"Sejenak kita butuh rehat, untuk menyadari dan memahami apa yang telah terjadi."
🌹🌹🌹
Pagi ini Safina tengah membantu mertuanya menyiapkan sarapan. Untung saja ketika dia turun, Amy tidak terlalu banyak bertanya mengenai matanya yang sembab dan bengkak. Sehingga Safina tidak perlu repot-repot untuk memikirkan alasan.
Lima menit kemudian semua penghuni yang berada di rumah ini telah duduk berkumpul di meja makan.
Safina dan Fachri pun terlihat seperti biasanya, Safina masih mengambilkan nasi untuk sarapan Fachri.
Ditengah-tengah sarapan ayah Fachri membuka suara.
"Safina, kok muka kamu pucat? Kamu sehat kan?" Tanya ayah mertuanya ketika melihat menantunya yang seperti orang sakit.
"Sehat kok, yah." Jawab Safina meyakinkan mertuanya.
"Kalo kamu gak enak badan, mending ke dokter aja," Saran ayah Fachri.
"Iya, nanti ibu anter," Timpal Amy, yang ikut memperhatikan kondisi Safina.
"Gapapa kok, Safina sehat gak perlu ke dokter,"
Fachri yang duduk di samping Safina sedari tadi diam dan memperhatikan istrinya yang terlihat kurang sehat.
"Oh yaudah kalo gitu, Fachri kamu jadi berangkat ke gunung?" Tanya ayah kepada Fachri yang sendari tadi diam.
"Jadi yah,"
"Di izinkan sama Safina?" Tanya Amy yang duduk di samping Riko.
Fachri mengangguk ragu, hingga terdengar suara Safina yang memotong pembicaraan mereka.
"Safina larangpun dia tetap pergi yah, bu," Jawab Safina kemudian menyuapkan sarapannya.
Setelah mendengar pernyataan Safina semua orang saling menatap, memberikan kode bahwa sedang ada sesuatu yang tidak beres anatara anak dan menantunya.
Selesai sarapan Fachri bergegas masuk ke dalam kamar untuk membawa tas carrier nya, tidak lama kemudian Fachri menuruni tangga sedikit terburu-buru.
"Yah, bu aku pamit," Fachri menyalami tangan kedua orangtuanya.
Kemudian tiba di hadapan Safina, Fachri sedikit ragu untuk berpamitan kepada Safina. Karena kejadia tadi pagi yang terjadi diantara mereka.
"Aku berangkat dulu," Pamit Fachri kemudian Safina menganggukan kepalanya.
Safina mencium punggung tangan Fachri. Walaupun sedang berada dalam masalah, Safina tidak boleh menunjukannya di hadapan orang lain.
"Hati-hati." Jawab Safina.
Kemudian Fachri mengecup kening Safina sebelum pergi meninggalkan rumah.
Safina mengikuti langkah Fachri dan pergi mengantarkannya sampai di depan rumah. Setelah Fachri menaiki mobil yang telah menjemputnya, Safina memutuskan untuk memasuki rumah.
"Sayang sini deh," Kata Amy memanggil Safina yang baru saja memasuki rumah.
"Kenapa bu?" Tanya Safina mendudukan dirinya di samping mertuanya.
"Lagi ada masalah ya sama Fachri?" Tanya Amy sedikit ragu.
"Biasa masalah kecil kok bu,"
"Ingat jika kalian ada masalah di bicarakan baik-baik ya sayang, jangan sampe kalian ngambil keputusan saat emosi, Ibu do'akan semoga masalah kalian cepat selesai ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempurnakan Imanku (Completed)
SpiritualBagaimana jadinya jika cewek pecicilan, cengeng, ngambekan, ketus, dan paling takut kalo ditanya urusan tajwid. Mengharapkan mendapat suami idaman nusa bangsa dan agama. Tetapi tidak ada yang pernah tahu bagaimana kuasa Tuhan, apakah Dia berkehendak...