Epilog

47 1 0
                                    

10 tahun kemudian....

Seorang perempuan dewasa yang baru menginjak usia 30 tahun itu mengembangkan senyumnya saat melihat seorang lelaki yang setahun lebih tua darinya tengah menggandeng seorang anak perempuan berusia 10 tahun menghampirinya dengan teriakkan riang dari anak perempuan itu.

"Bunda! Ayah, beliin Bella boneka baruuu!!" seru anak perempuan itu berlari sembari mendekap perempuan dewasa tersebut.

Perempuan dewasa itu tersenyum manis sembari menatap bergantian anak perempuan itu dengan lelaki dewasa yang kini berdiri di hadapannya.

"Mas Kahfi, aku kan sudah bilang. Jangan beliin Bella boneka terus, lemari bonekanya sudah penuh. Yang ini mau di letakkin dimana dong?" kata perempuan dewasa itu, Fahira Marselia atau Hira.

Kahfi Ramadhan, suami dari Hira pun hanya bisa mengangkat bahunya tidak tau. "Aku nggak bisa nolak permintaan Princess satu ini, dia pintar banget bikin Ayahnya luluh supaya di beliin boneka baru." kata Kahfi menatap Hira dengan senyum gelinya,

Hira tersenyum merengut sebal, sebelum kembali menatap anak perempuan satu-satunya yang kini juga menatapnya. "Sayang, Bunda nggak marah kalau Bella beli yang lain. Tapi Bunda bakalan marah kalau Bella beli boneka lagi, boneka Bella kan sudah banyak, terus lemarinya juga sudah penuh. Terus boneka ini boboknya dimana dong?" kata Hira dengan lembut,

Anindya Labella Ramadhani, anak perempuan Hira pun hanya menatap sendu ke arah Hira. "Boleh nggak, Bunda?  Kalau bonekanya bobok sama Bella aja di kasur Bella." tanya Bella dengan raut wajah polosnya,

Hira tersenyum lebar mengangguk pelan. "Boleh, tapi Bella janji nggak boleh beli boneka lagi ya nak?"

Bella mengangguk ragu sembari memeluk erat bonekanya, "Iya, Bella janji Bunda."

Kahfi yang melihat itu pun segera menggendong Bella sembari menggenggam tangan Hira dengan sebelah tangannya. Ketiganya melangkah pergi ke tempat dimana semua orang sedang menunggu kedatangan mereka bertiga.




••••





Thania menggendong anak laki-laki keduanya yang baru berumur 2 tahun dan Marcell yang sedang bermain bola kaki dengan anak laki-laki pertama mereka yang sudah memasuki usia 5 tahun. Thania menurunkan Aldanel Martha Pradelino dari gendongannya dan segera menuntun langkah tertatih Al, yang mendekati Daddy nya dan Kakak nya. Eldanel Martha Pradelino.

"Al you know, you sangat annoying brother..." kata El, saat Al datang merebut bola dan membawanya pergi ke arah Marcell yang tertawa geli melihat kelakuan dua jagoannya.

Thania yang melihat raut wajah sebal anak pertamanya itu pun segera mendekat sembari berjongkok merangkul bahu El dengan senyum tertahannya. "El, you know, Al masih kecil and dia not understand." kata nya sembari menasehati anak pertamanya itu,

Marcell yang kini sudah menggendong Al pun segera mendekat pada istri dan anak pertama mereka sembari tersenyum senang.

"Hey boy, wake up! Jangan menampilkan raut wajah seperti itu pada Al, dia hanya ingin ikut bermain bersama kita sayang." kata Marcell sembari mengelus rambut tebal El dengan sayang.

"El kesal, Al selalu menganggu El setiap bermain dengan Daddy." kata El sembari melipat kedua tangannya ke depan dada sembari menatap tajam pada adiknya yang sedang di gendong oleh Daddy nya.

Thania meringis dalam hati saat Al tertawa melihat raut wajah El yang kini bertambah kesal. Thania segera saja meraih Al kembali dan menggendongnya lagi sembari mengkode Marcell agar terus bermain dengan El.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang