15. Tidak Menyangka

24 2 2
                                    

Hira menatap ragu pada Thania yang baru saja mengatakan bahwa dia telah berpacaran dengan Bagas. Namun Hira tidak tahu harus ikut berbahagia atau tidak, saat melihat ekspresi Thania yang murung saat mengatakan hal itu. Setahu Hira, Thania memang tidak begitu serius dengan Bagas. Sama seperti dengan laki-laki lain yang di dekati sahabatnya itu.

Hira memegang lengan Thania yang kini menatap lurus ke depan, sekarang mereka tengah berada di perpustakaan. Hira merasa Thania sedang menyembunyikan sesuatu yang besar darinya, namun ia tidak tahu itu apa. Hira ingin menanyakan hal itu, namun sepertinya tidak untuk saat ini. Bagaimana pun kondisi Thania sangat terlihat kacau dan tidak dalam mood berbahagia setelah jadian dengan Bagas.

"Kalau nggak suka kenapa di terima Thania..." kata Hira prihatin.

Thania menggelengkan kepalanya lesu, "Gue nggak tega lihatnya, Bagas Cinta mati banget kayaknya sama gue. Sampai mohon-mohon segitunya, kan lo tahu sendiri gue orangnya nggak tegaan."

Hira tersenyum miris, kasihan juga dengan nasib Bagas. "Ya tapi ini perasaan orang Than, kamu kalo nggak suka ya bilang nggak suka. Jangan malah bilang suka, kalau nyatanya nggak. Nanti kasihan sama Bagas nya, gimana kalau sebenarnya dia tahu kalau kamu nerima dia karena kasihan bukan karena udah yakin sama dia? Bagas kurang apasih Than?" balas Hira mencoba menasehati sahabatnya itu.

Thania merengut kesal, "Ya gue udah bilang Hira...kalau gue nggak yakin bisa, tapi Bagasnya ngotot minta di kasih kesempatan. Ya, gue terima aja. Kali aja kan gue bisa jatuh Cinta sama dia. Kalo lo tanya kurang Bagas apa? Gue sendiri juga nggak tahu, dia ganteng iya, kaya iya, pintar iya, punya mobil keren iya, yang pasti itu bukan karena di Bagas nya. Tapi hati gue Hira, hati gue yang nggak nyantol ke tu cowok." katanya sembari menggeram gusar,

Hira menghembuskan nafas panjang, "Makanya itu hati jangan di recoki mulu sama oppa-oppa Korea kamu itu, jangan-jangan hati kamu malah udah mati buat cowok Indonesia. Sekarang hati kamu udah high class pindah ke cowok-cowok Korea." kata Hira mulai ngawur.

"Iya kali ya? Apa jangan-jangan gue sudah di pelet sama Jeon Wonwoo buat jatuh cintanya sama dia aja, nggak boleh ke yang lain? Iya deh, kayaknya benar gitu deh." sahut Thania malah ikut-ikutan ngawur.

Hira terbahak, "Kalo itu mah kamu yang ngarep!"

Thania pun ikut terbahak bersama Hira, setidaknya untuk saat ini bersama sahabat bisa membuat ia merasa ringan dan lupa untuk sesaat tentang masalahnya. Namun tawa nya tidak berlangsung lama saat melihat Rayhan berjalan ke arah mereka. Thania pun segera saja berdiri dari duduknya sembari mengemasi barang-barangnya masuk ke dalam tas dan mulai beranjak pergi dari sana. Namun Thania kalah cepat dari Rayhan yang lebih dulu menghadangnya sembari memegang salah satu lengannya.

"Lepasin gue." tegas Thania.

Rayhan diam tidak mengindahkan dan malah memperkuat pegangannya pada lengan Thania.

"Lepasin gue Rayhan! Sakit tahu nggak?!" teriak Thania membuat seisi ruangan menoleh padanya dan juga Rayhan.

Sedangkan Hira hanya menatap bingung kedua sahabatnya sembari berpikir apa yang sedang terjadi di antara kedua nya.

Rayhan melirik semua orang yang kini menatap ke arah mereka berdua, serta Hira yang kini menatapnya dengan pandangan bertanya. Rayhan memilih untuk mengabaikan dan malah menarik lengan Thania untuk ikut bersamanya. Rayhan mengabaikan teriakkan Thania yang meminta lepas darinya, namun Rayhan malah membawa Thania masuk ke dalam sebuah ruangan yang tidak pernah di pakai lagi tepat di sebelah fakultas manajemen.

Rayhan melepas lengan Thania yang ia lihat memerah karena cengkraman tangannya tadi. Namun Rayhan memilih untuk kembali mengabaikan dan malah menatap Thania datar dengan wajah menahan amarah.

"Jelasin sama gue, apa salah gue sama lo sebenarnya? Kenapa lo menghindari gue setelah kita bertiga pulang dari Bandung? Apa ada hal yang nggak sengaja gue lakuin sampai lo semarah ini sama gue, ada apa Thania? Apa salah gue!" kata Rayhan dengan nada frustasi, ia berteriak di depan Thania.

Thania terdiam tidak sanggup untuk berbicara dan malah menangis tanpa suara. Thania tahu ia sudah keterlaluan terhadap Rayhan, tidak seharusnya ia bersikap seperti ini pada lelaki yang sudah menjadi sahabatnya selama tiga tahun ini. Namun ia sendiri tidak bisa menyangkal pernyataan Rayhan sejak di Bandung, dimana lelaki itu mengatakan bahwa kemungkinan akan menghancurkan hubungan Hira dan Kahfi.

Thania tahu hal itu belum pasti, namun sebagai sahabat bukannya menasehati ia malah menjadi seperti seorang perempuan yang sedang di tolak sebelum berjuang. Thania merasa Rayhan sangat mencintai Hira, bahkan untuk melihat ke arah nya saja Rayhan tidak bisa. Itu lah yang di pikirkannya dan ia memilih untuk menjauhi Rayhan dan menolak untuk berbicara dengan lelaki itu. Karena ia ingin bisa melupakan Rayhan dan kembali menjadi sahabat untuk lelaki itu.

"Thania jawab gue!" sentak Rayhan lagi.

Thania menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan menatap sendu Rayhan. "Lo nggak salah apapun, di sini gue yang salah. Dan yang seharusnya marah itu lo, karena gue bukan sahabat yang baik buat lo. Di mata gue sekarang lo bukan lagi sahabat Rayhan, lo lebih dari itu.Gue nggak bisa ngontrol diri gue sendiri untuk nggak baper sama lo, selama ini gue bisa." kata Thania sembari meneteskan air matanya,

"Tapi semenjak hari itu, perasaan gue berubah dan gue mencoba untuk nggak peduli tapi nggak bisa. Perasaan itu semakin hari semakin menyiksa gue, ngeliat lo bareng Hira gue merasa nggak suka. Ngeliat lo natap Hira, ngeliat lo selalu membela Hira, itu buat gue merasa cemburu. Karena itu gue berpikir dengan jauhin lo, itu akan membuat gue lupa sama lo." lanjutnya sembari berbalik memunggungi Rayhan dengan bahu bergetar.

Rayhan kehilangan kata-kata dan tidak pernah terpikirkan bahwa apa yang baru saja di dengarnya tadi. Rayhan tercengang tentu saja, memijat pelan keningnya yang terasa pening. Rayhan tidak tahu harus berkata apa, ini terlalu tidak masuk akal baginya. Seorang Thania? Yang tidak pernah di pikirannya akan jatuh Cinta pada cowok lain lagi selain Wafda. Bahkan Rayhan bersumpah akan siapapun yang menyakiti Thania akan berhadapan dengannya. Tapi sekarang? Ia sendirilah yang menyakiti Thania.

"Thania? Gue nggak tahu harus ap---

"Lo nggak perlu melakukan apapun, lo hanya perlu berpura-pura pernah mendengar hal ini dari gue. Kita bisa bersikap kayak dulu lagi, dan lupain tentang hari ini. Lupain gue yang pernah ngomong ini sama lo, anggap hari ini nggak pernah ada. Dan besok, bersikaplah seperti biasa." potong Thania tanpa berbalik mengatakan dengan raut wajah datar.

Rayhan mengerutkan keningnya tidak percaya, "Than? Lo baik-baik aja kan?" tanyanya masih khawatir dengan perempuan itu.

Thania tersenyum kecut, "Gue baik-baik aja kok. Besok nggak usah antar-jemput gue lagi, sekarang gue udah sama Bagas. Gue pacaran sama dia." jawab nya sembari berjalan keluar meninggalkan Rayhan yang tercengang kembali di tempatnya.

Aku, Kamu dan Dia (COMPLETE) √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang