Sudah dua hari laki-laki itu di rawat di sebuah rumah sakit besar yang tak jauh dari tempat tinggal Arisha. Dan sudah dua hari itu pula Arisha tak mengunjunginya, laki-laki itu hanya di temani oleh Abangnya dan juga Mbak Anna yang mau-maunya bolak-balik rumah sakit hanya untuk laki-laki itu.
Arisha sedari tadi terus mondar-mandir di sebuah toilet yang ada di kampusnya, ia menunggu jawaban panggilan dari sebrang sana. Sungguh, ini sangat penting dan Arisha butuh panggilannya di jawab sekarang juga. Arisha tidak perduli jika waktu antara Korea dan indonesia berbeda, Arisha tak perduli jika gadis di sebrang sana tengah sibuk sekalipun. Intinya, Arisha ingin panggilannya terjawab.
Sekarang waktu menunjukan pukul 15:53 berarti kalau di jakarta sekarang pukul 13:53. Di jam-jam seperti itu di jakarta, gadis itu pasti sedang sibuk dengan kuliahnya. Dan Arisha sangat hafal itu. Namun Arisha ingin panggilannya terjawab sekarang juga.
Arisha mengetuk-ngetukan sepatunya ke lantai, sampai akhirnya panggilan pun terhubung. Arisha merubah posisinya menjadi lebih tegak.
"Ya ampun Sha! Lo ngabisin pulsa cuma buat telefon gue. Lo tau sendirikan gue sibuk di jam-jam segini, telefonannya nanti aja ya. Masih ada kelas nih gue, gara-gara lo gue harus ke toilet cuma buat angkat telefon lo."
"Maksud lo apa?" Tanya Arisha dingin.
Di sebrang sana, Azkia nampak mengerutkan keningnya. Dan tentu Arisha tidak dapat melihatnya.
"Ma...maksudnya apa si?" Tanya Azkia sedikit gugup di tambah kekehan canggung di akhir kalimatnya.
"Laskar ada di sini, itu pasti karena lo kan?" Lagi dan lagi. Tidak ada nada keramahan di nada bicara Arisha.
"Maksud lo apa si Sha, gue bener-bener gak ngerti."
Arisha mengigit bibir bawahnya menahan kekesalan yang ingin meledak sekaligus menahan isak tangisnya, sungguh keadaan Arisha semakin kacau semenjak kedatangan laki-laki itu. Arisha menjauhkan posisi tubuhnya dari benda pipih yang masih tersambung dengan Azkia di sebrang sana. Diam-diam Arisha terisak. Ia mengacak rambutnya frustasi.
"Sha..hallo."
Arisha menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan.
"Cuma lo yang tau alamat tempat tinggal gue di sini, Laskar gak mungkin tau kalau bukan dari lo. Kenapa lo jahat banget sih Ki. Lo tau sendiri, gue di sini masih proses buat menata ulang. Sakit di hati gue belum sepenuhnya sembuh. Gue--"
"Apa? Lo jadi cewek kenapa pengecut banget si Sha. Gue tau, surat yang gue dan yang lain kirim buat lo gak pernah lo baca kan. Lo bisa aja keliatan biasa-biasa aja. Tapi gue tau, di lubuk hati lo. Lo masih sayang sama Laskar. Lo bener. Gue yang kasih alamat lo ke dia. Kalau lo butuh penjelasan lebih, lebih baik lo buka semua surat itu. Kalau lo belum merasa puas. Gue susul lo kesana." Sekarang berbanding terbalik. Malah Azkia yang marah-marah di sebrang sana.
"Ko jadi lo yang marah si?!" Tanya Arisha kesal.
"Jelas gue marah, lo tuh terlalu memaksa Sha. Kalau emang nyatanya lo masih belum lupain Laskar ya udah, lo gak usah so-soan keliatan kuat Sha. Gue tau apa yang saat ini lo rasain. Laskar kesana demi lo Sha. Demi lo, kapan sih lo bisa ngerti?!"
"Laskar udah punya istri jadi gue gak berhak--"
"Lo terlalu sibuk disana sampe lo gak tau apa yang terjadi di sini, gue minta lo buka semua surat itu."
Tut....
Arisha menghela nafas kasar, ia meremas kuat benda pipih yang ada di genggamannya. Jam kelasnya sudah habis sedari tadi. Bodohnya, ia hanya berdiam diri di toilet hanya untuk mendapatkan sebuah jawaban yang justru membingungkan. Arisha segera meraih tasnya, ia bercermin sebentar menghapus jejak-jejak air mata di kedua mata dan pipinya. Setelah itu, Arisha segera melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of The Heart ✓
Teen FictionCover by : @skysie_design Azkia, Arisha dan Tina. Adalah tiga anak manusia yang terlahir menjadi seorang pengecut namun mudah kepincut. Hanya mampu mengagumi seseorang dalam diam, hanya mampu menatap laki-laki yang mereka kagumi dari jarak kejauhan...