"Manusia hanya bisa berharap, Manusia hanya bisa berencana tetapi Tuhan yang menentukan semuanya."
🌹🌹🌹
Hari minggu sore terlihat seorang laki-laki memakai jaket army, kaos abu-abu, celana levis hitam dan jam tangan yang selalu melingkar di lengannya.
Laki-laki itu tengah duduk di tempat pertama kali dia bertemu dengan Humaira nya, perempuan yang berhasil menarik perhatian nya. Sambil megotak atik handphone yang ada di genggamannya, laki-laki itu tengah menunggu gadis yang berjanji akan memberikan jawaban atas pertanyaannya tempo hari yang lalu.
"Hai, maaf ya lama." Sapa gadis yang baru saja datang dari sebelah kiri.
Mendengar seseorang yang berbicara disampingnya, laki-laki itu mengehentikan aktivitasnya dan tersenyum kepada gadis yang baru saja datang.
"Gapapa, silahkan duduk Saf." Fachri menggeser posisi duduknya untuk memberikan tempat Safina duduk.
Melihat Fachri yang menggeser tempat duduknya, Safina langsung saja mengambil posisi yang telah disediakan.
"Bentar ya, aku minum dulu." Izin Safina sambil menyedot es jeruk yang sedari tadi dia bawa.
Fachri menggeleng-gelengkan kepalanya memperhatikan Safina yang tengah minum dengan semangat. Sadar tengah di perhatikan Safina tersenyum kikuk dan menghentikan aktivitasnya.
"Kamu mau?" Tanya Safina menawarkan es jeruk yang tinggal setengah kepada Fachri.
"Enggak, buat kamu aja." Tolak Fachri secara halus dengan kekehan yang keluar dari mulutnya.
"Hehehe." Safina nyengir dan kembali meminum es jeruknya hingga tandas.
Merasa es jeruk yang di minummya telah habis Safina beranjak dari duduknya dan membuang sampahnya ke tempat yang telah disediakan. Sebenarnya, Safina sedang berusaha mengulur-ulur waktu, pasalnya jantung Safina tengah berdegup sangat cepat, sejujurnya Safina malu bertemu dan mengatakan jawabannya kepada Fachri.
Tidak mau membuat Fachri curiga akan tingkahnya, Safina kembali menghampiri Fachri dan mendudukan dirinya di samping Fachri.
"Udah minumnya?" Tanya Fachri yang sedari tadi memerhatikan Safina yang terlihat sangat kehausan.
"Udah hehe." Safina tertawa menjawab pertanyaan dari Fachri.
"Jadi gimana?" Safina yang sedari tadi tertawa menjadi bungkam mendengar pertanyaan to the point dari Fachri.
"Gimana apanya?" Mencoba enjoy Safina menggoda Fachri dengan pertanyaan bodohnya.
"Pertanyaanku tempo hari yang lalu, apa jawaban mu?" Serius mode on, sepertinya Fachri sedang tidak bisa diajak becanda.
"Sebelum aku jawab, aku mau tanya. Kamu meminta aku menyempurnakan imanmu dalam hal apa? Pacaran? Tunangan atau menikah?" Bego, Safina melontarkan pertanyaan yang Safina sendiri sudah tahu jawabannya.
"Aku tidak pacaran Safina, jelas aku meminta kamu menyempurnakan imanku untuk hubungan yang lebih jelas yaitu pernikahan. Jika kamu menerima, aku berharap kamu yang akan menjadi ibu dari anak-anakku kelak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempurnakan Imanku (Completed)
SpiritualBagaimana jadinya jika cewek pecicilan, cengeng, ngambekan, ketus, dan paling takut kalo ditanya urusan tajwid. Mengharapkan mendapat suami idaman nusa bangsa dan agama. Tetapi tidak ada yang pernah tahu bagaimana kuasa Tuhan, apakah Dia berkehendak...