17

916 85 17
                                    

Happy reading.

Adinda menatap parasnya di cermin. Dalam balutan maxi dress putih dan duduk terdiam di depan meja riasnya yang sederhana. Dia masih tidak percaya berada di posisi ini.

"Besok saya akan ke Jember menemui paman kamu dan keluarganya untuk memperkenalkan diri secara resmi."

Setelah percakapan terakhirnya bersama Andra dan kedua orang tua Andra. Laki-laki itu benar-benar menjalankan apa yang dia ucapkan. Setelah itu laki-laki itu tak kembali menampakkan batang hidungnya. Adinda pikir semua rencana tak akan terjadi, Adinda pikir Andra akan berbohong dan pergi begitu saja membatalkan semuanya.

Namun memang yang namanya Andra, laki-laki penuh kejutan dan kegilaan itu datang kembali setelah lima hari kemudian dan menetapkan hari pernikahan mereka seperti biasa, seenak hatinya. Awalnya Adinda tak habis pikir, Andra benar-benar sangat pemaksa entah apa yang ada di dalam pikiran laki-laki itu. Sampai Andra mengatakan sesuatu yang membuat perasaan Adinda hampir goyah.

"Buat apa mengulur-ngulur waktu untuk sesuatu yang baik? Demi Allah, saya menjadikan kamu sebagai istri saya bukan karena nafsu semata melainkan saya hanya ingin menjaga kamu. Jika saya menjadi suami kamu, saya punya hak sepenuhnya. Sepertinya saya sudah berulang kali mengatakan ini hampir mulut saya berbusa."

"Ya ya terserah Bapak aja tapi saya punya syarat. Bisa tidak kalau nggak ada satu pun orang yang tau maksudnya orang-orang di kampus tau kalau kita menikah?"

Andra tidak mengiakan dan juga tidak menolak dia hanya tersenyum miring yang membuat dahi Adinda berkerut bingung.

"Empat hari lagi kita akan menikah."

"Hah? Apa itu nggak terlalu cepat?"

"Biar semuanya saya urus karena situasi juga sedang tidak baik karena corona jadi tak ada resepsi," Andra melanjutkan tanpa menjawab pertanyaan

"Saya juga tidak mau ada resepsi!"

Bu Lastri dan Aurora yang memang sengaja disana agar Andra dan Adinda tidak cuma berdua. Mereka hanya menggeleng-geleng saja. Aurora malah sudah biasa menjadi penonton perdebatan Andra dan Adinda mungkin begitu juga dengan Bu Lastri.

Dan sekarang disini lah dirinya menunggu kedatangan Andra dan keluarganya karena memang acara ijab kabul diadakan sesederhana mungkin di rumah Adinda yang kecil ini dan hanya keluarga inti Andra dan keluarga paman Adinda yang hadir. Jujur saja Adinda ingin kabur tapi dia tidak tau harus kemana. Tempat tujuan dan uangnya pun tidak ada. Adinda menghembuskan napas bagaimana kehidupannya setelah ini? Hidup bersama orang yang pemaksa seperti Andra. Bukan sementara tapi seumur hidup? Yang benar saja!

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, Adinda memutar bola matanya saat tau siapa yang masuk.

"Denger-denger calon suamimu itu dosen kampusmu ya? Terus dosen pembimbingmu kan?"

"Bukan urusan Tante."

"Wah-wah jago juga kamu ngerayu dia sampai dia mau nikahin kamu tapi bagus sih jadi kamu nggak akan jadi tanggung jawab suamiku lagi terus suamiku nggak harus repot-repot ngajak kamu buat tinggal sama kami."

"Cih siapa juga kali yang mau tinggal sama Tante rempong kayak Tante. Kasian sekali Om Romi punya istri modelan begini."

"Eh enak aja mulutmu ya! Dasar-."

"Sudah lah, Ma. Keluarga Pak Andra sudah datang, ayo kita sambut." Adjie –sepupu laki-laki Adinda datang menengahi. Mungkin laki-laki itu mendengar pertengkaran Adinda dan mamanya. Adjie sudah tau mamanya tidak menyukai Adinda tapi Adjie tidak tau apa alasan yang membuat sang mama sangat membenci Adinda.

Step By Step (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang