20

1K 96 13
                                        

Happy reading.

Berulang kali Andra mendehem. Pertama kali mengadakan kuliah online dan bertatap wajah dengan mahasiswanya melalui aplikasi zoom. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan sistem online hanya saja dari tiga puluh tiga mahasiswanya, salah satunya Adinda.

Ya, Adinda bergabung kembali dalam kelasnya. Awalnya Adinda merasa aneh harus mengikuti kelas online tetapi Andra memaksanya karena Adinda harus lulus mata kuliah supaya skripsinya lancar tanpa dihalangi masalah nilai.

"Jadi karena kita tidak bisa praktek ke lapangan sebagai gantinya tugas minggu ini kalian membuat makalah tentang teknik pengambilan gambar. Ada bird eye, frog eye, close up dan lainnya. Jangan lupa dijelaskan dan cantumkan satu contoh fotonya. Tugas akan dikumpul paling lama besok siang. Kenapa besok? Karena saya tau makalah kalian pasti copy-paste dari internet."

Adinda yang duduk tak jauh dari Andra memanyunkan bibirnya. Andra masih bisa sekejam ini dalam mengajar? Tapi ada benarnya juga kata Andra, pasti semua mahasiswa menjadikan internet sebagai referensi makalah mereka.

"Sampai disini kelas kita. Saya akan tunggu tugas kalian di email saya. Ingat besok batas kumpulnya sampai jam 12 siang lewat dari situ tugas kalian tidak akan saya terima."

Andra menutup kelasnya lalu diliriknya Adinda. Perempuan itu protes dan menyuruh Andra untuk jauh-jauh dari Adinda karena takut ketahuan kalau mereka sudah tinggal serumah.

"Pak kenapa tugasnya sebanyak itu sih?"

"Ck. Mahasiswa jaman sekarang itu terlalu manja. Baru segitu doang udah ngeluh. Sebenarnya niat kuliah itu ngapain? Ngejar nama gelar doang? Atau biar dibilang keren karna udah jadi mahasiswa?"

"Bapak! Saya kuliah ya buat nambah ilmu lah."

"Yaudah kalau gitu nggak usah protes. Kerjain tugas dan skripsi kamu. Nanti malam saya periksa." Andra menutup laptop dan membawanya ke kamar.

Adinda menatapnya sebal. Menikah dengan Andra sepertinya pilihan yang salah. Laki-laki itu tidak berubah tetap saja kejam! Eh tapi apa yang memangnya Adinda harapkan dari pernikahan ini? Andra yang bersikap manis gitu? Ah tidak-tidak! Adinda menggelengkan kepalanya.

"Kalau Pak Andra bersikap manis mungkin itu bakal jadi hal yang menggelikan."

"Kamu bilang apa?" teriak Andra dari dalam kamar.

***

Krek krek krek..

Andra membolak-balikkan tubuhnya sedikit tidak nyaman. Dia pun bangkit dari tidurnya, sepertinya rosbang tempat tidur mereka sudah lama dan lapuk jika berlama-lama tempat tidur bisa saja roboh. Sebenarnya Andra berniat untuk merenovasi rumah Adinda dan membeli perabotan baru tapi dia takut membuat perempuan itu tersinggung untuk ke sekian kalinya. Andra sudah tau resiko menikah dengan gadis keras kepala seperti Adinda.

Andra melirik Adinda, gadis itu tidur membelakanginya. Andra tak bisa tidur lagi padahal jam masih menunjukkan pukul dua dini hari. Akhirnya Andra memilih untuk shalat tahajud saja. Seusai shalat dia membuka ponselnya, Maira masih tak berhenti mengiriminya pesan. Maira masih tak menyerah, memang Andra belum menunjukkan bahwa dirinya sudah menikah. Apa Andra harus memasang foto profil gambar Adinda sebagai pengalihan? Ah pasti alay, bukan dirinya sekali. Lebih baik Andra abaikan saja hingga perempuan itu capek sendiri. Perempuan memang makhluk yang super ribet.

Andra membuka laptopnya. Sebuah pesan email baru saja masuk dan membuatnya terkejut bukan main.



Conditional Offer


22nd April 2020

Name : Aryandra Rasyid

Nationality : Indonesian

Step By Step (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang