Happy reading.
Andra membawa buku-buku dan keluar dari ruangan. Berjalan melewati lorong fakultas Ilmu Komunikasi yang ramai karena banyak mahasiswa yang hilir mudik. Sebentar lagi waktunya untuk mengajar. Jadwalnya cukup penuh hari ini karena harus mengajar tiga kelas hingga sore hari dan salah satunya kelas untuk mahasiswa baru. Langkah kaki Andra tiba di depan kelas. Seperti biasa untuk kelas mahasiswa baru masih terasa hening karena pastinya mereka baru saling mengenal.
Andra meletakkan bukunya diatas meja dosen. Dia tidak duduk di kursinya melainkan duduk di atas meja dengan tangan yang terlipat di dada.
"Pagi semua. Kalian tau kan mata kuliah saya? Atau tidak ada yang tau disini?" ucapnya datar. Sangat datar, tak ada senyum, tak ada keramahan di wajahnya.
Satu mahasiswi dengan percaya diri berdiri dan mengangkat tangannya.
"Mata kuliah pengantar ilmu komunikasi, Bapak ganteng."
Andra tidak tersenyum mendengar pujian dari sang mahasiswi tetapi dia menatap tajam mahasiswi itu membuat sang mahasiswi bergidik ngeri.
"Silahkan duduk tapi saya tidak suka dengan pujian kamu."
Dengan takut-takut, mahasiswi itu duduk.
"Saya akan membuat kontrak kelas karena hari ini pertemuan pertama. Yang pertama saya tidak suka dipuji dan diremehkan. Terserah kalian menganggap saya gila hormat dan yang kedua batas masuk kelas hanya lima menit dari jam masuk. Jika lebih silahkan keluar. Saya tidak akan melarang kalian bermain ponsel selama mata kuliah saya."
Mahasiswa hendak berbahagia tapi kembali murung saat Andra melanjutkan kalimatnya.
"Jikalau ada tugas yang memang membutuhkan internet."
"Namun jika tidak dibutuhkan silahkan silent-kan ponsel kalian atau pasang mode pesawat."
"Jangan ada kertas binder warna-warni di kelas saya kecuali berwarna putih. Kalau kedapatan selain putih akan saya robek kertas itu. Ini kuliah bukan taman kanak-kanak atau pun SD."
Banyak mahasiswa yang merapalkan doa agar kelas Andra selesai dengan cepat. Selain merapalkan doa ada juga yang selalu mengecek atau menghitung perputaran jarum jam tapi sayangnya kelas Andra masih tersisa satu jam lagi.
Ganteng, muda tapi sayang killer, jeritan hati mahasiswa baru.
"Sistem belajar saya tidak selalu menggunakan buku dan teori. Sesekali saya akan mengetes kalian bagaimana cara mahasiswa jurusan ilmu komunikasi berkomunikasi dengan benar. Disini ada yang demam panggung?"
"Ti-tidak, Pak!" jawab mahasiswa ragu-ragu.
"Bagus. Untuk apa kalian masuk ilmu komunikasi kalau kalian demam panggung dan tak berani berbicara di depan umum."
"Oh iya satu lagi. Saya tidak akan mengenalkan nama panjang saya karena nama saya sudah tertera di portal kampus kan? Kalian cukup memanggil saya bapak Andra."
Kelas berlanjut dengan suasana yang mencekam. Kelas Andra adalah kelas yang terkenal dengan kelas menakutkan untuk mahasiswanya.
***
Kriuk.. Kriuk.. Kriuk.
"Aryak! Berisik banget sih kamu! Nanti anakku bangun, tak tampol kamu ya!" Andra mengangkat bahunya dan melanjutkan tontonannya. Mulutnya tak berhenti mengunyah keripik kentang.
"Yak! Hera baru aja tidur! Please jangan bising deh!" omel Aurora.
Lagi-lagi Andra mengangkat kedua bahunya. Lagian kakak perempuannya itu aneh. Mengapa dia tidak membawa Hera ke kamar saja bukannya dibawa ke ruang televisi sumber kebisingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step By Step (Book I)
General FictionCERITA MAINSTREAM Jika soal berpacaran dengan tegas Andra akan mengatakan tidak. Andra lebih memilih bukunya daripada makhluk rewel bernama perempuan. Sampai pada akhirnya Ardian, adiknya meminta ijin padanya untuk menikah lebih dulu.