Ke esokan paginya di sekolah. Azkia, Arisha dan Tina melangkah menuju ke kelas mereka. Kebetulan ketiga gadis itu bertemu tadi saat di parkiran.
Tina melangkah begitu riangnya, kedua matanya yang sipit terlihat begitu terbuka lebar. Biasanya di jam pagi seperti ini, Tina akan mengeluh karena rasa kantuk yang tak kunjung menghilang.
"Tumben muka lo seger, gak nonton drakor ya semalem?" Tanya Azkia.
"Nonton, gue bangun jam satu sampe subuh baru kelar. Tapi anehhnya, gue yang biasanya ngantuk sekarang gak ngantuk sama sekali." Jawab Tina.
"Atau gara-gara si cabe-cabean udah gak ada di kelas kita lagi?"
Tina dan Azkia menoleh menatap seorang gadis yang di bagian pelipisnya terdapat sebuah perban untuk menutupi lukanya akibat kejadian kemarin. Tina dan Azkia sudah berusaha untuk meminta Arisha agar tidak sekolah hari ini, mengingat bagaimana perlakuan Laskar kemarin yang berhasil membuat sahabat mereka pingsan. Karena memang gadis yang namanya Arisha ini keras kepala, Arisha tetap keukeh ingin masuk sekolah tak perduli meskipun ia terluka sekalipun.
Dan akibat kejadian kemarin pula, Salsa dan antek-anteknya di pindahkan ke kelas lain. Kelas khusus untuk murid-murid nakal yang wajib pake banget dapet bimbingan dari guru. Wajar jika pagi ini Tina terlihat lebih bersemangat, berita mengenai pindahnya Salsa dan antek-anteknya sudah menyebar seantero sekolah. Bahkan di grup pun ramai membicarakan gadis-gadis badung itu.
"Ini seharusnya jadi kesempatan buat lo Ki, gue denger Genta marah banget sama Salsa." Ujar Tina.
"Ya terus?" Tanya Azkia cuek, pagi ini ia tidak tertarik untuk membicarakan hal itu.
"Ya ini kesempatan lo lah, gimana si. Kalo Genta jauhin Salsa, otomatis ada ruang kosong dong di hati Genta. Yakin gak mau nempatin, nanti di serobot orang nangis lagi." Ujar Arisha gemas.
Azkia menghela nafasnya kasar, "Kayaknya cukup sampe di sini aja gue memperjuangkan seseorang yang gak harus gue perjuangkan, Genta gak nyuruh Salsa buat pergi dari hatinya. Genta cuma butuh waktu, nanti juga mereka deket lagi. Suka sama orang secara diem-diem kayak gue sama Arisha, cuma bisa bikin sakit hati. Gue gak mau kalo harus nyiksa diri gue sendiri semakin jauh."
Tina dan Arisha terdiam, mereka membenarkan apa yang di ucapkan oleh Azkia. Hanya saja mereka sedikit kecewa melihat sahabat mereka yang sedari dulu sangat amat memperjuangkan perasannya yang tak kunjung mendapat balasan, kini memilih untuk berhenti tanpa berpikir lagi, tapi apapun itu keputusan Azkia. Tina dan Arisha selalu berharap Azkia bisa hidup sebagaimana mestinya tanpa harus terpuruk hanya karena seorang laki-laki.
Tidak ada salahnya untuk selalu berjuangkan? Hanya saja setiap hati manusia memiliki ciri khasnya masing-masing. Kadang ada hati yang begitu kokohnya memperjuangkan seseorang dalam jangka waktu yang lama, tak perduli bagaimana hati itu berulang kali mendapat benturan keras. Hati itu akan tetap melangkah memperjuangkan perasannya, dan ada pula hati yang begitu lemah yang gampang untuk menyerah, seperti Azkia. Azkia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Hanya saja ia sudah memikirkan ini ribuan kali, ia sudah bertekad untuk berhenti mengejar apa yang seharusnya tidak ia kejar, Azkia merasa. Hidupnya lebih tentram sebelum mengenal sosok laki-laki bernama Genta. Untuk itu, Azkia memilih untuk menghentikan perasannya agar hidupnya kembali seperti semula hanpa harus di hantui bayang-bayang Genta.
"Semangat Maknae, laki-laki di dunia ini gak cuma Genta. Gue sama Arisha dukung apapun itu keputusan lo." Ujar Tina sambil menepuk pundak Azkia dua kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of The Heart ✓
TeenfikceCover by : @skysie_design Azkia, Arisha dan Tina. Adalah tiga anak manusia yang terlahir menjadi seorang pengecut namun mudah kepincut. Hanya mampu mengagumi seseorang dalam diam, hanya mampu menatap laki-laki yang mereka kagumi dari jarak kejauhan...