2

1.5K 114 8
                                    

Happy reading.

Andra memainkan pena di sela-sela jemarinya. Buku TTS yang terbuka dihadapannya itu terabaikan begitu saja dan secangkir kopinya juga sudah dingin. Fokus pikiran Andra saat ini tidak kesana tapi ke Ardi –adiknya.

"Ar, kenapa kamu nggak bilang samaku kalau kamu lagi taaruf sama cewek?" Ardi tampak gelagapan melihat Andra yang ternyata sudah tau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ar, kenapa kamu nggak bilang samaku kalau kamu lagi taaruf sama cewek?" Ardi tampak gelagapan melihat Andra yang ternyata sudah tau.

"Abang tau dari mana?"

"Nggak perlu tau darimana. Kenapa nggak cerita sama aku?"

"Aku-aku nggak enak sama Abang karna terkesan mau ngelangkahin Abang," jawab Ardi takut-takut.

Memang apa salahnya dikatakan pada Andra? Andra bahkan tidak terlalu peduli jika harus dilangkahi oleh sang adik. Jika memang Ardi ingin menikah lebih dulu ya silahkan. Tapi entah mengapa melihat sikap Ardi yang seperti itu membuat Andra tampak menyedihkan.

Salah kalau umur 25 tahun masih single? Atau ini hanya perasaan Andra saja?

Andra masih ingin menuntaskan pendidikannya dan soal keinginan menikah belum ada di benaknya. Tapi karena masalah ini hubungan Andra dan Ardi menjadi sedikit canggung. 

"Woe! Melamun aja, Bambang!"

Andra berdecak.

"Udah telat. Dateng-dateng udah macem tuyul untung aku nggak kaget," jawab Andra sewot.

"Bleh. Kamu yang sedari tadi melamun wae, Ndra." Angga –sahabat Andra mengeluarkan kamera dari tas lalu mengatur lensa kamera tersebut.

"Kita jadikan nge-shoot jalanan?"

"Jadi." Andra menutup TTSnya dan memasukkan ke dalam tas.

"Aku liat kamu santai banget hari ini, Ndra. Nggak ngajar apa? Dosen-dosenku waktu aku kuliah dulu pada sibuk sana-sini. Ada yang ngikutin seminar lah, ada yang keluar kota lah sampe-sampe kita mahasiswanya sering terabaikan tapi kalau kamu santai banget kayak nggak ada kerjaan."

Angga dan Andra kuliah di universitas yang sama namun jurusan mereka berbeda. Andra mengambil jurusan ilmu komunikasi sedangkan Angga mengambil jurusan desain komunikasi visual. 

"Eh iya ya. Baru inget aku, kamu kan tingkahnya doang pemales tapi otaknya encer."

"Apaan sih, Ngga. Tanya sendiri malah jawab sendiri."

Andra meneguk kopinya yang dingin mencoba untuk fokus pada hobinya. 

"Di tempat kerjaku ada lowongan fotografer, kamu mau join ga? Bakat motretmu keren, sayang banget kalau tidak digunakan."

"Tidak lah. Motret itu cuma mau aku jadiin hobi aja. Soal pekerjaan biar jadi dosen."

Sebenarnya ada alasan khusus namun Andra tidak mau mengatakannya pada Angga. Angga bekerja sebagai fotografer fashion dan beauty-shot , dimana dikelilingi oleh para wanita cantik sebagai modelnya dan Andra harus menjauhi itu semua. Lebih tepatnya ingin menjaga mata.

Step By Step (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang