"Sekarang kita sama-sama sepakat menjadikan masa lalu menjadi sesuatu yang telah lalu dan merangkai hari ini serta hari berikutnya menjadi masa depan."
🌹🌹🌹
Setelah empat hari berada di gunung Slamet kini Fachri beserta teman-temannya sedang berada di perjalanan pulang menuju Bandung. Selama empat hari juga tidak ada kabar dari Fachri ataupun Safina.
Pernah sekali Safina menghubungi Fachri tetapi nomornya tidak aktif. Hal tersebut justru sangat membuat Safina cemas. Tetapi Safina berusaha untuk berfikir positif, mungkin saja handphone Fachri kehabisan baterai atau tidak ada cakupan sinyal.
Safina masih berada di Ciamis, dia tidak akan pulang sebelum suaminya menjemput serta meminta maaf dan mengakui kesalahannya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang kini Fachri telah sampai di rumahnya.
"Assalamuallaikum," Ucap Fachri memasuki rumah yang terlihat sepi seperti tidak berpenghuni.
"Waalaikumussallam." Amy keluar dari kamar dan menghampiri Fachri.
Fachri mencium punggung tangan ibunya.
"Kok sepi bu? Pada kemana?"
"Ayah lagi ke kantor, Riko sekolah, Safina kan pulang ke Ciamis." Amy menjelaskan kepada Fachri.
"Safina jadi pulang? Kapan?"
"Waktu kamu berangkat, siangnya Safina berangkat." Jelas Amy kepada putra sulungnya.
"Dia bilang gak ke ibu pulang kapan?"
"Gak bilang jelasnya sih, tapi mungkin kalo kamu pulang dia juga pulang."
"Oh gitu, Fachri ke atas dulu ya bu,"
"Nanti temuin ibu lagi, ada yang mau ibu bicarakan."
Setelah mandi serta mengganti pakaiannya, segera Fachri bergegas menghampiri Amy yang tengah duduk di ruang tamu.
"Ada apa bu?" Tanya Fachri duduk di samping Amy.
"Kamu berantem sama Safina?"
Fachri mengangguk ragu."Biasa, masalah kecil kok bu."
"Kalo masalah kecil, Safina gak akan sampe pulang kak." Jawab Amy menatap putranya yang menunduk.
"Fachri salah besar sama Safina,"
"Salah? Kesalahan apa itu nak?"
"Jadi waktu itu Fachri baca diary dan chat whatsapp punya Safina terus Fachri nuduh dia yang enggak-enggak, Safina juga larang Fachri buat pergi ke gunung, tapi Fachri tetap pergi bu."
"Kamu kok gitu sih, kamu gak mikir apa mantu ibu matanya bengkak gara-gara kamu. Jujur sama ibu kamu bentak dia kan?"
"Fachri kelepasan bentak dia, terus Fachri ngatain dia cengeng. Bu, Fachri merasa bersalah banget."
"Seingat ibu, ibu gak punya anak yang suka bentak perempuan. Diajarin siapa kamu sampe bisa ngebentak perempuan?"
Fachri hanya menunduk mendengar omelan dari sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempurnakan Imanku (Completed)
SpiritualitéBagaimana jadinya jika cewek pecicilan, cengeng, ngambekan, ketus, dan paling takut kalo ditanya urusan tajwid. Mengharapkan mendapat suami idaman nusa bangsa dan agama. Tetapi tidak ada yang pernah tahu bagaimana kuasa Tuhan, apakah Dia berkehendak...