happy reading.
Andra dapat bersantai sejenak setelah menyelesaikan shalat dzuhur. Namun jam makan siangnya sedikit terlambat karena dia harus kembali ke ruangan dosen untuk mengambil bukunya yang tertinggal.
Andra mengernyitkan dahi. Seorang mahasiswi duduk diam menghadap tepat di mejanya.
"Cari siapa?" tanya Andra.
"Oh Bapak yang namanya Pak Andra ya?" mahasiswi itu bertanya kembali namun nadanya sedikit tidak sopan.
Andra merasa sedikit kesal. Tampilan mahasiswi ini juga tidak rapi. Mahasiswi ini memakai kemeja kotak-kotak dan celana jeans biru yang robek di bagian lutut sehingga menambah nilai buruk mahasiswi itu di mata Andra. Kuciran rambutnya juga sangat acak-acakan. Sungguh berani sekali mahasiswi ini bertemu dengan Andra dalam keadaan seperti ini.
"Jika tidak terlalu penting lebih baik anda keluar dari sini," ucap Andra tanpa basa basi.
"Hah. Bapak itu terpilih jadi dosen pembimbing saya."
"Dan kamu pikir saya mau membimbing mahasiswi berantakan dan tidak sopan seperti kamu? Lebih baik kamu cari dosen lain saja."
"Cih kayak orang penting aja. Dosen baru tapi belagu banget." Mahasiswi itu mencibir dengan suara yang sangat pelan. Sayangnya Andra memiliki pendengaran yang cukup kuat sehingga dia dapat mendengar apa yang mahasiswi itu katakan.
"Bukan masalah saya dosen baru atau tidaknya. Kamu pikir buat apa aturan dibuat? Aturan dibuat demi kebaikan bersama. Dan saya memiliki aturan tersendiri yang saya buat." Andra menatap tajam pada mahasiswi itu. Baru kali ini dia menemukan seorang mahasiswi seperti ini. Mengajaknya berdebat.
"Oh yakin untuk kebaikan bersama? Bukannya aturan yang Bapak buat itu hanya untuk kepentingan Bapak saja yang ingin dihargai dan dihormati?"
"Kamu menyamaratakan semua orang ya? Memangnya seberapa jauh kamu mengenal saya hingga kamu bisa bilang begitu? Tadi kamu bilang saya dosen baru kan? Apa kita pernah bertemu di kelas sebelumnya?"
Mahasiswi itu terdiam.
"Saya tidak peduli mau sampai kapan kamu duduk di depan meja saya." Andra pergi meninggalkan mahasiswi itu. Dia harus segera menemui Pak Heru. Segan jika membuat Pak Heru menunggunya cukup lama.
***
Andra mengetuk pintu ruangan Pak Heru, membuka pelan pintunya.
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam, Ndra. Masuk masuk." Pak Heru menutup bukunya.
"Silahkan duduk disini, Ndra. Nggak usah sungkan kamu kayak baru kenal saya aja." Pak Heru mempersilahkan kursi kosong yang berada di hadapannya.
"Maaf Pak. Saya sedikit terlambat tadi ada mahasiswi yang minta bimbingan."
"Wah." Pak Heru bertepuk tangan.
"Selamat! Sekarang kamu sudah megang mahasiswa bimbingan ya. Jangan kejam-kejam banget lah sama mahasiswa. Terkadang kita sebagai dosen suka seenaknya menakuti mereka."
Andra tersenyum canggung padahal dia baru saja mengusir mahasiswanya itu karena tingkahnya. Memang baru pertama kali ini dia diberi tanggung jawab untuk menjadi dosen pembimbing.
"Kalau misalnya mahasiswa itu bertingkah seenaknya apa kita harus memakluminya, Pak?"
Pak Heru memegang dagunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step By Step (Book I)
General FictionCERITA MAINSTREAM Jika soal berpacaran dengan tegas Andra akan mengatakan tidak. Andra lebih memilih bukunya daripada makhluk rewel bernama perempuan. Sampai pada akhirnya Ardian, adiknya meminta ijin padanya untuk menikah lebih dulu.