20. Mundur Perlahan

23 2 2
                                    

Rayhan terdiam sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain. Rayhan tau kalau Thania juga merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan pada Hira dan Kahfi. Perasaan cemburu dan rasa ingin memiliki itu ada di dalam diri mereka berdua, namun hal itu menjadi sangat sulit ketika mereka harus di paksa berhenti saat mereka belum memulai sama sekali.

"Kalau aja gue bisa ngatur perasaan gue sendiri, gue nggak mau jatuh sama lo. Gue nggak mau berada di posisi sekarang, yang membuat gue merasa bodoh." celetuk Thania lagi,

Rayhan masih diam tidak tau harus menanggapi bagaimana. Sedangkan Thania berusaha mengeluarkan unek-unek yang ia rasakan pada Rayhan, walaupun percuma. Karena Thania yakin Rayhan juga tidak akan mengerti.

"Gue pernah berpikir gimana kalau Hira buka hati buat lo, atau dia juga jatuh Cinta sama lo. Gue nggak tahu harus jadi Thania yang mana, Thania yang sebagai sahabat atau Thania yang menyukai Rayhan. Gue nggak akan sanggup memilih kalau itu beneran terjadi. Mungkin gue akan pergi dan lari dari kenyataan." kata Thania lagi dengan suara yang terdengar lirih,

Thania menahan diri untuk tidak menangis saat Rayhan menatap ke arahnya. Tangis Thania pecah saat Rayhan memeluknya erat, "Gue harus gimana Than? Gue nggak bisa ngeliat lo begini, tapi gue juga nggak tau harus gimana." katanya dengan nada bersalah yang kentara,

"Lo nggak perlu melakukan apapun, cukup jadi diri lo sendiri. Dan tetap perjuangin Hira dengan cara yang sepatutnya, jangan merusak hubungannya dengan Kahfi. Lo harus berjuang sekaligus menerima kalau Hira memang memilih Kahfi nantinya, dan jika dia milih lo. Jangan lupa undang gue ke nikahan kalian," kata Thania setelah menghentikan tangisnya.

Rayhan meletakkan dagunya di pundak kecil Thania, "Dan kalau emang nantinya gue di tolak sama Hira, gue bakal cari lo. Setelah itu gue bakal lamar lo langsung dan lo nggak boleh nolak, dan apabila lo punya pacar. Putusin pacar lo saat itu juga." katanya kejam,

Thania tertawa geli dalam pelukan Rayhan, "Mana bisa gitu?! Enak aja lo jadiin gue pelampiasan setelah di tolak, mana tega bener lagi nyuruh gue mutusin pacar gue saat itu juga." katanya sembari memukul pelan punggung Rayhan.

"Ya bodo amat, yang penting gue harus sama lo kalau di tolak Hira." balas Rayhan ngotot,

Thania terdiam sejenak, "Semoga lo benar-benar di terima Hira deh, amin gue doain tulus."

Rayhan melepaskan pelukan mereka sembari menatap dalam Thania yang kini menyandarkan kepalanya pada kepala sofa. Rayhan menyelipkan beberapa helai rambut Thania ke belakang telinga perempuan itu. Rayhan tersenyum geli saat melihat rona merah di wajah Thania, masih tidak menyangka perempuan itu bisa jatuh cinta padanya. Hal yang sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya sekali pun.

"Rayhan lo beneran mau bikin gue gila ya?! Berhenti natap gue kayak begitu!" teriaknya kesal mendorong Rayhan yang sama sekali tidak bergerak sedikit pun dari hadapannya,

"Rayhan?!" rengeknya sembari menutup wajah malu,

Rayhan menghamburkan tawanya sembari menjauh dari Thania sembari memegangi perutnya yang terasa sakit karena tertawa. Rayhan masih terus tertawa tanpa henti membuat Thania bergerak mendekat ke arah Rayhan hendak mencium pipi lelaki itu. Namun Rayhan berbalik ke arahnya hingga bibir Thania mengenai bibir Rayhan.

Tidak sampai tiga detik Thania menarik dirinya menjauh dengan wajah terkejut sama seperti Rayhan. Thania bergerak cepat membaringkan dirinya di sofa sembari menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Aduh Thania bego! Bego!! Bego banget sih lo!!" gerutu nya dalam hati  berteriak.

Sedangkan Rayhan menggerakkan kepala ke kanan dan kiri mencoba mengusir sensasi lembut yang menimpa bibirnya tadi. Wangi strawberry yang menguar dari mulut Thania pun membuatnya ingin merasakan lebih. Rayhan menggelengkan kepala cepat, mengusir pikiran kotor tersebut.

Rayhan menoleh pada Thania yang mengurung diri dalam selimut. Rayhan memberanikan diri membuka selimut tersebut hingga menampilkan wajah Thania yang kini sudah tertidur dengan damai. Seolah-olah tidak ada yang terjadi dengan mereka berdua barusan, dan membuatnya menjadi gusar sendiri.

"Benar-benar ya ni anak ajaib banget dah, tadi nangis-nangis. Sekarang malah nyium bibir gue terus malah tidur tanpa dosa. Awas aja lo besok pagi, gue bales lo." kata nya sembari menatap gemas Thania,

Rayhan tersenyum Kecut setelahnya, "Mungkin malam ini terakhir kita bisa kayak begini Than, seperti yang lo bilang tadi. Gue harus mulai memperjuangkan Hira dan mencoba membuat dia jatuh cinta sama gue. Gue janji nggak akan merusak hubungan Hira sama Kahfi, gue bakalan melakukannya dengan benar. Jangan nunggu gue Than, karena gue berharap Hira nerima gue." katanya dengan susah payah menahan diri untuk tidak mengecup bibir Thania yang merah alami itu.

Namun sepertinya setan tengah mengelilingi Rayhan, karena sekarang ia sudah mengecup bibir Thania lembut sembari mengulum lebih dalam membuat perempuan itu bergerak tidak nyaman. Rayhan segera melepaskan ciumannya dan tersenyum geli sendiri melihat kelakuannya yang tidak seharusnya namun untuk pertama dan terakhir kalinya ia ingin melakukan itu.

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang