkah ke ruangan Thania. Hira menatap Thania yang kini menoleh ke arah nya, "Kenapa kamu nggak ngasih tau Rayhan? Kenapa sama kalian berdua, aku merasa kalian menyembunyikan sesuatu dari aku. Apa aku nggak boleh tau apa yang sedang terjadi sama kalian, aku ini sahabat kalian, aku sama kamu dan Rayhan sudah sahabatan dari lama. Apa hal itu nggak buat kalian percaya sama aku?" kata Hira dengan raut wajah sedihnya mengeluarkan semua yang di rasakannya,

Semua orang yang berada di ruangan memilih untuk keluar begitu pula dengan orang tua Thania yang memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Meninggalkan Thania dan Hira berdua di dalam ruangan tersebut.

Thania merasakan perasaan bersalah saat melihat Hira yang menatapnya dengan sedih, "Lo boleh marah sama gue sepuasnya, tapi bukan maksud gue untuk menyembunyikan semuanya dari lo Hira, gue tau lo juga lagi dalam masalah. Dan gue nggak mau menambah beban lo dengan masalah gue. Gue minta maaf, gue sama sekali nggak bermaksud membuat lo berpikir seperti itu. Lo sahabat gue, bahkan lo sudah kayak saudara sendiri buat gue. Lo sama sekali bukan orang lain Hira..." kata Thania sembari menangis,

Hira juga ikut menangis, "Apa yang terjadi sama lo dan Rayhan, Thania?" tanya Hira lagi,

Thania menarik nafas dalam-dalam sembari kembali menatap Hira dengan wajah sedihnya, "Gue jatuh Cinta sama Rayhan, gue suka sama dia Hira....tapi Rayhan suka sama lo, dia Cinta sama lo. Gue nggak tau kenapa bisa jatuh Cinta sama Rayhan, orang yang selama ini jadi sahabat gue, orang yang selama ini selalu gue anggap sebagai orang paling menyebalkan, bisa membuat gue jatuh Cinta hanya dengan sebuah pelukan.

Yang dimana gue udah sering pelukan sama dia, tapi malam itu, berbeda. Entah kenapa gue merasa sangat nyaman dan ingin terus berada di pelukan Rayhan, gue sama sekali nggak menyadari kalau saat itu gue sudah mulai jatuh Cinta sama dia."

Hira tidak bisa menutupi wajah terkejutnya, bagaimana bisa persahabatan yang sudah terjalin selama selama tiga tahun tersebut, harus hancur karena ada Cinta di dalamnya. Hira tidak bisa berpikir dengan jernih saat mendengar sendiri apa yang di katakan oleh sahabatnya. Namun Hira juga tidak dapat menyalahkan kedua sahabatnya karena perasaan seseorang kadang memang selucu itu. Takdir seolah mempermainkan mereka bertiga.

"Tapi apa kamu yakin, sekarang Rayhan masih mencintai aku?" tanya Hira,

Thania ingin mengangguk namun ragu, "Gue nggak yakin, tapi gue juga nggak tau apa yang sekarang Rayhan rasakan. Hira lo harus tau, malam ini Rayhan memperlakukan gue seolah gue adalah orang yang paling istimewa. Rayhan bahkan mencium gue, Hira..." jawab Thania tidak mengerti,

Hira tersenyum geli, "Jadi kalian udah sejauh itu? Rayhan benar-benar brengsek, bilang Cinta sama aku, tapi malah nyium kamu. Untung aja aku belum mencoba membuka hati buat dia, coba aja kalau udah. Bisa ribet banget urusan nya."

"Memangnya lo sedikit pun nggak ada rasa Cinta buat dia? Kasian tau,"

Hira menggelengkan kepalanya cepat, "Tentu aja nggak ada, orang aku cuma sayang sama dia sebagai sahabat. Nggak lebih, lagian kalo aku suka sama dia, entar kamu gimana? Yang ada kamu bakal nangis tujuh hari tujuh malem lagi,"

Thania merengut sebal melihat Hira ysng tertawa, kemudian ikut tertawa sembari merentangkan satu tangannya ke arah Hira.

"Peluk...." rengeknya manja, yang langsung di sambut oleh Hira dengan senang hati,

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang