"Kenyataannya kamu adalah apa yang selalu aku tulis sedangkan aku adalah apa yang tidak pernah kamu baca."
🌹🌹🌹
Tepat satu bulan yang lalu, terakhir kali Fachri berkomunikasi dengan Safina. Dan hari ini adalah hari keberangkatan Fachri menuju Pangandaran, dia akan mengikuti acara marathon yang di adakan oleh salah satu bank swasta yang ada di Indonesia.
Fachri sedang menyiapkan barang-barang yang akan di bawanya ke Pangandaran. Tiba-tiba datang sang ibu yang mengingatkan Fachri akan titipannya untuk calon menantu dan besannya.
"Kak jangan sampe ketinggalan titipan ibu buat Safina dan keluarganya ya," Amy mengingatkan Fachri akan titipannya.
"Iya bu." Jawab Fachri sambil memasukan titipan ibunya.
Merasa telah selesai mengemasi barangnya, Fachri segera mandi dan mengganti pakaian. Hari ini Fachri menuju Pangandaran dengan menggunakan mobilnya.
"Bu, Fachri berangkat dulu ya," Pamit Fachri dan menyalami tangan ibu nya.
"Yah, Fachri berangkat dulu." Pamit Fachri juga dan menyalami tangan Ayah nya.
"Hati-hati kak, nyetirnya jangan sampe meleng, semoga lancar, sehat sampe kembali ke Bandung," Kata Amy menasehati anaknya.
"Iya bu, aamiin." Fachri berjalan keluar dari rumahnya dan di ikuti kedua orangtuanya.
Sesampainya di garasi Fachri bergegas memanaskan mobilnya yang tidak lama setelah itu tiba adiknya memarkirkan motor disamping mobilnya.
"Arek kamana kak? (Mau kemana kak?)" Tanya Riko adik Fachri yang sekarang duduk di kelas dua sma.
"Pangandaran, hayu arek milu? (Ayo mau ikut?)" Tanya Fachri mengajak adiknya untuk ikut.
"Emang boleh?" Tanya Riko lagi.
"Gak tau, izin dulu gih sama ibu ntar kalo maneh ikut ada yang gantian nyetir," Mendengar tawaran dari kakaknya Riko merasa tergiur lumayan juga liburan di pantai.
"Yaudah tungguin urang (aku) izin dulu." Ujar Riko kemudian menghampiri kedua orangtua nya.
"Bu, Riko ikut kakak ke Pangandaran boleh ya?" Tanya Riko ketika mendapati ibunya tengah duduk di depan teras ramahnya.
"Mau ngapain kamu ikut kakak kamu?" Tanya Ayah menimpali obrolan Riko.
"Mau main lah, sekalian gantian nyetir, kakak gak akan kuat kalo nyetir sendirian." Kata Riko meyakinkan orangtuanya.
Menimbang obrolan putra keduanya, ada benarnya juga Fachri tidak mungkin nyetir sendirian apalagi di hari minggunya Fachri akan mengikuti marathon.
"Yaudah kamu boleh ikut, cepet ambil baju kamu seperlunya, kasian kakak kamu nunggu lama."
"Siap bos." Riko langsung berlari memasuki kamarnya.
Lima menit berlalu Riko telah siap dengan ransel yang sudah terisi kebutuhannya. Segera dia pamit dan memasuki mobilnya.
"Lama banget maneh (kamu)." Protes Fachri ketika mendapati Riko duduk di kursi samping pengemudi.
"Hehehe," Riko hanya nyengir dan melemparkan ranselnya ke jok belakang.
"Awas kena bunga urang," Peringat Fachri ketika melihat Riko melempar tas dengan seenaknya.
"Bunga?" Riko menoleh kebelakang untuk memastikan.
"Ngapain maneh (kamu) bawa bunga? Mau jiarah ke kuburan?" Tanya Riko bertubi-tubi.
"Bukan buat jiarah, tapi buat nenggelamin maneh (bunga) di tengah laut." Jelas Fachri dan menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempurnakan Imanku (Completed)
SpiritualitéBagaimana jadinya jika cewek pecicilan, cengeng, ngambekan, ketus, dan paling takut kalo ditanya urusan tajwid. Mengharapkan mendapat suami idaman nusa bangsa dan agama. Tetapi tidak ada yang pernah tahu bagaimana kuasa Tuhan, apakah Dia berkehendak...