Happy reading.
Andra menyandangkan tas di punggungnya. Tidak banyak barang yang dibawa hanya beberapa pasang pakaian karena pun dia tidak akan lama di Malang. Mungkin sekitar dua hari.
Andra keluar dari kamarnya dan ternyata di ruang tamu sudah ada Ardi yang duduk di sofa, mungkin menunggu Andra. Adiknya itu pun sama seperti dirinya yang tidak begitu banyak membawa pakaian.
Andra melewati Ardi begitu saja tanpa sepatah kata. Sebenarnya Andra sudah tidak terlalu marah lagi hanya saja canggung.
Andra ingin memeriksa mesin mobil di garasi namun sepertinya mesin mobil mereka sudah dipanaskan.
"Ardi udah ngecek mesin dan semuanya udah beres, Bang." Andra membalikkan badannya ternyata Ardi sudah berdiri tak jauh darinya.
"Oh."
"Mama nyuruh sarapan."
Andra hanya mengangguk tak menjawab lagi. Andra segera memasukkan tas miliknya ke tempat duduk belakang.
***
"Siapa yang akan bawa mobil?"
"Mobil berat Yah nggak bisa dibawa." Andra mengunyah tak peduli Ayahnya sudah menggerutu karena ucapannya.
"Sok banget Ya mentang-mentang dosen komunikasi," cibir Randy.
"Jadi siapa yang nyetir mobil?" Randy memperbaiki ucapannya karena tak mau mendapat protes dari anaknya lagi.
"Arya aja, Yah."
Ardi menutup mulutnya padahal dia hendak berbicara namun Andra sudah lebih dulu menjawab pertanyaan ayah mereka.
"Kalau kamu capek gantian sama Ardi, Ya."
"Iya, Ma."
Andra sudah menyelesaikan sarapannya begitu juga dengan Ardi.
"Kami pergi ya Ma, Yah. Nanti kalau kesiangan banget takutnya malah macet di jalan."
"Kirim salam sama Nenek sama Kakek ya. Kalian disana jangan buat repot mereka. Kamu juga Ardi, pulang jangan kemaleman disana. Mama tau kamu ada rapat tapi jangan lama-lama nggak enak sama Nenek dan Kakek."
"Iya, Ma." Andra dan Ardi mencium tangan kedua orang tuanya.
Mobil mereka meluncur ke jalanan. Suasana sangat hening hanya suara radio yang terdengar. Andra fokus menatap lurus jalanan sedangkan Ardi memilih diam. Sesekali dia memainkan ponselnya.
"Rencananya aku mau ngelamar Clara dua bulan lagi." Ardi melirik sang kakak takut-takut.
"Oh, selamat."
Hanya itu yang keluar dari mulut Andra.
"Bang, Ardi mau minta maaf."
Andra menghela napasnya. Dia pun tak mungkin seegois itu karena tidak memaafkan adiknya.
"Sebenarnya aku nggak marah soal kamu yang mau ngelangkahin aku, Ar. Cuma sikap kamu seolah-olah kasian sama aku. Padahal silahkan aja kalau memang kamu mau duluan yang menikah."
Ardi menunduk.
"Maaf Bang."
"Yaudah, aku restuin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Step By Step (Book I)
Fiksi UmumCERITA MAINSTREAM Jika soal berpacaran dengan tegas Andra akan mengatakan tidak. Andra lebih memilih bukunya daripada makhluk rewel bernama perempuan. Sampai pada akhirnya Ardian, adiknya meminta ijin padanya untuk menikah lebih dulu.