2. Bahagia Itu Sederhana

44 3 1
                                    

Hira menatap ponselnya yang sejak tadi belum ada notifikasi dari sang kekasih yang ia tunggu. Sudah hampir malam namun kekasihnya itu belum juga mengabarinya, hal yang amat jarang terjadi. Hira mencoba untuk berpikir positif mungkin kekasihnya itu sedang mengerjakan tugas, karena memang sering ponselnya tidak di aktifkan ketika mengerjakan tugas kuliahnya.

Hira menjadi gelisah sendiri sembari menunggu dan terkadang memainkan ponselnya untuk mengecek sosial medianya untuk mengalihkan pikiran buruk yang kini bersarang di otaknya. Namun tidak berapa lama, dering ponsel nya berbunyi menampilkan nama Kahfi dengan emoticon love di sampingnya.

Hira mengangkat kedua sudut bibirnya dengan sumringah menyambut telfon dari Kahfi. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya saat melihat wajah sang kekasih dari panggilan video tersebut, seperti baru bertemu setelah sekian lama ia tidak henti-hentinya mengatakan kata rindu pada Kahfi.

"Aku khawatir banget tadi, aku kira kamu kenapa-napa." kata Hira dengan raut wajah sedihnya.

"Enggak kok, aku nggak kenapa-napa. Aku lagi ngerjain tugas nih makanya nggak ngabarin, lupa juga ngomong ke kamu nya. Sorry ya, udah bikin kamu khawatir." kata Kahfi sembari mengangkat lembaran kertas tugas-tugas nya.

Hira tersenyum manis memperlihatkan lesung pipinya yang membuatnya bertambah manis. Hira menganggukkan kepalanya mengerti akan apa yang sedang di lakukan Kahfi, karena ia juga seorang mahasiswa.

"Ya aku tahu kok, jangan capek-capek ya kamunya. Jaga kesehatan kamu, jangan pulang malam-malam banget. Jangan begadang, dan jangan minum kopi hitam. Kamu kalo nggak di larang pasti bakalan terus minum kopi, lagian nonton bola jam 2 pagi untuk apa coba?" katanya mengingatkan Kahfi dengan nada perhatiannya sembari mengomel sedikit.

Kahfi tertawa di sebrang sana. "Iya iya, bawel deh kamu sekarang. Tapi nggak pa-pa aku suka kok, jarang-jarang lihat kamu ngomel kayak begini."

Hira tersenyum malu. "Iih kamu mah, di bilangin gitu ngomongnya."

"Iya sayang...di sini aku bakal jaga kesehatan, nggak begadang lagi? Okay sih, kalau ada tugas gimana dong? Masa iya aku nggak begadang, lagian mahasiswa kayak kita wajar yang begadang. Kecuali begadang karena main bola, i'ts okay aku bakalan turutin deh."

"Iya maksud aku gitu sayang, kamu jangan begadang buat nonton bola. Kalau buat tugas mah nggak pa-pa, asalkan jangan sampai kecapekan." kata Hira tertawa pelan.

"Iya iya, aku tahu. Makasih ya udah perhatian, kamu juga loh. Jangan selingkuh, jangan dekat-dekat cowok lain. Nggak boleh lirik cowok ganteng, jangan suka dandan yang cantik-cantik kalau ngampus. Entar kalau ada yang naksir kamu gimana? Barabe urusannya, entar aku ke Jakarta ngomong sama orang tua kamu buat ngikat kita berdua. Biar nanti nggak ada yang berani dekatin kamu." kata Kahfi sembari memasang wajah sok serius.

Hira menutup mulutnya tertawa ngakak mendengar penuturan Kahfi tersebut. "Ya sudah kalo gitu, berarti aku harus dandan cantik buat tebar pesona sama cowok-cowok ganteng di kampus. Kan lumayan, buat cuci mata." balasnya juga ikut sok serius.

"Wah....benar-benar mau minta di iket nih. Nggak sabar ya neng, mau di lamar. Entar neng kalau Abang udah lulus kuliah, Abang langsung lamar neng ke orang tua Eneng. Dan kalo sudah di lamar, Eneng cuman boleh liat Abang, nggak boleh liat cowok lain." kata Kahfi dengan logat bicara orang Madura.

Hira semakin tertawa ngakak sembari memegang perutnya yang terasa sakit akibat terus tertawa. Ia melambaikan tangannya ke kamera, sembari mengambil nafas dalam-dalam. "Udah ah, kamu ngelawak mulu. Sakit nih perut, gara-gara kamu pakai logat orang Madura. Ada-ada aja deh kamu, dapat dimana sih?"

"Aku sudah cocok belum jadi komedian?" tanya Kahfi dengan raut wajah polosnya.

Hira tertawa sekali lagi sembari menggelengkan kepalanya. "Nggak. Nggak cocok, kamu nggak lucu. Udah ah, udah larut malam ini. Kamu besok mau kuliah entar kesiangan lagi kayak waktu itu." jawab Hira.

Kahfi di sebrang sana mengangguk setuju dan mengatakan selamat malam dan sampai jumpa untuk Hira, sebelum mematikan sambungan video telfon mereka. Hira tidak bisa berhenti tersenyum kala mengingat percakapan mereka berdua tadi, sejujurnya ia ingin sekali bertemu dengan Kahfi. Namun tidak bisa sesering dulu, karena sekarang Kahfi tengah kuliah di ITB, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan. Sekarang mereka tengah LDR seperti lagu Raisa.

Walaupun jarak Bandung-Jakarta hanya dua jam, tetap saja mereka tidak punya waktu untuk bertemu. Apalagi kesibukan keduanya yang sering kali membuat mereka kadang batal bertemu. Tentu saja yang lebih sibuk adalah Kahfi, karena lelaki itu sering turun ke lapangan dan kadang berpergian untuk kerja di lapangan.

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang