22. Putus?

20 2 0
                                    

"Kamu benar-benar nggak bisa datang?"

"Sorry..."

Hira menghela nafas lelah, sudah dua hari ini perempuan itu membujuk Kahfi untuk datang ke pesta ulang tahun yang telah di siapkan oleh orang tua nya. Apa Hira salah, mengharapkan kehadiran Kahfi di hari spesialnya. Hira ingin Kahfi hadir dan mendampinginya sebagai orang yang memiliki status sebagai kekasihnya. Tapi kenapa Kahfi seperti tidak mau mencoba untuk berkorban beberapa jam saja agar bisa menemuinya.

"Keterlaluan kamu Kahfi, aku nggak nyangka kamu sejahat ini sama aku. Apa aku salah ingin kamu hadir di hari spesial aku? Aku juga ingin potong kue di dampingi kamu, dan nyuapin kamu pake kue ulang tahun aku. Apa permintaan aku itu sulit, sudah tiga tahun kamu nggak pernah datang ke pesta aku. Apa kali ini kamu juga nggak mau datang? Apalagi alasan kamu?!" kata Hira dengan suara bergetar menahan tangis,

"Hira aku minta maaf, aku benar-benar nggak bisa datang. Bukan karena aku nggak Cinta sama kamu, tapi karena ini semua sulit bagi aku. Aku ingin datang dan ikut merayakannya dengan kamu, tapi aku nggak bisa. Aku janji bakal datang ke Jakarta dan ketemu kamu, tapi nggak di hari ini. Tolong ngerti dan, maafin aku Hira..." kata Kahfi di sebrang sana,

Hira mengangguk-angguk paham, dan diam sejenak sebelum memantapkan diri untuk mengatakan hal yang sama sekali tidak ingin ia katakan namun sepertinya sudah cukup ia menunggu dan mengerti selama ini.

Hira menghela nafas lagi, "Kita udahan aja, aku capek sama kamu. Aku capek sama alasan kamu, aku capek nggak pernah jadi pilihan kamu, aku capek nunggu kamu. Aku capek Kahfi, udah cukup semua waktu yang sia-sia aku lakukan demi kamu. Udah cukup, lebih baik kita akhiri semuanya sekarang. Kita nggak bisa sama-sama lagi, kalau kamu masih egois dengan mempertahankan pendirian kamu itu." kata Hira sembari mengambil jeda untuk sesaat sebelum akhirnya kembali berkata lirih, "Kita putus,"

Hira langsung mematikan sambungan telpon tanpa mau mendengarkan Kahfi lagi. Hira sudah cukup sabar selama ini, mengerti dan mengalah demi sudah ribuan kali ia lakukan. Tapi Kahfi, mengerti dan mengalah demi Hira bisa di hitung jari selama empat tahun ini. Hira tidak bisa menahan amarah nya kala mendengar sendiri bahwa Kahfi menyembunyikan sesuatu yang ia tidak boleh tau.

Sudah cukup, waktu tiga tahun menunggu sia-sia dengan harapan Kahfi akan menjadi pelabuhan terakhir nya. Namun kenyataannya Kahfi lagi-lagi mengecewakan dirinya. Bersikap seperti lelaki brengsek yang pengecut, terus bersembunyi dan tidak berani menghadapi keluarganya. Bahkan saat masih berada di Jakarta, Kahfi tidak pernah mau bertemu dengan keluarga nya. Bahkan Kahfi tidak mau bertemu dengan orang tua nya, dengan alasan yang sangat tidak masuk akal karena ia merasa belum cukup punya uang yang banyak. Namun Hira, dengan bodohnya percaya-percaya saja. Padahal ia sendiri tau, kalau orang tua nya tidak pernah mengatakan bahwa ia harus berpacaran dengan orang yang punya banyak uang. Yang penting Hira bahagia, kedua orang tua nya juga akan ikut berbahagia untuknya.

Hira mengumpulkan barang-barang pemberian Kahfi masuk ke dalam kotak, ia sungguh sudah yakin dengan keputusan nya saat ini. Hira memasukkan barang-barang itu sembari menangis terisak sedih, namun ada satu barang yang membuatnya semakin terisak. Boneka Teddy Bear yang berukuran raksasa di samping tempat tidurnya, pemberian Kahfi saat hubungan mereka menginjak dua tahun.

Boneka tersebut yang membuatnya teringat bagaimana usaha Kahfi yang gagal mengagetkannya dengan rencananya yang akan memberikan surprise di depan pintu caffe Rayhan. Namun tanpa Kahfi sadari, Hira tiba-tiba datang. Dan berdiri di belakang pintu menatap Kahfi yang masih susah payah mengangkat boneka raksasa tersebut untuk di bawa ke depan pintu. Hira tidak bisa menahan tawa nya saat Kahfi menoleh ke arahnya dengan raut wajah terkejut,

"Kok kamu sudah keluar? Aku belum selesai..." tanya nya dengan pias sembari menjatuhkan boneka raksasa yang berada di punggung nya.

Hira tertawa keras di ikuti Rayhan dan Thania yang berdiri di belakangnya. Setelah beberapa detik baru Hira dengan cepat berlari ke arah Kahfi, memeluk erat lelaki itu. Dan saat itu juga Kahfi pertama kali mencium bibir nya lembut, sebagai hukuman karena menertawakan lelaki itu.

Hira mengusap wajahnya kasar membuang jauh ingatan tentang hari itu. Hira memanggil seorang pembantu rumahnya untuk membungkuskan boneka raksasa tersebut dan mengeluarkannya dari kamarnya sembari menyuruh salah satu pembantu lagi untuk mengangkat kotak besar yang berisi barang pemberian Kahfi ke luar rumah.

Hira memanggil sopir pribadi nya sembari memberikan alamat rumah Kahfi di Bandung. Hira menyuruh sopirnya untuk mengantarkan barang-barang tersebut ke sana. Sopir itu mengangguk menuruti perintah dari majikannya yang terlihat berantakan, dengan segera menyuruh dua pembantu tadi menolongnya memasukkan boneka raksasa tersebut ke mobil.

"Selamat tinggal Kahfi Rizakka." gumamnya lirih, saat melihat mobilnya menjauh dari pandangannya.

Hira berbalik masuk ke dalam rumah berlari naik ke tangga dan masuk ke kamarnya. Hira meraih ponselnya mengetik sebuah nama dan menelpon nya. Hira baru sadar jika orang yang di telponnya adalah Rayhan dan saat ini ia sedang tidak bertegur sapa dengan lelaki itu. Namun Hira butuh Rayhan, Hira butuh lelaki itu sebagai sahabatnya yang selalu ada di saat ia seperti sekarang.

Hira menangis terisak, "Halo, Rayhan lo bisa ke rumah gue." katanya pada Rayhan di sebrang sana,

"Halo, Lo kenapa? Oke gue kesana sekarang. " sahut Rayhan dengan sarat cemas,

Hira mengangguk mengiyakan sembari menutup telpon nya dengan Rayhan. Hira mengetik nama Thania di ponselnya, ia juga butuh perempuan itu. Dan untungnya Thania segera mengiyakan ajakannya untuk datang ke rumahnya, dan yang di butuhin Hira memang kedua sahabatnya ada di sini bersamanya.

Setengah jam Hira menunggu di balkon kamarnya, ia melihat mobil Rayhan memasuki perkarangan rumahnya. Bersamaan dengan Thania yang turun dari motor matic nya, keduanya berlarian masuk ke dalam rumah. Hira tersenyum haru melihatnya, hingga air matanya kembali turun saat Rayhan dan Thania datang ke hadapannya.

"Hira kamu nggak apa-apa kan?"

"Hira lo nggak apa-apa kan?"

Rayhan dan Thania berucap bersamaan, dan menoleh satu sama lain baru menyadari keberadaan satu sama lain. Namun Rayhan lebih dulu mengalihkan pandangannya kembali menatap Hira dengan cemas,

"Ada apa sih? Kamu bikin jantung aku copot tau nggak?" kata Rayhan dengan nafas terengah-engah,

Hira tidak menjawab dan malah memeluk kedua sahabatnya dengan perasaan sedih. Hira menangis terisak membuat Thania yang hendak menoleh pun jadi tersentak saat Rayhan menarik Hira ke dalam pelukannya sendiri. Rayhan mengeratkan pelukannya pada Hira sembari mengucapkan kata-kata menenangkan untuk perempuan itu.

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang