Nafas kedua remaja tersebut terengah-engah, Laskar segera menurunkan Arisha dari gendongannya. Beruntungnya ia dapat menemukan tempat untuk bersembunyi meskipun harus di rumah kosong.
Tubuh Arisha sedikit limbung, hampir saja ia terjatuh. Dengan cepat Laskar menahan tubuh Arisha. Laskar menuntun Arisha untuk duduk agar rasa pusing gadis itu menghilang.
"You okay?" Tanya Laskar berbisik.
Arisha mengangguk, meski kepalanya terasa sangat pusing. Setidaknya ia tidak sampai pingsan yang mengharuskan Laskar di repotkan olehnya.
"Kita sembunyi sebentar, sampai mereka pergi." Ujar Laskar.
Laskar bangkit berdiri, mengintip lewat sebuah celah. Segerombolan remaja yang tadi berkelahi dengannya ternyata mengikutinya sampai ke tempat ini, beruntungnya mereka hanya diam saja sambil mengedarkan pandangannya ke berbagai arah. Mencari sosok Laskar dan Arisha.
Laskar kembali menghampiri Arisha. Ia kemudian mengambil duduk tepat di samping gadis itu, Laskar menyenderkan kepalanya ke tembok.
Arisha membongkar isi tasnya, beruntungnya. Bekal minumnya masih tersisa banyak, Arisha menyodorkan botol minumnya ke arah Laskar. Laskar menegakan posisi tubuhnya, menatap bingung ke arah tempat minum yang di sodorkan Arisha.
"Minum, lo kan tadi lari jauh terus ada gue juga yang lo bawa." Kata Arisha tanpa menatap ke arah Laskar.
Laskar menerima botol minum tersebut, membuka tutupnya lalu meneguk isinya hingga setengah. Setelah itu ia kembali memberikan botol minuman itu kepada Arisha, Arisha menerimanya lantas meminum isinya hingga habis.
"Lo gak apa-apa kan Sha?" Tanya Laskar.
Arisha mengangguk.
Laskar tersenyum lega, ia kembali menyenderkan kepalanya ke tembok. Kedua matanya terpejam. Ia tidak tidur, hanya saja ia ingin sedikit menenangkan rasa lelahnya terutama rasa sakit di bagian wajahnya yang sudah babak belur akibat terkena bogeman.
Arisha yang melihat itu pun nampak tak tega, bagaimana pun juga. Laskar sudah menolongnya.
"Lo tidur?" Tanya Arisha.
"Hmm."
Arisha kembali membongkar isi tasnya. Ada sebuah kotak berukuran sedang yang selalu Arisha bawa, sebuah kotak yang isinya adalah obat-obatan yang selalu Abangnya persiapkan. Karena takut jika sewaktu-waktu Arisha terluka.
"Bangun dulu sebentar."
Laskar membuka matanya, menegakan kembali posisi duduknya. Ia sedikit menyerongkan tubuhnya agar dapat berhadapan dengan Arisha.
"Tas lo kayak kantong doraemon aja. Isinya macem-macem." Ujar Laskar sambil terkekeh pelan. Namun detik selanjutnya ia meringis karena merasakan sakit di area sudut bibirnya yang robek.
"Jadi lo gak sekolah cuma mau berantem?" Tanya Arisha tanpa menatap ke arah Laskar. Karena ia tengah sibuk menyiapkan obat untuk luka di wajah Laskar.
Laskar menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Tadi...di sekolah Gia pingsan." Lirih Arisha. Tiba-tiba kedua tangannya bergetar.
"Oh."
Arisha mendongak menatap wajah Laskar.
"Ko oh doang sih, dia kan cewek lo. Jadi cowok ko gak ada khawatir-khawatirnya!" Tanpa sadar Arisha teriak, meremas betadin yang ada genggamannya. Membuat Laskar segera membekap mulut Arisha.
Laskar celingak-celinguk berharap segerombolan pelajar itu tidak sampai menemukan mereka di tempat ini.
"Kondisikan suara lo, lo kalau cemburu biasa aja Sha. Gue jadi ngerasa cowok paling ganteng di rebutin banyak cewek." Ujar Laskar dengan percaya dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of The Heart ✓
Teen FictionCover by : @skysie_design Azkia, Arisha dan Tina. Adalah tiga anak manusia yang terlahir menjadi seorang pengecut namun mudah kepincut. Hanya mampu mengagumi seseorang dalam diam, hanya mampu menatap laki-laki yang mereka kagumi dari jarak kejauhan...