♡▪Melepaskan▪♡

904 51 15
                                    

Sekali lagi, Arisha menatap ke arah rumahnya yang tepat hari ini akan ia tinggalkan. Arisha tersenyum pahit, saat mengingat ada banyak kenangan yang terjadi di sini. Arisha sudah merasakan kebahagiaan dan kesedihan yang terjadi dalam satu waktu. Bagi Arisha, keduanya itu sungguh mampu membuat Arisha lebih kuat untuk berdiri. Terutama dalam hal kesedihan. Berkali-kali kaki ini di buat terjatuh, namun Arisha masih mempunyai alasan untuk tetap berdiri. Namun untuk kesedihan yang sangat menyakitkan ini. Rasanya untuk berdiri saja Arisha masih butuh pegangan.

Kota Bandung. Banyak memberikan sesuatu yang menyenangkan sekaligus menyakitkan untuk Arisha. Arisha bersyukur, bisa bertemu cinta pertamanya di kota ini. Meskipun Akhirnya, Arisha harus pergi dan membiarkan dia bahagia bersama orang lain.

Arisha menghela nafas. Ini sungguh berat untuk Arisha, terlebih. Dirinyalah yang berangkat pertama di banding kedua temannya yang lain. Yang akan berangkat mengejar cita-cita. Semenyakitkannya kota ini. Rasanya untuk pergi saja sulit, karena masih banyak hal yang ingin Arisha nikmati seorang diri tanpa memikirkan banyak hal.

Namun kesakitan itu seolah-olah tak memberikan ruang untuk Arisha tetap berada di sini. Karena itu semua sama saja dengan membunuh diri secara perlahan, Arisha harus bisa mencari kebahagiaannya sendiri, ia harus bisa melupakan semuanya, ia harus bisa menyembuhkan hatinya, ia harus bisa merubah dirinya agar bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Perlahan, tubuh mungil itu bergerak memasuki mobil. Sampai akhirnya mobil yang di sopiri oleh suruhan keluarga Kakak iparnya. Melesat meninggalkan rumah yang gerbangnya tertutup rapat. Arisha menoleh ke belakang, menatap terakhir ke arah rumah yang selama bertahun-tahun ini melindunginya dari panasnya sinar matahari dan derasnya hujan, rumah yang memberikan Arisha kesempatan untuk bisa berkumpul dengan keluarga lengkapnya sebelum Ayah dan Bundanya pergi. Dan tentu rumah yang memberikan banyak kenangan manis untuk Arisha.

Andri tahu bagaimana perasaan Arisha, terlebih melihat beberapa hari ini ada perubahan jelas dalam diri Adiknya. Arisha jadi jarang bicara, Arisha selalu mengurung diri di kamar. Membuat Suasana rumah yang hari ini mereka tinggalkan terasa sangat sepi. Biasanya, Andri selalu mendengar adiknya itu bernyanyi dengan suara keras di depan televisi yang menyala, biasanya Andri selalu kebudegan gara-gara teriakan Arisha yang memanggil namanya selalu tak pernah santai. Namun akhir-akhir ini. Arisha lebih terlihat pendiam, Arisha selalu sibuk di dalam kamar, Arisha lebih banyak tertidur daripada ikut makan bersama Andri atau menonton tv bersama.

Dan Andri bisa melihat dan merasakan kekosongan ada pada diri Adiknya.

Andri yang duduk di samping Arisha, segera membawa tubuh Adiknya ke dalam dekapannya. Di usap lembut surai panjang tersebut, di cium begitu lama. Menggambarkan bagaimana sayangnya Andri pada Arisha.

Arisha menyenderkan kepalanya di dada Sang Kakak, mencari tempat ternyaman untuk tujuan ia pulang. Karena hanya Abangnya yang Arisha miliki sekarang, hanya Abangnya yang selalu menjadi tujuan Arisha pulang, hanya Abangnya yang selalu menjadi tempat ternyaman bagi Arisha.

"Maafin Arisha." Lirih Arisha, memeluk erat tubuh Sang Kakak.

"Kenapa minta maaf?" Tanya Andri sambil mengecup kepala Arisha.

"Udah cuekin Abang, Abang jadi makan sendirian, Abang jadi nonton tivi sendirian. Sementara aku sibuk sama urusan aku sendiri." Jawab Arisha.

Andri tersenyum, "Kalau kamu udah siap. Kamu boleh cerita sama Abang, Abang gak suka Sha. Liat kamu kayak gini, rasanya Abang kembali kemasa dimana saat Bunda dan Ayah pergi. Abang ngerasa selalu kehilangan kalau kamu kayak gini. Karena cuma Arisha yang sekarang Abang punya."

Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Arisha, Arisha semakin erat memeluk tubuh Sang Kakak.

"Janji yah. Gak akan lupa sama aku kalau Abang udah nikah nanti."

Secret Of The Heart ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang