CERITA MAINSTREAM
Jika soal berpacaran dengan tegas Andra akan mengatakan tidak. Andra lebih memilih bukunya daripada makhluk rewel bernama perempuan. Sampai pada akhirnya Ardian, adiknya meminta ijin padanya untuk menikah lebih dulu.
"Kita ngambil view disini aja nih?" Angga mengeluarkan tripod kamera dari tasnya. Mereka sudah menelusuri jalanan sedari tadi. Seperti biasa, mereka sepakat menjadikan jalanan sebagai objek foto.
"Iya."
"Ndra, aku agak bosen jadiin jalanan kota Surabaya ini jadi objek. Kalau misalnya kita pindah ke alam gimana?"
"Memangnya kamu punya hari libur?"
Andra tau jadwal pekerjaan Angga cukup padat dan tidak menentu berbeda seperti dirinya. Terkadang Angga juga mengambil job sebagai fotografer di beberapa wedding organizer.
Angga menyengir.
"Nanti kalau aku ada waktu kosong aku kabarin kamu."
"Bentar lagi kampusku UAS. Kalau di waktu-waktu itu aku agak sibuk karna harus ngitung nilai."
"Yaelah Pak dosen. Atau mungkin sesekali kamu aja yang jadi model, Ndra."
"Ogah!"
Mata Andra meneliti lokasi mereka. Mencari angle yang pas untuk dibidik. Banyak pengendara motor dan mobil yang berlalu lalang. Syukurnya hari tidak begitu panas sepertinya terik matahari bisa diajak kerja sama kali ini.
Andra menghidupkan kameranya dan mengarahkan angle yang sudah dia tetapkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(source : pinterest)
Andra sudah akan fokus ke kameranya namun ketika dia akan membidik, lewat kamera itu dia malah melihat aksi seorang perempuan berlari mengejar seorang laki-laki hingga terdengar teriakan 'tolong copet'.
"Menurutku mending kamu terima aja kesempatan dari Mai -Woy Andra!"
Andra sudah berlari mengejar pencopet itu. Kamera yang dia genggam sudah melingkar di lehernya.
Andra berlari sekencang mungkin tak sia-sia dia pernah menang lomba lari saat perayaan tujuh belasan dulu. Matanya menajam mengikuti ke arah mana pencopet itu berlari. Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah gang yang buntu. Si pencopet mulai kebingungan karena Andra menutupi akses jalan.
"Nggak usah sok iye lu!" ketus si pencopet.
"Untung nggak bilang sok ganteng karena aku emang ganteng, Bang." Andra mengucapkannya dengan muka datar. Tak ada nada gurauan sama sekali.
"Nggak usah macem-macem ya lu! Lu kira lucu!"
"Balikin barangnya Bang. Aku cuma mau itu bukan mau Abang."
"Sialan!" ucap si pencopet.
Sesuatu melayang dan mengenai kepala si pencopet hingga pencopet itu pingsan. Andra melongo siapa gerangan yang melempar batu ke kepala abang pencopetnya. Andra berbalik dan dia menemukan sosok gadis berambut panjang.