♡•Resah•♡

808 45 1
                                    

Seorang laki-laki berperawakan cukup bagus tengah duduk di sebuah soffa ruang tamu, kepalanya tertunduk ke bawah. Ia lebih memilih memperhatikan kedua kakinya yang tidak di balut apapun daripada menatap para orang tua yang tengah berbincang-bincang di sebrangnya.

Ketua basket tersebut nampak resah dengan apa yang saat ini terjadi, jika bisa. Ia memilih untuk membatalkan semuanya agar apa yang ia ingin tercapai, namun, ia tidak bisa membatalkannya begitu saja. Ada hati kedua orang tuanya yang harus ia jaga mati-matian. Mereka terlalu berharga untuk di lukai.

Gelak tawa yang menggema mengisi rumah tamu sama sekali tidak membuat  ia terhibur.

Laskar tidak bisa bertahan dengan situasi yang menyesakan seperti ini, baru saja ia berniat untuk bangun. Suara barinton seseorang menghentikan niatnya tersebut.

"Jadi bagaimana?" Tanya seorang pria yang amat sangat Laskar hormati itu.

"Bagaimana apanya?" Tanya Laskar pura-pura tak mengerti.

Beberapa orang tua yang duduk bersebrangan dengan Laskar nampak tertawa kecil.

"Kamu terima gak?"

Laskar menghela nafas kasar.

Para orang tua termasuk Ayah dan Bundanya Laskar menyadari perubahan raut wajah Laskar yang tak mengenakan.

Seorang Wanita yang telah melahirkan Laskar, yang telah merawat Laskar hingga delapan belas tahun lamanya mengerti apa yang saat ini di rasakan oleh putranya. Laskar adalah anak satu-satunya di keluarga ini, untuk itu. Bunda sangat mengharapkan kebahagiaan Laskar, dan tentu dengan tidak cara menjodohkan Laskar seperti ini.

Anak jaman sekarang pasti sudah bisa memilih sendiri bagaimana melangkah untuk masa depannya nanti, dan tentu itu sesuatu yang baik.

Namun, Bunda tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti apa yang di inginkan suaminya. Meskipun perasaannya resah sama dengan apa yang di rasakan Laskar.

"Cita-cita Laskar gimana?" Tanya Laskar lirih.

"Setelah menikah kamu masih bisa kuliah, kejar cita-cita kamu." Jawab Pria tersebut.

"Kalau gitu caranya ngapain Laskar nikah muda, Laskar pasti akan sibuk mengejar apa yang Laskar mau. Dan tentu Istri Laskar akan Laskar abaikan. Jadi please, kali ini aja dukung apa yang Laskar mau. Laskar mau kejar cita-cita Laskar Yah." Ujar Laskar. Kedua matanya memerah, namun sekuat tenaga ia tahan agar cairan bening itu tak keluar. Untuk pertama kalinya Laskar berbicara panjang lebar seperti ini kepada Ayahnya. Selama delapan belas tahun hidup, Laskar memang bisa di katakan kurang dekat dengan pria itu. Bukan berarti hubungan Laskar dan Sang Ayah sedang tidak baik-baik saja, namun karena kesibukan Sang Ayah membuat Sang Ayah jarang ada waktu bersama keluarga.

"Putri Tante sama Om pasti punya jalan pemikiran yang sama kayak saya. Ingin fokus mengejar apa yang di inginkan, di dunia ini gak ada anak yang mau di tuntut ini itu sama orang tua. Begitupun saya, Tante sama Om dateng ke sini. Tiba-tiba mau jodohin saya sama Putri Tante dan Om, pasti putri Tante dan Om gak tahu dengan rencana kalian. Bukan maksudnya saya gak sopan, saya cuma ingin mengutarakan isi hati saya dan mungkin juga sama dengan apa yang di rasakan anak-anak di luaran sana. Terkadang anak berusaha mengikuti apa yang orang tua inginkan tanpa orang tua itu sendiri tahu apa yang di rasakan oleh anak. Kayak saya sekarang, saya tertekan karena tiba-tiba mau di jodohkan.

Padahal saya sendiri punya pilihan sendiri siapa yang nanti akan saya jadikan istri. Saya gak mau perjodohan ini membuat saya atau putri Tante dan Om tertekan. Karena perjodohan ini di dasari tanpa rasa cinta. Saya harap, Ayah, Bunda, Tante dan Om bisa memikirkan soal ini baik-baik. Laskar ke kamar dulu." Laskar memilih untuk undur diri, menyebabkan suasana menjadi tak karuan.

Secret Of The Heart ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang