Happy reading.
Rean berlari kecil masuk ke rumah dengan memeluk robot barunya meninggalkan Andra dibelakang.
"Dasar bocah,"
"Mama!" suara Rean mengisi rumah dan Aurora yang baru saja dari dapur terkejut mendengar suara putranya.
"Udah balik?"
Pertanyaan konyol. Jelas lah udah balik jadi ini badanku sama Rean pake kagebunsin no jutsu gitu? Cibir Andra dalam hati.
Tentunya Andra hanya bisa mencibir dari dalam hati. Lagian pertanyaan Aurora memang aneh.
"Huum. Mah! Liat deh Lean beli lhobot ini loh." Rean menunjukkan robot barunya pada Aurora.
"Kok robot lagi? Robot kamu banyak loh di rumah."
"Udah lusak Mah. Kepalanya ilang."
Serem banget dah.
Aurora menggeleng-gelengkan kepalanya. Andra hanya menyaksikan drama ibu dan anak itu.
"Kamu jaga baik-baik ya robot ini. Kita tuh nggak boleh berlebihan beli mainan."
"Iya Mamah," jawab Rean yang entah serius mendengarkan ceramah sang mama atau tidak karena dari tadi matanya sibuk meneliti robotnya.
"Mah! Tadi Lean sama Oom Ayak jumpa sama Tante cantik di Mol."
Andra melotot. Mulut ember Rean masih berfungsi rupanya. Aurora mengerutkan dahinya. Fakta baru untuk seorang Andra menemui perempuan.
"Terus?" Bukannya mengintrogasi sang adik, Aurora malah bertanya pada putranya yang merupakan saksi terpercaya dan terlugas.
"Iya. Telus diajak mam sama tante itu."
"Oh gitu. Rean ke kamar dulu ya letakkin robot barunya ke tas mama biar nanti nggak ketinggalan waktu kita pulang."
"Okeh!" Rean berjalan meninggalkan Aurora dan Andra. Aurora melipat tangannya di dada, memicingkan matanya pada Andra.
"Bisa jelaskan Arya siapa tante cantik yang dimaksud Rean?"
Andra berdecak, "Bukan siapa-siapa loh Mbak. Dia cuma anak dari dosen seniorku."
"Serius? Yaelah Arya! Mbak pikir bakal nambah calon adik ipar lagi."
"Aku belum ada keinginan buat menikah, Mbak," ucap Andra malas.
"Ya, nggak selamanya keinginan kamu itu bakal terus terwujud. Rencana Allah itu kita nggak pernah tau. Ah tapi terserah kamu sih Mbak juga nggak akan maksa toh hidup kamu. Kalau dapat yang klik buru lapor ke Ayah biar langsung dilamar. Jangan malah diajak pacaran!"
"Apa sih Mbak."
"Iya-iya jutek banget sih Pak Dosen. Untung kamu bukan dosenku dulu kalo sempat udah aku jorokin kamu ke selokan kampus."
Aurora berdecak dan buru-buru pergi ke kamar karena terdengar suara Hera yang menangis. Sepertinya Rean mengganggu adiknya itu.
Menikah? Tapi aku belum siap jangan gara-gara Ardi mau menikah aku jadi ikutan ngebet. Menikah itu kan bukan permainan.
Andra menghela napasnya dan masuk ke kamarnya. Merebahkan tubuhnya yang terasa lelah di kasur.
Andra jadi teringat pertemuannya dengan Maira tadi.
Maira melambaikan tangannya dan merasa excited saat melihat Rean yang berada digendongan Andra.
"Anak siapa, Ndra? Ih gemes banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Step By Step (Book I)
General FictionCERITA MAINSTREAM Jika soal berpacaran dengan tegas Andra akan mengatakan tidak. Andra lebih memilih bukunya daripada makhluk rewel bernama perempuan. Sampai pada akhirnya Ardian, adiknya meminta ijin padanya untuk menikah lebih dulu.