13. Pendekatan Keluarga

7.2K 533 2
                                    

"Kamu mau tau apa mimpiku? Sederhana saja, selalu melihat mu ketika aku membuka mata dan ketika aku akan memejamkan mata."

🌹🌹🌹

Setelah kedua adik Safina berkenalan dengan Riko dan Fachri mereka langsung terlihat akrab seperti teman lama yang kembali berjumpa. Memang laki-laki lebih mudah akrab dengan sesamanya dari pada perempuan. Apa saja bisa dibahas dengan laki-laki.

Seperti kali ini Riko, Naufal dan Fadil tengah membahas game yang sama sekali tidak Safina mengerti. Riko membuka pintu mobil penumpang mengambil makanannya dan menutupnya kembali.

"Kenapa gak duduk di depan aja, Rik?" Tanya Safina yang berpikir jika Riko akan duduk di depan.

"Enggak ah, kakak aja duduk di depan aku sama Fadil, Naufal di belakang," Tolak Riko secara halus.

"Gapapa duduk di depan aja," Kata Safina sedikit memaksa.

"Udah gapapa kakak aja." Kata Riko sambil memasuki jok belakang.

Fachri yang telah selesai pamit kepada orangtua Safina heran melihat Safina yang masih bediri diluar.

"Kenapa gak masuk?" Tanya Fachri yang telah bediri di pintu sebelah kanan.

"Gapapa, ya udah yu masuk." Ajak Safina dan membuka pintu mobil bersamaan dengan Fachri.

Setelah mereka semua memasuki mobil dan siap untuk berangkat, Fachri menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya.

"Ini mau main kemana dulu?" Tanya Safina memecah keheningan.

"Gak tau, kan kamu yang tau daerah sini." Ucap Fachri menyerahkan semuanya kepada Safina.

"Ke jembatan Cirahong dulu mau gak? Nanti agak sorean kita main di alun-alun." Tanya Safina kepada penghuni mobil.

"Setuju." Ujar semua yang berada di mobil bersamaan.

Selama di perjalanan Riko, Naufal dan Fadil sibuk bermain game bersama atau biasa disebut mabar. Sedangkan Safina dan Fachri hening mereka sibuk memperhatikan jalan.

"Gimana skripsi kamu?" Tanya Safina memecah keheningan.

"Alhamdulillah, minggu depan aku sidang."

"Alhamdulillah, lancar ya sidangnya."

"Aamiin. Gimana kerja kamu betah?"

"Alhamdulillah betah, teman-teman disana juga baik-baik."

"Oalah syukur deh, soal Audri aku minta maaf ya,"

"Gapapa, aku juga bukan siapa-siapa kamu kan. Jadi kamu bebas mau sama siapa aja."

"Gak gitu Safina, aku jadi deket sama dia dan bareng terus itu karena dosen pembimbing kita sama jadi mau gakmau kita sering ketemu,"

"Ya udah aku gapapa kok, aku ngerti kamu, kan dari awal juga aku udah bilang kalo ada yang lebih dari aku ya kamu bilang,"

"Iya, tapi apa aku bilang ada yang bisa gantiin kamu?"

"Enggak,"

Sempurnakan Imanku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang